Epilog

12.4K 1K 434
                                    

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari ditinggalkan untuk selama-lamanya.

Dia memang pernah sejahat itu, dia memang pernah mengecewakanku, dia pernah membuatku menangis dan terluka karena sikap brengseknya.

Tapi, aku yakin dibalik itu semua dia begitu mencintaiku, menyayangiku, melebihi dia menyayangi dirinya sendiri.

Dia, manusia paling sempurna yang pernah aku temui di dunia ini.

Dia, Arkana Mahesa Putra, yang rela mengorbankan nyawanya sendiri hanya untuk seorang perempuan tidak tahu diri, seperti diriku.

Dia, Arkana Mahesa Putra, yang rela mengorbankan nyawanya sendiri hanya untuk seorang perempuan tidak tahu diri, seperti diriku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • •

"ARKAN!!!" Aninda menangis keras sambil membawa tubuh Arkan ke pelukannya. "APA YANG UDAH KAMU LAKUIN!! ENGGGAKKK!!"

Napas Arkan terengah-engah. Ia berusaha menggapai wajah Aninda dengan sisa tenaganya. "S-sayang ...."

"Hiks." Aninda menyentuh perut Arkan yang berdarah banyak. Abiyan melepaskan jaketnya, berusaha menghentikan pendarahan, dengan cara mengikat perut cowok itu menggunakan jaketnya.

Arkan menahan erangannya. Tubuhnya terasa remuk. Kedua kakinya mati rasa. Perutnya sakit, napasnya mulai tercekat. "S-sayang..." Ia memanggil Aninda sudah payah.

"Kamu kenapa lakuin iniiii?!!!!!" Aninda makin menangis dengan sejadi-jadinya. Melihat luka pada perut Arkan serta darah segar yang terus keluar membuat ia ketakutan sendiri.

"BOS!" Kenzie langsung menerobos beberapa anak Mahogra yang mengerumuni Arkan. Ia berjongkok di hadapan ketuanya. "Bos yang kuat!"

"Bos gue yakin lo kuat. Bi! Kita ke rumah sakit sekarang!" Yogi memberi usul.

Abiyan mengangguk. "Ar, kita ke rumah sakit oke?"

"Nggak..." Arkan menggeleng lemah. "P-percuma."

"Percuma apa?! Kamu ngomong apa?! Kamu nggak boleh kenapa-kenapa!!" Aninda jadi semakin panik. "Sayang, kenapa harus ngorbanin diri kamu?!!"

Alih-alih menjawab Arkan berusaha menarik oksigen yang terasa semakin menghilang. "K-karena aku ... mau."

Air mata Aninda makin- makin menetes mendengarnya. Membuat Arkan langsung mengusapnya perlahan. "A-aku mau... mau liat, k-kamu... bah ... bahagia, Nin."

"Aku bahagia kalo sama kamu, Ar," jawab Aninda, terisak. Benar-benar tidak tega melihat Arkan seperti ini.

"Nggak bisa.." Arkan menghembuskan napas panjang. Kepalanya semakin mendongak, berusaha menghirup oksigen lagi.

Arkaninda : Sacrifice (END)Where stories live. Discover now