Mahogra series-1, Roman - Teenfic [17+] THERE ARE RUDE WORDS AND SCENES OF VIOLENCE❗
Bagi seorang Aninda, tak ada yang lebih menarik dari seorang Arkana. Si ketua geng paling memesona yang selalu berhasil membuatnya jatuh cinta di setiap harinya. Ta...
Bantu promosikan cerita ini ke teman-teman kalian juga dong! Biar makin banyak yg baca terus Author jadi semangat untuk up nya🔥❤️
spoiler, info dan apa pun terkait cerita ini bisa ditemukan di Instagram: @tialrhyu & @wp.tialrhyu, tiktok @anindagabriella & @wattpadtiaa. THANK YOU💗🌷
MAHOGRA SERIES 1, ARKANINDA : SACRIFICE.
VOTE AND COMMENT 🤍✨
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Btw, gimana covernya?
----------
Pukul 18.05, Aninda baru saja sampai ke rumahnya. Gadis itu tidak jadi ke rumah nenek Arkan hari ini. Tapi mereka berdua malah diam di rooftop SMA Rajawali sampai lupa waktu.
Setelah berpamitan dengan Arkan yang baru saja mengantarkannya pulang, Aninda langsung masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan sedikit takut-takut.
"Bagus. Jam berapa ini?"
Nah, kan. Tepat sekali, sosok Madya langsung muncul di hadapan Aninda kala pintu rumahnya terbuka. Sepertinya wanita itu baru pulang. Kenapa cepat sekali?
Mendengus pelan, Madya menatap putrinya agak tajam. "Masuk," perintahnya, kemudian.
Tak ingin membantah, Aninda pun hanya mengangguk pelan. Kemudian melangkah menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya tanpa banyak omong.
"Langsung mandi. Keluarga Afrizal bakal datang ke sini. Bukan hanya untuk membahas perjodohan, tapi juga membahas pertunangan kalian."
Langkah kaki Aninda berhenti seketika. Tepat di anak tangga ketiga, gadis itu menoleh ke arah mamanya yang kini juga tengah menatapnya.
"Nggak usah melawan, Aninda. Ini perintah."
Aninda mendengus kesal. Memutar bola matanya malas, kemudian langsung pergi ke kamarnya dengan air mata tertahan.
"Sialan!" teriaknya, disusul mendobrak pintu kamarnya yang tertutup rapat. Sampai membuat Madya terlonjat, karena berdentum cukup keras ke dinding.
"Aninda!" teriak wanita itu, refleks. Tapi tidak Aninda pedulikan sama sekali.
Aninda melempar kasar tas sekolahnya ke lantai. Kemudian naik ke atas kasur dengan air matanya yang sudah bercucuran. Aninda menangis terisak seraya memeluk gulingnya.
