Part 9 - Sejenak

29.2K 2.1K 183
                                    

Andreas menundukkan kepala dengan gelas berisi cairan di tangan kanan. Kepalanya pusing, tapi dia tidak berniat mengakhiri kegiatannya sekarang. Andreas berada di sebuah club, minum sampai mabuk sendirian.

Kedua mata Andreas memerah, bukan sepenuhnya karena minuman. Dia sedang mengalami stress dengan kejian yang menimpanya bersama Mauren.

Andreas butuh pengalihan sejenak. Dia merasa berdosa dan bersalah pada Mauren, tidak mengabari keberadaannya saat ini. Setahu Mauren, Andreas sudah pulang ke kontrakannya setelah makan malam bersama di apartemen.

Nyatanya, Andreas mampir ke sebuah club tanpa rencana. Dia ingin melupakan masalanya sejenak. Andreas bukan lelaki peminum atau setiap kali ada masalah menempuh pengalihan sejenak.

Hanya saja, saat ini berbeda, Andreas ingin minum sampai mabuk agar nantinya dia bisa tidur pulas.

"Bro, minum nggak ngajak nih."

Andreas melirik ke samping. Bahunya ditepuk oleh seseorang dan duduk di sampingnya. Lelaki itu memesan Tequilla pada bartender, kemudian menuang ke gelas Andreas.

"Sendiri?"

"Iya, Bro." Jawab Andreas. Beradu tos pada lelaki di sampingnya kemudian menenggak dalam sekali teguk setelah memantulkan gelas mereka. "Pusing, Bro. Bisnis gue udah nggak bisa diselamatin lagi."

"Dalam bisnis memang seperti itu, Bro. Sering mengalami jatuh bangun." Lelaki itu adalah Alex, tampak sama seperti Andreas. Dia mengisi kembali gelasnya yang sudah kosong dengan Tequilla, lalu menenggak cepat.

Andreas mengangguk membenarkan, sebagai pembisnis yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, pasti paham bagaimana proses manis pahitnya. "Sering ke sini, Bro?" Tanya Andreas.

"Kalau lagi suntuk."

"Suntuk apa lagi nih, Bro?" Kekeh Andreas. "Cewek?" Alex terkekeh mengejek. Andreas merasa tebakannya tidak meleset. "Samperin, Bro."

"Udah."

Andreas tertarik, dia memutar tubuhnya menghadap Alex. Andreas mulai mabuk, ngomonya pun mulai ngelantur. "Terus? Ditolak?" Alex mengangguk membenarkan, sehingga Andreas terkekeh. Dia menepuk-nepuk bahu Alex sembari member saran. "Hebat bener bisa nolak lo, Bro."

"Dia beda." Curhat Alex sambil senyum kecil. Pandangannya lurus ke depan, ingatannya tentang masa lalu berputar dalam kepalanya.

"Kalau beda emang nantangin." Andreas setuju. "Kejar, Bro. Nanti juga luluh."

Alex terdiam, melirik sekilas pada Andreas yang berusaha menahan kantuk. Lelaki itu merasa pusing luar biasa, sesekali bersendawa karena terlalu banyak minum.

Alex dan Andreas mengobrol sampai tengah malam. Mereka pulang setelah mabuk berat, tidak kuat lagi melanjutkan minum. Andreas memaksa diri menyetir meskipun kepalanya masih pusing.

Dia tidak tahu sampai kontrakan sampai jam berapa. Yang pasti, ketika dia mandi, Andreas tidak merasa ngantuk lagi.

Andreas mengambil ponsel dan duduk di lantai bersadarkan pinggir tempat tidurnya. Kepalanya masih pusing, tapi Andreas masih sadar apa yang dia lakukan saat ini.

Dia membuka galeri ponsel, memandangi fotonya bersama Mauren beberapa hari lalu. Dilanjut menggulir foto selanjutnya, masih wajah keduanya dengan posisi hampir sama tapi beda tempat serta pakaian.

Andreas menggulir lagi, kali ini menunjukkan Mauren sibuk packing barang. Andreas membidik gambar setelah selesai menelpon dengan custumer.

Kedua mata Andreas berkaca-kaca seiring banyaknya foto yang dia gulir. Sampai akhirnya air matanya keluar membasahi pipi. Andreas menjambak rambutnya kencang, berguman tidak jelas.

Andreas merasa tidak berguna. Semua bisnis yang dirintisnya telah lenyap. Batal menikah karena dananya dialikan untuk bisnis baru.

Lebih menyakitkan dari itu, Andreas baru bekerja di salah satu perusaan yang menjanjikan. Tetapi, belum genap satu bulan bekerja, dia sudah dipecat. Perusahaan itu mengalami kerugian besar sampai mengeluarkan beberapa karyawan.

Termasuk Andreas, karyawan baru yang menggantungkan hidupnya saat ini dari sana. Andreas belum berani cerita pada Mauren. Wanita itu juga belum bekerja sampai saat ini, tak satu pun yang mau memperkerjakannya.

Mauren hanya sebatas interview saja, perusahaan tidak pernah menepati janjinya untuk menelpon kembali. Sebetulnya Andreas tidak tega melihat Mauren pergi semangat cari pekerjaan tapi tidak pernah diterima.

Untuk menyinggung pernikahan, Andreas juga tidak sanggup. Dia tidak memiliki apa-apa lagi sekarang, mengadakan jamuan kecil-kecilan saja dia tidak mampu.

Andreas memiliki dua adik perempuan yang masih kuliah, mereka mulai menagih jatah setoran. Untuk biaya kuliah, sewa kontrakan, uang makan dan kebutuhan lainnya ditanggung oleh Andreas.

"Argh..."

Andreas mengerang pusing. Kembali menjambak rambutnya kuat-kuat. Tidak tahu sampai kapan hal ini akan berlanjut. Andreas sudah mengirim lamaran pekerjaan, tapi tak satu pun yang memanggilnya sampai sekarang. Sudah hampir seminggu Andreas tidak bekerja sejak dipecat.



***

Jakarta, 01 Maret 2021


Yakinlah, jadi Andreas nggak mudah

Berat banget

Stress

Sampe rasanya ingin mati

Baru kerja, udah dipecat

Sekarang pengangguran

Huaaa..., gak enak banget jadi pengangguran.

Berasa nggak berguna.

Dan, timbul trauma :(


Tim mana kelen?

- AlexMauren

- AndreasMauren


Besok gimana?

Up?

EMPTY [18+]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt