69. Boyfriend?

10.4K 1.2K 1K
                                    

WAJIB FOLLOW: Tialrhyu🤍 BIAR GAK KETINGGALAN INFO UPDATE!!

Bantu promosikan cerita ini ke teman atau sosial media kalian! Post di tiktok atau reels gunakan hastag #arkanindawattpad #tialrhyu, ya!❤️

Cek selalu spoiler next part serta konten menarik di tiktok: @wattpadtiaa or Instagram: @tialrhyu & @wattpadtiaa jangan sampe ketinggalan 😜!

BACA ULANG BAB SEBELUMNYA BUAT YANG LUPA ALUR!!

KOMENNYA SETIAP PARAGRAF! CERITANYA UDAH HOROR, JANGAN DIBIKIN SEPI LAGI LAPAKNYA, NANTI TAMBAH HOROR😐

KOMENNYA SETIAP PARAGRAF! CERITANYA UDAH HOROR, JANGAN DIBIKIN SEPI LAGI LAPAKNYA, NANTI TAMBAH HOROR😐

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Nama: Margantara Adiwijaya
Lahir: 18 Januari 1967
Wafat: 03 Maret 2002

Aninda mengusap lembut batu nisan di hadapannya itu dengan air matanya yang turun membasahi pipi. Akhirnya setelah beberapa menit kesusahan mencari makam ayah kandungnya, Aninda menemukannya juga.

"P-papa?"

Hati Arkan ikut sakit melihat Aninda. Mereka sengaja membolos siang ini hanya untuk pergi ke makam Margantara---ayah kandung Aninda. Aninda memang meminta Arkan menemaninya, tentu saja cowok itu tidak menolak.

"P-papa pasti ... m-mirip sama Darren, ya?"

Arkan refleks menoleh ke arah Aninda kala gadis itu berkata demikian. Ingin sekali rasanya Arkan berbicara empat mata dengan Darren dan menyuruhnya untuk tidak membenci Aninda lagi, tapi apalah daya, cowok itu benar-benar keras kepala. Rasa dendamnya terlalu menyelimuti sampai ia tak memiliki rasa iba sedikit pun, padahal Aninda adalah adik kandungnya sendiri.

"P-papa, a-aku ... aku capek. B-boleh nyusul ke sana nggak?"

"Hei," Arkan merangkul pundak Aninda. Membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Aninda menangis dengan sejadi-jadinya, ini terlalu berat sampai ia berpikir ingin mengakhiri hidupnya saja.

"G-gue hidup buat apa sih, Ar?"

"Jangan ngomong gitu." Arkan mencium pucuk kepala gadis itu untuk menenangkannya.

Aninda menggeleng lemah. "Nggak ada orang yang ngerti sama gue. Semuanya ninggalin gue. Ninggalin gue sendirian. P-padahal gue takut sendiri. Gue takut ditinggalin!"

"Aku di sini, nggak akan ninggalin kamu, jangan pernah merasa sendiri, ya?" ujar Arkan lembut, membuat Aninda mendongak ke arahnya.

"Janji?"

Kening Arkan berkerut, sedang Aninda malah menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Arkan. "Janji, nggak akan pergi."

Arkan diam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum tipis. Cowok itu mengangguk dua kali. "Janji. Arkan janji bakal selalu ada untuk Aninda."

Aninda tak membalasnya, gadis itu hanya menampilkan senyumannya yang begitu tulus. Sikap Arkan yang semanis ini selalu berhasil membuatnya hanyut. Tapi tetap saja, luka itu masih terasa.

Arkaninda : Sacrifice (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz