Bab 23 - Wino

43 14 1
                                    

"Wino? WINO?!"

Kylo sengit menentang keputusan Sora memilih Wino sebagai wakilnya dalam pencalonan kali ini.

Di sudut itu, Kylo, Sora, Regy, dan Fael menoleh bersamaan ke arah topik diskusi mereka. Wino, berjarak beberapa meter, sedang memainkan tali pengikat tudung saji dan tak sengaja lengan jaketnya menyerempet permukaan seblak yang tersaji di mangkok besar.

"Gue nggak jadi minta seblak, thanks." Regy ilfeel memutar badan memunggungi Wino.

"Apa kualitas anak itu sampai lo pikir dia pantas ada di samping gue?"

Pertanyaan Kylo valid. Otak Wino biasa-biasa saja, malah sering eror. Wino cengengesan, sembrono, hobinya ngejayus. Sering jadi sasaran tembak guru kedua setelah Sora. Lantas, Sora mau mengangkat Wino jadi calon Wakil Ketua OSIS Navia.

"Lo sendiri yang bilang ini soal seseorang yang akan menduduki tahta sebagai salah satu Titan di Orion League—"

"Memangnya lo punya saran yang lebih baik?" Sora menantang Kylo.

"Kasih gue waktu sehari buat nyari—"

"Nggak ada waktu lagi, Kylo! Ngerti nggak sih? Besok poster-poster Timothy-Andas sudah akan terpasang di semua sudut sekolah. Denger kan kata Willy tadi? Mereka sudah book slot buat interview khusus di podcast Navia. Sedangkan lo? Masih ngeributin mau nyari wakil! Syukur-syukur dicariin!"

Fael dan Regy memilih tidak berkomentar. Di satu sisi mereka merasa kualitas intelegensi Wino terbanting oleh Kylo. Namun di sisi lain Wino bisa melengkapi apa yang kurang dari Kylo. Wino supel, temannya di mana-mana, disegani di ekskul e-sport yang semua orang tahu betapa solidnya mereka.

"Yang paling penting Wino nggak akan ngebangkang atau ngehianatin lo."

"Dari mana lo yakin?"

"Karena dia utang nyawa sama gue."

Ketiga cowok yang tersisa di sana menatap punggung Sora menjauh lalu bertukar pandang penasaran.

"Lo ngerti apa maksud Sora tadi?" tanya Kylo pada kedua sahabatnya.

Regy dan Fael menggeleng bersamaan. Bukan Sora namanya kalau tidak penuh cerita yang tersembunyi.

***

Wino berasal dari SMP yang sama dengan Sora. Sebagai anak yang suka main game, dia dicap sebagai anak nerd dan introvert. Anak-anak sejenis Wino, sayangnya, adalah sasaran empuk bullying.

Suatu hari, Sora berniat berjalan kaki ke lokasi latihannya dari tempat les karena kebetulan tidak terlalu jauh. Untuk mencapai tempat tujuan, Sora harus melewati jalan pintas di sebuah gang kecil di belakang kedai kopi Sahabat. Di sanalah Sora menyaksikan Wino disudutkan oleh tiga anak-anak nakal.

Jujur, Sora tak mau terlibat. Tapi melihat Wino si kurus kecil meringkuk memohon ampun, Sora pun jadi tak tega. Sora awalnya hanya diam merekam semua aksi mereka. Tapi salah satu dari mereka sadar dan berbalik menyerang Sora.

Kata-kata kasar menyerempet pelecehan terlontar dari mulut kotor mereka. Sora masih diam dengan kewaspadaan penuh. Dalam hati ia bersiap, satu sentuhan saja mereka layangkan, Sora akan bergerak membela diri.

Oh, sebelum jadi atlet anggar, Sora sempat belajar karate selama 3 tahun. Ibu Sora pernah menjadi korban pelecehan seksual. Itu kenapa dia menjejalkan Sora dengan berbagai ilmu bela diri.

Benar saja, salah satu dari mereka mencoba menyentuh dada Sora. Sora berkelit tepat pada waktunya, menendang wajah cowok itu lalu menghajar kepala cowok itu dengan peti kayu bekas pelindung paket. Cukup keras untuk membuat kepalanya berdarah dan kehilangan keseimbangan lumayan parah.

Sebelum kedua teman keparat itu sempat mengeroyok Sora, Sora mengacungkan foilnya lebih dulu. Perlahan ia mengarahkan ujung pedang itu ke perut salah satu dari mereka sambil berdesis, "Gue bisa menusuk perut kalian dengan ini dan tetap lolos dari hukum dengan dalih membela diri."

Sora hampir tertawa saat mengatakannya karena pedang itu sebenarnya tidak bisa menyakiti mereka. Tak masalah, yang penting mereka kabur dan tak pernah mengganggu Wino lagi.

Itulah kenapa Wino sangat tunduk pada Sora. Dan semenjak mengekor Sora, Wino jadi punya banyak teman. Perlahan Wino pun membuka diri pada pergaulan.

Maka, ketika ada kabar Sora pindah ke Navia, Wino langsung menyambut Sora. Ia juga memperingatkan seisi komunitas e-sport di Navia, "Sora itu bos gue. Jangan macem-macem sama dia."

Tiba-tiba keesokan harinya di kantin, segerombolan cowok-cowok Navia serempak berdiri menyapa Sora dengan hormat bak bos yakuza— membuat Sora jadi pusat perhatian.

***

"Sor, lo serius?" tanya Wino tadi saat Sora memintanya jadi wakil Kylo.

"Gue kelihatan kayak bercanda?"

Melihat mimik tegas Sora, Wino tak berani mengulangi pertanyaannya.

"Tapi gue kan—"

Wino berjalan memutari pot bunga adenium di halaman rumah Sora dua kali. Tangannya menggaruk-garuk kepala resah ingin menyampaikan kekhawatirannya.

"Apalah gue dibanding adik lo..."

Habis kesabaran, Sora menarik paksa Wino duduk di sebelahnya, di teras kayu itu. "Kylo tuh nggak punya banyak temen kayak lo. Timothy juga, tapi duitnya banyak—"

"Gue kasih duit aja deh."

"TSK!" Sora mendelik dan berdecak marah. "Lo mau adik gue ikut money politic juga kayak Timothy?"

Wino menunduk, menarik lepas tali sepatunya lalu mengikatnya lagi. Begitu seterusnya sampai rasa cemasnya sedikit mereda. "Gue nggak tahu aja harus ngapain. Dan gue takut malah bikin Kylo kalah."

"Nggak, No! Justru karena ada lo, kita berharap orang-orang yang awalnya nggak mau milih Kylo, berubah pikiran. Gue juga perlu naruh orang buat jagain Kylo dalam jarak dekat—since Regy dan Fael nggak ada yang bersedia."

"Nanti pas debat kandidat, gue ngomong harus ngomong apa? Jangan-jangan gue malah cengengesan dan mengacaukan semuanya."

Sora menunjuk ke pintu rumah di belakang punggung mereka. "Lo nggak lihat di ruang tamu rumah gue piala lomba debat Kylo berjejer? Lo masih tanya pas debat ngomong apa? YA NGGAK USAH NGOMONG APA-APA! Guru aja males berdebat sama adik gue!"

Sora bangkit menggoyang kaki untuk melepas sandal yang ia kenakan, bersiap masuk kembali ke dalam rumah. "Gue nggak mau denger alesan lo lagi. Kalau lo selalu bilang lo utang nyawa sama gue, sekarang saatnya lo bayar utang lo," desis Sora.

Wino duduk cukup lama meratapi nasib setelah kena ultimatum Sora. Daripada pusing, lebih baik dia makan seblak saja, pikirnya.

***

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang