Part 44 - Keraguan

13.1K 1.5K 1.3K
                                    

            Pulang kantor kali ini Mauren merasa tidak tenang. Beberapa kali meringis dengan pikiran berkenala jauh. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Alex, mengetikkan beberapa kata kemudian menghapusnya lagi.

Mauren meringis. Mestinya tidak ada keraguan yang dia rasakan. Mauren kembali mengetikkan kalimat berbeda dengan maksud yang sama. Tapi, setelah membacanya lagi, jari jempolnya kembali menghapus semuanya.

Dia menarik nafas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Melirik buket bunga yang ditemukannya tadi pagi di ruangannya. Rutinitas baru yang Alex lakukan untuknya,.

"Mauren..."

Mauren menoleh pada pintu, Alex memasuki ruangannya dengan tatapan selidik. Mauren kaget, pikirannya sedang tidak tenang. "Iya?"

"Kamu kenapa belum pulang?" Tanya Alex.

"Em, maaf. Aku udah mau pulang." Mauren salah tingkah. Dia sudah bersiap-siap, hanya saja belum keluar dari ruangan.

"Ayo." Alex mengulurkan tangannya yang dipandang Mauren penuh keraguan. "Kenapa?"
"Aku..., aku mau pulang sendiri." Jawab Mauren pelan.

Alex tidak langsung merespon. Dia memandang Mauren tajam sehingga wanita itu sedikit risih. Seiring berjalannya waktu, Mauren tidak lagi sekeras dulu. Tidak lagi marah-marah kalau bicara pada Alex.

"Kenapa?"

"Andreas..."

"Aku cuma nganter sampe depan apartemen kamu." Potong Alex cepat.

Kali ini, Mauren yang memandang Alex tajam. "Aku mungkin beberapa hari..."

"Iya." Lagi-lagi Alex memotong cepat. Paham akan maksud Mauren selanjutnya.

Mauren menggigit bibir bawahnya bagian dalam, tidak menemukan emosi dalam suara atau raut wajah Alex setiap kali Mauren menyinggung soal tunangannya. "Boleh?"

"Iya." Alex membenarkan sekali lagi.

Senyum Mauren melebar, akhirnya dia sangat lega. Mauren lebih dulu pulang dari pada Andreas. Kalau mereka pulang sekarang, Andreas tidak akan memergoki Mauren di antar oleh Alex.

"Terima kasih." Kata Mauren tulus. Jantungnya berdentam kuat, tidak sepenuhnya paham untuk siapa. Tidak sabar bertemu dan menghabiskan waktu dengan Andreas, atau perasaan senang karena Alex tidak sekeras dulu lagi.

"Ayo," Ajak Alex sekali lagi mengulurkan tangannya.

"Ah, aku juga nggak bisa makan malam." Tambah Mauren mengingatkan.

"Iya." Lagi-agi Alex mengiyakan begitu mudahnya. Leleakit itu sepertinya sudah paham akan maksud Mauren secara keseluruhan. Sehingga ketika Mauren mengutarakan maksudnya, Alex tidak kaget lagi.

"Terima kasih." Ucap Mauren tulus sembari menerima uluran tangan Alex.

Pandangan mereka bertemu dan senyum manis mereka di wajah masing-masing. Mauren dan Alex keluar dari ruangan menuju lift khusus. Lift itu hanya bisa di akses oleh petinggi-petinggi perusahaan dan tamu-tamu agung. Pengecualian untuk Mauren, Violet dan Biru, mereka termasuk kategori orang penting.

"Aku pesen makanan?" Tanya Mauren meminta persetujuan. Begitu keduanya di mobil, Mauren ingat akan kebiasaan Alex malas makan.

"Nggak perlu." Jawab Alex.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now