Part 62 - Penantian

Start from the beginning
                                    

Tangan kokoh yang beberapa bulan lalu mendekapnya erat, memberikan kenyamanan dan kehangatan di digenggaman tangan Mauren meskipun mereka melakukannya berdasarkan kontrak.

"Ibu kenal Om Ganendra udah berapa lama?" Tanya Shappire tiba-tiba setelah mereka berdua terdiam cukup lama.

Shappire selalu datang ke rumah sakit mengunjungi Alex. Biasanya dia datang bersama Rose, tapi akhir-akhir ini Shappire datang sendiri. Rose beberapa kali meminta Shappire menjaga Alex untuk mengusir Mauren.

Namun, Shappire tidak berani. Dia menolak permintaan Rose. Dia melihat hubungan Mauren dan Alex bukan sembarangan. Shappire memilih mundur, memberikan waktu untuk Mauren maju.

"Nggak lama." Jawab Mauren singkat. "Cuma kenal dulu."

"Tapi..., Om Ganendra bilang, dia nggak mau kehilangan wanita yang sama dalam hidupnya. Maksudnya ibu, kan? Om Ganendra ngejar ibu yang mau pergi?"

Mauren tidak menjawab. Di sisi lain, tidak ingin menyakiti Shappire. Ingin mundur dan pergi dari sana. Namun, di sini lain, dia mau menunggu Alex bangun. Menjaga lelaki itu di saat seperti ini.

Mereka berdua kembali terdiam lama. Pandangan Mauren kosong dan lurus ke depan. Sedangkan Shappire menunggunya bicara. Ingin tahu wanita yang membuat Alex menunjukkan sisi lain dalam dirinya.

"Ibu juga yang ditunggu sama Om Ganendra selama ini?" Tanya Shappire lagi. "Shappire udah lama kenal Om Ganendra. Udah sekitar delapan tahun. Om Ganendra sama kakek temen deket. Shappire pernah denger Om sama kakek ngobrol, kakek minta Om jagain Shappire. Tapi Om nggak mau, katanya dia udah punya calon istri."

Kedua mata Mauren tiba-tiba berkaca-kaca. Tidak tahu harus bagaimana sekarang. Satu persatu rahasia Alex mulai terbongkar. Seakan mengejek Mauren, kalau wanita itu tetap yang bersalah tanpa memikirkan bahwa dia juga tersakiti. Menyalahkan keputusan Masuren berpisah dengan Alex.

"Ren..."

Mauren menoleh pada asal suara. Lalu dia berdiri dan mendekat pada wajah Alex. Lelaki itu tiba-tiba bergerak dan menggumankan namanya. Tangan Mauren bergetar, mengelus pipi Alex lembut.

"Mauren..." Alex kembali berguman lemah.

"Aku di sini." Balas Mauren terharu.

Jempol Mauren memijit-mijit alis tebal Alex, agar lelaki itu mudah membuka mata dan menyesuaikan cahaya. Mauren memaksa senyum di wajanya meskipun kedua matanya mengabur. Perasaan Mauren bercampur aduk, ada haru, takut dan senang.

"Om udah bangun." Shappire juga berguman pelan. Dia berdiri di sisi kiri Alex. "Shappire panggil dokter." Shappire menekan tombol darurat di pinggir brangkar.

"Mauren..." Sekali lagi Alex memanggilnya.

Mauren dan Shappire mengalihkan pandangan mereka pada dokter yang memasuki ruangan. Mereka diminta tetap tenang dan memeriksa kondisi Alex yang masih lemah. Dia memiliki semangat hidup yang kuat, meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun sampai tadi siang.

Perlahan namun pasti, kedua mata Alex terbuka. Dia langsung melirik ke samping dan meneteskan air mata. "Mauren..." Suara Alex masih lemah.

Mauren tersenyum dan mendekat, memberikan pelukan hangat untuk lelaki itu. Mauren menangis haru, masih tidak percaya dengan Alex yang sudah bangun. Mauren sampai mencium wajah Alex beruntun lalu memeluknya.

"Jangan pergi." Permintaan Alex masih sama. Dokter dan timnya tersenyum lega melihat pasien mereka sudah bangun. "Kamu sakit?" Tanya Alex. "Kamu kurusan."

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now