Bab 39 - Masih di Bulan Juli: Pasca Insiden

54 12 0
                                    

"Si Regy nggak ada WA atau nelepon dari kemarin. Abis lo marahin ya?" Sora bertanya pada adiknya saat turun sarapan pagi hari itu.

Kylo sudah setengah jalan menghabiskan nasi uduknya, sedangkan Sora baru mulai mengambil piring. Vira ada rapat pagi-pagi sekali dan dengan keadaan Sora yang luka, memasak sarapan harus ditangguhkan. Jadi, mereka memesan nasi uduk lewat aplikasi online.

"Sedikit," sahut Kylo pendek, sibuk mengurai bihun yang menempel.

"Jangan gitulah. Regy itu panitia. Sudah seharusnya dia lebih ngurusin anak baru."

"Nggak apa-apa. Biar kapok."

Pasti kapok sih. Entah bagaimana Kylo memarahi cowok itu. Biasanya Regy akan menggunakan berbagai cara untuk mampir atau sekadar menelepon Sora. Sekarang tidak ada tanda-tanda komunikasi sama sekali dari Regy. Malah Sora yang jadi khawatir.

"Lo ke sekolah?" Kylo mengerutkan kening melihat Sora membawa turun serta tas sekolahnya. Kylo saja masih pakai piyama.

"He'eh."

"Ngapain? Kan lo abis cedera."

"Nggak apa-apa. Kan cuma lengan kiri dan udah nggak gitu sakit."

Kylo meringis saat Sora mencoba membuktikan dengan menggerakkan lengan kirinya yang masih dibalut perban.

"Gue perlu ngurusin acara glamping mereka," Sora menambahkan untuk meyakinkan Kylo.

"Terserah lo deh. Tapi kalau kenapa-kenapa, langsung ke klinik. Nggak ada acara nangis di kamar mandi dulu."

Sora tersenyum kecut mendengar sindiran dibalut ultimatum Kylo. Pasti Fael yang membocorkan kalau kemarin Sora sempat menangis di toilet sebelum Fael berhasil membujuknya ke klinik.

"Eh, lo lihat Cassandra nggak?"

Nama itu mencekat tenggorokan Sora. "Ng—nggak— Gue makan di kamar aja. Lupa ada yang perlu gue kerjain." Secepat kilat Sora berlari naik kembali ke kamar.

* * *

Sora turun dari taksi online saat rombongan anak kelas X baru saja selesai menerima briefing untuk hari itu dan memulai perjalanan school tour mereka. Rana yang menyadari keberadaan Sora langsung menghambur meninggalkan barisan memeluk dan menangis menyerukan penyesalannya. "Maafin gue ya, Sor. Harusnya gue dengerin lo dari awal dan nggak bikin lo cedera."

"Nggak apa-apa. Namanya juga musibah."

Kalau kemarin Sora masih dirundung emosi dan tak bisa menentukan apakah dia harus kesal ke Rana atau tidak, sekarang pikirannya sudah jernih dan memahami situasi kemarin dari berbagai sudut pandang.

Atau cuma efek dari painkiller yang ia minum?

"Kok lo masuk sih?" Sheila menyusul di belakang Rana.

Begitu pula dengan Myra. "Tangan lo gimana?"

Hanya Sarah yang tahu untuk apa Sora ke sekolah. "Lo pasti mau ngurusin glamping ya? Nggak usah, Sor! Gue aja yang urus!"

"Guys, guys, gue tuh cuma luka. Lengan kiri doang. Badan gue nggak demam. Gue masih sehat."

"Cuma luka?" Myra berjengit terbayang situasi kemarin. "Coba lo ngaca kemarin, lihat darah di tangan lo! Kayak abis balik perang tau nggak sih, lo?"

Setelah berhasil mengusir mereka, Sora berjalan sendiri menuju loker. Loker Fael adalah yang Sora cari. Sora sering melihat Fael dan Kylo berjalan bersamaan menuju loker mereka, tapi kenapa dia tidak ingat loker mereka ada di sisi sebelah mana?

"Ah, ini dia."

Akhirnya Sora menemukannya. Loker nomor 54, di sisi utara. Berbeda dengan anak-anak basket lainnya yang sengaja menandai bagian luar loker mereka dengan tempelan magnet Navia Basketball Team, loker Fael bersih dari segala penanda. Entah tidak suka atau tidak mau ditemukan. Sora memasukkan PIN yang Fael berikan kemarin via WhatsApp, pintu loker pun terbuka.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang