75. Sacrifice

9.9K 1K 1.2K
                                    

WAJIB FOLLOW: Tialrhyu🤍 BIAR GAK KETINGGALAN INFO UPDATE!!

Bantu promosikan cerita ini ke teman atau sosial media kalian! Post di tiktok atau reels gunakan hastag #arkanindawattpad #tialrhyu, ya!❤️

Cek selalu spoiler next part serta konten menarik di tiktok: @wattpadtiaa

"Mau gue bantu?" Darren lantas merebut pistol di tangan Aninda, dan memeluk tubuh gadis itu dari belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau gue bantu?" Darren lantas merebut pistol di tangan Aninda, dan memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Disusul mengarahkan pisaunya pada leher gadis itu.

Kepala Aninda spontan mendongak ke atas. Napasnya terengah-engah, ia mulai ketakutan. Sedang di hadapannya, Arkan dan Afrizal sama-sama terkejutnya. Cowok itu selalu tiba-tiba muncul.

"Ren." Arkan menggelengkan kepalanya, berusaha menghentikan tindakan Darren, yang padahal ia sendiri pun tahu cowok itu tak akan pernah mendengarkannya.

"Ren, jangan gila lo! Rencana kita nggak kayak gini, anjing! Lepasin Aninda!" Saking paniknya Afrizal sampai keceplosan dan itu membuat Aninda terkekeh. Mereka berdua memang bersekongkol rupanya.

"Ren, ingat dia itu adik lo." Abiyan ikut mengeluarkan suaranya. Berharap Darren bisa sadar dengan satu fakta itu.

"Bokap lo pasti sedih, kalo lo kayak gini, Ren." Kenzie menyahut juga. "Aninda nggak ada salah apa-apa, Ren."

"DIAM LO SEMUA SETAN! MAKIN BANYAK YANG BELAIN ANAK JALANG INI MAKIN MUAK GUE LIAT WAJAHNYA!" teriak Darren emosi.

"DAN LO, ZAL!" Darren menunjuk Afrizal. "Cara lo terlalu bertele-tele! Gue nggak suka, mending gue pake cara gue sendiri aja, bangsat! Nyesel gue kerja sama sama lo!"

Arkan mengepalkan tangannya kuat. Memandang ke arah pistol yang ada di tangan kanan Darren, karena tangan kirinya memegangi pisau yang diarahkan pada leher Aninda. Arkan tidak bisa membayangkan jika gadis itu harus kenapa-kenapa.

Air mata Aninda menetes. Ia menangis bukan karena takut mati. Melainkan sangat sakit rasanya jika harus mati di tangan Abang sendiri.

"Ren," lirih Aninda. Berusaha menghentikan tangisannya, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki ini.

"Cih, nggak usah manggil-manggil lo, lont*!" Darren makin tersulut emosi. Ia tidak suka Aninda memanggil namanya.

"Sedikit aja lo gerak, pisau ini otomatis bakal ngenain leher lo, bitch!"

"DARREN!"

Deg. Darren mengenali suara itu. Gerakan cepat ia lantas menoleh ke sumber suara, begitu pun dengan yang lain. Ada Paula, Yogi, dan Aldof di belakangnya. Sialan!

Arkaninda : Sacrifice (END)Where stories live. Discover now