Part 16 - Bastard

30.3K 2.1K 352
                                    


            Mauren duduk jongkok di toilet sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lutut. Mauren tidak mengenakan apa-apa di tubuhnya, dia menunggu cairan dari bagian bawahnya keluar sebanyak-banyaknya.

Sengaja minum banyak agar air seni yang dikeluarkannya juga banyak. Mauren tidak mau ambil resiko hanya mengandalkan obat pencegah kehamilan dari dokter yang dikunjunginya beberapa hari lalu.

Mauren tidak tahu seberapa banyak cairan yang dikeluarkan Alex dalam tubuhnya sepanjang malam dan sejak pagi tadi. Tidak memberikan Mauren waktu istirahat sehingga sampai sekarang tubuh wanita itu tidak bertenaga lagi.

Hari libur seperti ini, dimanfaatkan oleh Alex untuk mengurungnya di apartemen. Menulikan pendengarannya ketika Mauren protes hendak pulang. Tidak tahan berlama-lama di tempat yang sama dengan lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya.

Mauren tidak tahu apa yang sedang dikerjakan lelaki itu sekarang. Begitu Mauren minum sebanyak-banyaknya setelah bangun, dia langsung berlari ke kamar mandi. Menunggui entah berapa lama lagi cairan itu keluar semua.

Alex memandang pintu kamar mandi tajam, Mauren belum keluar hampir satu jam. Dia meringis dan mengetuk pintu hendak mengajak Mauren makan. Makanan pesanan Alex baru saja datang di antar oleh kurir.

"Mauren." Panggil Alex dari luar sambil mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban dari dalam. Kamar mandi itu tidak luas, Mauren pasti mendengar suara Alex dari luar.

"Mauren, buka!"

Alex mendorong pintu yang rupanya tidak dikunci. Lelaki itu masuk dan menggeram, rupanya Mauren ketiduran di kamar mandi. Dia mendekat untuk membangunkannya, namun Alex melihat wajah Mauren sangat kelelahan.

Lelaki itu menarik nafas panjang kemudian menggendong Mauren keluar dari kamar mandi. Gerakan itu tidak membuat Mauren bangun, dia sangat kelelahan dan mengantuk. Alex akhirnya menyelimuti tubuhnya setelah membantu memakaikan sebuah jubah.

Dia keluar dari kamar menuju ruang tamu untuk melanjutkan pekerjaannya. Memutuskan menunggui Mauren makan setelah bangun dan menyimpan kembali makanan di atas meja.

Setelah itu, Alex kembali masuk ke kamar. Mengeluarkan beberapa dokumen untuk kerjakan. Alex melirik Mauren sebelum keluar dari kamar, dia masih pulas dalam tidurnya.

Mauren bangun ketika sudah sore, perutnya berbunyi demo. Dia sangat kelaparan sampai tubuhnya gemetaran. Mauren bangun dan menyadari pakaiannya telah berganti, seingatnya dia ada di kamar mandi.

Mauren tidak ambil pusing, dia keluar dari kamar buru-buru. Di ruang tamu pandangannya dengan Alex bersibobrok. Mauren lebih dulu memutuskan kontak mata dan bingung hendak melakukan apa sekarang.

"Laper?" Tanya Alex mulai bicara.

Mauren tidak menjawab, Alex berdiri dan mengajaknya ke dapur. Mauren mengikuti ragu, rupanya Alex mengeluarkan makanan dari kabin kichen seat. Menata di meja dan menyuruh Mauren mendekat.

"Makanlah."

Mauren menurut saking tak bisa menahan lapar lagi. Dia menyendokkan banyak nasi dan memasukkan ke dalam mulut. Alex menunggui di depannya, memandang Mauren makan dengan lahap.

Dia juga menambah sayuran di piring Mauren membuat wanita itu berhenti mengunyah sesaat. Melirik Alex tajam kemudian melanjutkan makan lagi sampai semua tandas.

Mauren merasa hidup kembali setelah kenyang. Dia sampai ngos-ngosan dan perutnya penuh. Alex tersenyum tipis, membuat Mauren risih dengan keberadaannya.

Mereka terdiam cukup lama, sampai Mauren merasa perutnya aman barulah beranjak dari sana. Mauren mencari pakaiannya di ruang tamu, rupanya sudah dibuang Alex ke tempat sampah karena tidak layak digunakan lagi.

Mauren memandang Alex tajam, sekarang dia tidak bisa pulang tanpa pakaian. Alex tidak merasa bersalah, mengangkat salah satu alisnya dengan seringai puas.

"Pakaian buat kamu." Alex menunjukkan sebuah paperbag setelah puas melihat Mauren kesal. Mauren menerima terpaksa. Mengambil paperbag itu tetapi tangannya dicekal oleh Alex. "Kamu nggak boleh pulang!"

Mauren marah, emosinya mulai terpancing lagi. "Saya punya kehidupan pribadi!" Tekannya.

Alex tidak merespon baik, membawa wanita itu menubruk tubuhnya dan mencium paksa. Dia menyeringai karena Mauren tak bisa menolak. Mauren akan menanggung akibatnya dari penolakan tersebut.

"Berani ngebantah, hem?" Bisik Alex tajam. "Mau tunangan kamu nggak pernah pulang lagi?"

Tubuh Mauren dikendalikan lagi oleh Alex. Membawa wanita itu duduk di sofa sambil mencumbui. Tangannya bergerilya bebas di tubuhnya. Kedua mata Mauren berkaca-kaca, sangat membenci keadaan sekarang. Untuk menolak ciuman Alex saja dia tidak bisa.

"Kasih saya waktu istirahat." Kata Mauren dingin.

Alex berhenti dan memandang Mauren tajam. "Masih kurang, hem?"

"Saya..."

"Saya nggak nerima penolakan!" Potong Alex kejam. Merebahkan tubuh Mauren di atas sofa kemudian menimpanya. Mencium kasar dan menanggalkan jubah yang dikenakan oleh wanita itu.

Mauren menaha nafas, melengkungkan tubuhnya kesakitan karena Alex kembali kumat. Menyatukan tubuh mereka tanpa penetrasi yang cukup lebih dulu. Bergerak brutal seperti sebelumnya sehingga Mauren merasa tubuhnya hancur berkeping-keping.

"Ber-hen...henti..." Mauren mendorong Alex menjauh.

Alex menangkap kedua tangannya dan membawa ke atas kepala. Menulikan pendengarannya tanpa mengurangi kecepatan gerakannya.

"Berhenti, sakit!!" Teriak Mauren sekali tarikan dan menangis.

Akhirnya Alex berhenti bergerak. Memandang Mauren tajam yang sedang menangis sesegukan di bawahnya.

"Saya nggak bisa berhenti." Alex hendak mulai bergerak lagi.

"Sebentar! Berhenti sebentar, bastard!!" Mauren memaki tak tahan lagi. Dia berusaha duduk sambil mendorong Alex menjauh. Penyatuan tubuh mereka lepas, Mauren menampar Alex kuat-kuat dengan nafas memburu.

Alex diam, Mauren pun diam. Pandangan mereka bersibobrok tajam. Tubuh Mauren bergetar, dan kedua matanya kembali mengabur dan setetes air mata jatuh membasahi pipi. Dia memandang Alex tajam dengan lelehan air mata yang semakin membanjiri. Nafasnya juga terengah-engah, menahan gejolak emosi yang ditahannya selama ini.

Mauren hendak pergi tapi lagi-lagi Alex menahannya. Memeluk tubuh Mauren erat sehingga wanita itu meraung. Tidak berontak meskipun dia tidak suka Alex menyentuhnya. Mauren tidak menolak ketika Alex mengecup puncak kepalanya lembut. Dia menggigit bibir bawahnya menahan getaran tubuhnya.

Mauren sangat kelelahan sampai tak punya tenaga lagi. Tangisnya pun lama kelamaan tak bersuara lagi.


***

Jakarta, 08 Maret 2021


Alex kok makin lama gak punya hati ya?

Berasa kek setan gak sih, anjir?

Kasian Mauren sampe ketiduran di kamar mandi :(

Gak dilepas dong kwkwkw

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now