50. Tak Sejalan Dengan Hati

13.8K 1.1K 623
                                    

FOLLOW AUTHOR Tialrhyu🤍🤍

Bantu promosikan cerita ini ke teman-teman kalian juga dong! Biar makin banyak yg baca terus Author jadi semangat untuk up nya🔥❤️

Cek selalu spoiler next part di tiktok: @wattpadtiaa or Instagram: @tialrhyu & @wattpadtiaa jangan sampe ketinggalan 😜!

Makin ke sini, aku jadi makin mls. Komennya sepi, isinya cuma keluhan sama konflik. 'Masalah di cerita ini banyak, gak kelar-kelar' buang dah pikiran begitu. Bukan gak kelar-kelar sebenarnya, cuma emg blum waktunya kelar aja.

Orang aku blum mau ending😏

Kalo konflik kelar, ending namanya tsayyy! Yo, berhenti jadi sider, dan mari mulai ramaikan lapak ini😍❤️

JANGAN LUPA VOTE DAN SPAM KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF JANGAN DIBIARKAN SEPI YAAA!

JANGAN LUPA VOTE DAN SPAM KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF JANGAN DIBIARKAN SEPI YAAA!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jgn salahkan aku kalo lama up, salahkan aja knp kalian pelit jempol.

°°°

“Aninda mengalami cedera kepala yang cukup parah alias gegar otak berat karena benturan yang cukup keras. Sehingga dia terkena amnesia retrograde.”

“Gangguan ini bisa dimulai dengan kehilangan ingatan yang baru terbentuk, kemudian berlanjut dengan kehilangan ingatan yang lebih lama, seperti ingatan masa kecil.”

“Tapi syukurnya, kondisi Aninda tidak separah itu. Dia hanya kehilangan sebagian ingatannya saja, khususnya ingatan tentang kejadian yang baru saja dialaminya. Mungkin, seperti kejadian pada dua sampai lima tahun ke belakang.”

Madya segera masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Aninda yang tengah memberontak di pelukan Arkan. Wanita itu segera mendekati putrinya. Setelahnya mendorong kasar tubuh Arkan dan menjauhkannya dari Aninda.

“PERGI KAMU!” usir Madya, membuat Arkan dan Aninda terkejut.

Aninda lantas melirik Madya. Sempat bungkam sejenak, sebelum akhirnya langsung berlari ke pelukan mamanya itu.

“Mama, Ninda dimana, hiks. Ninda takut ....”

Madya spontan membuka mulutnya. Cukup terkejut, karena ternyata Aninda mengingat dirinya. “Sayang?” Madya melepaskan pelukan Aninda, mengusap pelan air mata yang membasahi pipi putrinya itu, kemudian mencium keningnya.

“Gimana kondisi kamu? Kepalanya masih sakit?” tanya Madya, sangat lembut. “Kamu istirahat aja, ya. Jangan takut, Mama di sini.”

Dengan badan yang masih sedikit bergetar, Aninda pun mengangguk pasrah. Lanjut kembali membaringkan tubuhnya, dengan Madya yang ikut duduk di sisi brankar.

Arkaninda : Sacrifice (END)Where stories live. Discover now