Part 77 - Pulang

11.4K 1.4K 1.3K
                                    

            Rindu adalah hal yang sangat menyiksa dari apapun. Rindu pada seseorang yang tak bisa dimiliki bahkan ditumui lagi. Rindu pada kenangan yang dilalui bersama-sama. Rindu bercanda tawa, bertengkar dan kemudian balikan lagi. Rindu pelukannya yang hangat dan menenangkan.

Ketika ingin mengulangi masa itu lagi. Menyadarkan bahwa waktu dan keadaan bukan lagi sama. Alhasil, hanya bisa meratapi masa lalu yang indah dan pelan-pelan melupakannya.

Mauren tersenyum melihat Biru, Ida dan Violet sedang berlari di bibir pantai. Bercanda tawa dengan riang gembira, seolah-olah tidak ada beban dalam hidup mereka bertiga.

Terakhir kali bertemu dengan Biru, dia adalah lelaki pendiam dan serius. Tetapi beberapa minggu tidak bertemu dengannya, Biru menunjukkan sosok lain dari dalam dirinya. Violet yang selalu diacuhkan, sekarang mereka berdua sangat akrab.

Biru yang mendung Violet mengunjungi rumah Mauren. Dia juga datang menyusul di hari sabtu pagi. Menggeret sebuah koper dan meminta ijin supaya Mauren membiarkannya tinggal di sana bersama Violet.

Sungguh luar biasa. Sepertinya Biru telah berubah untuk Violet. Sekarang dia sedang menggendong Violet di punggungnya setelah puas siram-siraman. Pakaian ketiganya basah, namun tak menghentikan mereka.

"Eugh!" Mauren kaget dan menjauhkan wajahnya. Alex tiba-tiba mencium pipi Mauren dan membingkai wajahnya. Mauren segera menghindar tetapi lelaki yang sejak tadi bersamanya bersikukuh.

Mauren mengibaskan tangan Alex sekali lagi. Dia meraba pipi dan menyadari air mata yang entah sejak kapan meluruh.

Alex memaksa Mauren menurut. Dia memeluk wanita itu erat dan mengelus-elus punggungnya. Tidak ada amarah yang ditunjukkan oleh Alex meskipun dia tahu isi pikiran Mauren sedang memikirkan Andreas.

Dia rindu lelaki itu saat melihat Biru dan Violet bermain di bibir pantai. Berlari seperti anak kecil dan kemudian ambruk karena lelah. Mauren tak akan pernah bisa kembali pad masa itu.

Perasaan sentimentil menguasai hati Mauren. Makin hari makin labil, hanya Andreas yang ada di pikirannya. Apapun yang dia lihat dan pernah mereka lalui, Mauren langsung baper sampai tidak sadar mengeluarkan air mata.

Pelukan Alex secara berangsur-angsung membuat Mauren lebih tenang. Dia menyeka wajahnya dan membuat jarak dengan Alex.

"Kamu okay?" Tanya Alex lembut.

"Iya." Mauren menjawab singkat. Tidak malu menunjukkan perasaannya secara terang-terangan.

"Baiknya kita pulang sekarang." Ajak Alex kemudian. Mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang. Pasir yang dilapisi tikar dan beberapa jenis makanan manis menemani acara piknik.

"Aku nggak apa-apa." Mauren menolak sekali lagi. Memastikan wajahnya benar-benar kering meskipun kedua mata memerah.

Alex terdiam dan memandang Mauren sendu. Dia tersenyum tipis namun kaku. Perasaan Alex tak keruan, Hancur untuk kesekian kalinya dengan fakta perasaan Mauren yang sampai sekarang belum bisa melupakan Andreas.

Alex mengambil tangan Mauren dan menggenggam erat. "Aku masih menunggu kamu ikut pulang." Ucap lelaki itu untuk menarik perhatian Mauren.

Mauren tetap menolak. Dia menggeleng dan berusaha menarik tangannya. Mauren mengalah karena Alex memaksa, tidak melepaskan tangan Mauren dari genggaman tangannya yang hangat.

Masih sehangat dulu. Air mata Mauren kembali meluruh. Kali ini bercampur aduk bukan hanya untuk Andreas, melainkan pada Alex yang selalu bersikukuh.

"Aku mau pulang."

Mauren tak kuasa berlama-lama di sana. Tidak ingin merusak acara liburan Mauren dan Viola. Alex segera menurut dan membantu Mauren berdiri. Alex tidak mengabari pada ketiga orang itu karena mereka terlalu fokus bermain.

EMPTY [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang