Bab 56 - Myra's Sweet 17

59 11 8
                                    

"Kalian EO ya! Dibayar mahal! Masa ngebenerin beginian doang nggak bisa?"

Benar tebakan Sora. Drama di perhelatan pesta ulang tahun ke-17 ini pun memuncak di beberapa jam sebelum acara. Sarah marah-marah ke EO, Myra menangis, Sheila nyaris kehabisan akal untuk menenangkan Myra, dan Sora—

Jadi pesulap.

"Mamanya Myra landing di Soetta, Papanya di Stasiun Kereta Cepat di Halim. Pokoknya gimana pun caranya, jam setengah 7 mereka harus sudah sampai!"

Regy dan Fael tak bersuara saat Sora memberi arahan secara online. Sora pikir mikrofon mereka ter-mute. Ternyata mereka sama-sama sedang putar otak.

"Setengah 7?" Fael mengulang tenggat waktu yang diberikan Sora dengan nada mempertanyakan.

"Halim sih bisa. Tapi Soetta..." Regy menimpali kepesimisan itu.

"Heli?"

"Guk guk guk?"

"Gue nggak lagi nyanyi."

"Oh, sori."

"Maksud gue, keluarin heli lo!"

Sora sempat dengar gosip kalau orang tua Regy pernah datang ke rapat orang tua murid naik helikopter.

"Nggak ada ya! Hoax! Kebetulan aja bokap gue dateng barengan sama helinya Jusuf Kalla lewat."

"Ya udah, pinjemin ke Pak Jusuf Kalla."

"Lo pikir Pak Jusuf Kalla temen main gundu gue?"

Sora sih yakin keluarga Ramuna pasti punya minimal satu helikopter tapi Sora juga paham sikap Regy. Isu ini bukanlah sesuatu yang harus diselesaikan sampai meminjam helikopter.

"Fael," panggil Regy.

"Hmm?" Fael membalas dengan gumam berat.

"Lo ambil yang di Halim aja dulu. Pakai motor lo kan bisa. Setengah 7 nyampelah," Regy memberi instruksi.

"Yang di Soetta gimana?"

"Ntar gue pikirin lagi."

Kemudian tepat jam setengah 7 malam, ibu Myra muncul dikawal vooridjer.

Tidak bisa panggil heli, tapi bisa panggil vooridjer. Regyanta Ramuna memang penuh kejutan.

***

Regy dan Fael tak sengaja bertemu di lobi drop off hotel seusai menjalankan tugas masing-masing. Berkat mereka berdua, kedua orang tua Myra bisa tiba tepat waktu. Kalau tidak diingatkan berapa harga make up-nya, Myra pasti sudah bercucuran air mata saking senangnya.

Mereka bak pribadi yang sama sekali berbeda. Regy turun dari mobil, mengenakan setelan jas semiformal. Sedangkan Fael turun dari motor, mengenakan celana jins dan jaket kulit.

Begitu juga dengan keseharian mereka. Regy lebih suka memakai kemeja, minimal polo shirt. Fael sedikit lebih kasual—memilih kaos dan jaket. Jika di suatu hari mereka berpakaian yang sebaliknya, sering muncul ledekan kalau roh mereka sedang tertukar.

"Motor siapa?" tanya Regy penasaran. Kawasaki Ninja ZX-6R 636 SE berwarna merah, bukan motor Fael yang biasanya.

"Kakak gue. Motor gue lagi di bengkel," jawab Fael sembari menyerahkan kunci ke petugas valet.

"Emang lo punya kakak cowok?"

"Nggak. Itu punya kakak gue yang cewek."

"She rides that everyday?" Regy takjub.

"Nggaklah. Sehari-hari naik Scoopy. Ini kalau dia lagi kumat aja hobinya."

Dalam perjalanan mereka menuju ballroom, tangan Fael berulang kali menggosok rambutnya. Risih karena lepek tertekan helm.

Under My SkyWhere stories live. Discover now