Part 125 - Kesiangan

7.8K 1.2K 244
                                    

Mauren membuka mata dan menahan nafas. Dia menoleh ke samping dan tidak menemukan Alex lagi. Dia melirik jam beker di atas meja telah menunjukkan angka sepuluh. Matahari mengintip dari celah jendela serta angin segar dari luar meniup-niup gorden.

Mauren segera beranjak dari tempat tidur dan mengecek terlebih dahulu kamar anak-anak. Dia tidak menemukan Star dan Scarlett di sana.

Mauren menggigit bibir bawahnya. Dia bangun kesiangan dan Alex tidak membangunkannya. Mauren merasa segan keluar kamar, dia memutuskan bersih-bersih dahulu.

Ternyata tetap saja Mauren merasa tidak tenang. Dia was-was bertemu dengan Rose di luar dan mengatainya.

Mauren meyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja. Dia menarik nafas dalam-dalam saat membuka pintu dan langsung mencari keberadaan bayi-bayinya.

"Aaaa... Buka mulut lebar-lebar."

Mauren berhenti melangkah, dia menemukan bayi-bayinya bersama Rose. Wanita itu sibuk menyuapi mereka, Star dan Scarlett terlihat sangat senang dan  berlomba-lomba membuka mulut.

"Aaammm..." Rose tersenyum lebar. "Enak? Mau nambah lagi?"

"Enak." Jawab Scarlett menganggukkan kepalanya. "Mau... Mau..."

"Enak." Star menambahkan. "Mommy..." Panggilnya semangat.

Scarlett mengulurkan kedua lengannya meminta Mauren mendekat. Wanita itu tersenyum canggung pada Rose dan menghampirinya.

"Ada Mommy..." Kata Rose sambil tersenyum.

"Maaf, saya bangun kesiangan." Ucap Mauren pelan.

Rose malah terkekeh tidak merasa keberatan. "Kenapa minta maaf?" Tanyanya. "Di rumah kamu sendiri, nggak  perlu minta maaf pada siapapun kalau bangun kesiangan." Jelas Rose mengingatkan sekali lagi. "Mama yang ngajak kamu ke sini, mama juga yang mau bantu kamu mengurus anak-anak."

Mauren tidak sepenuhnya merasa lega. Dia hanya mengangguk dan tersenyum tipis sambil memandangi bayi-bayinya.

"Mama minta maaf, menyuapi mereka. Mama pengin banget nyuapin anak-anak, tapi mereka sangat mandiri."

Mauren mengangguk canggung, tidak masalah asal tidak terbiasa.

"Makannya lahap banget dari tadi. Masih mau nambah. Tadi udah nambah sekali." Jelas Rose.

"Mommy, mamam." Star mengajak Mauren ikut makan.

"Mamam enak. Glenma cuap." Tambah Scarlett senang.

"Suka disuapin sama Grandma?" Tanya Mauren.

"Hem." Jawab kedua bayi itu kompak.

"Kamu makan dulu. Anak-anak biar mama yang urus." Kata Rose perhatian.

Mauren mengangguk hendak beranjak dari sana. Dia akhirnya pergi ke dapur untuk makan. Ternyata semua masih terhidang, menunggu Mauren makan dan kemudian nanti meja tersebut di beresin.

Mauren makan dengan lahap. Dia memang terjaga karena lapar. Mauren merasa masih canggung meskipun Rose sudah menenangkannya.

Setelah Mauren selesai makan, Rose menghampiri Mauren di meja makan sekalian membawa piring kotor bekas menyuapi cucu-cucunya. Wanita itu tersenyum dan duduk di samping menantunya setelah meletakkan di atas wastafel.

"Mama mau bicara sama kamu." Ucap Rose membuat jantung Mauren berdentam kencang.

Mauren berusaha menghabiskan air minum dalam gelas. Rasanya seperti menenggak alkohol bagi para pemula.

"Mama minta maaf nggak langsung tanya kamu. Karena mama yakin kamu nyaman terbuka. Jadi mama tanya pada Tria. Kamu... masih berobat kesehatan mental?" Tanyanya ragu-ragu.

"Udah nggak." Jawab Mauren pelan.

"Kenapa?"

"Berhenti setelah pulang ke sini."

Rose menarik nafas dalam-dalam. "Kamu mau lanjut?" Tanyanya. "Mama akan temani kamu. Kebetulan mama kenal dengan dokter yang bisa menangani kasus ini. Alex juga berobat di sana sebelumnya."

Mauren langsung diam. Dia bingung dan tidak menyangka, Alex juga pernah di posisi itu.

"Tapi, kalau kamu ingin memiliki rumah sakit sendiri, mama nggak akan melarang. Mama menghargai keputusan kamu." Lanjut Rose tidak ingin Mauren merasa terbebani.

"Saya belum kepikiran lagi." Jawab Mauren, berbanding terbalik dengan isi pikiran.

Rose tersenyum lembut dan menggenggam tangan Mauren. "Pelan-pelan." Katanya. "Kamu coba pertimbangkan dulu, mama siap menunggu kamu." Jelasnya lembut. "Kalau kamu nggak yakin, coba diskusikan dengan suami kamu."

Mauren menggigit bibir bawahnya kemudian mengangguk. "Terima kasih, tante." Katanya pelan.

Rose mengangguk dan tersenyum kembali. Mauren merasa gusar, dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk tinggal di rumah itu pun, dia belum yakin. Hanya menunggu sampai waktunya tiba, mungkin mereka akan pergi lagi.

Pada malam harinya, setelah Mauren dan Alex menidurkan anak-anak. Mauren duduk di pinggir ranjang menunggu Alex bergabung dengannya.

"Ada apa, hem?" Tanya Alex menyadari ada yang mengganggu pikiran Mauren. Alex mengelus pipi Mauren dan pandangan mereka bertemu.

"Tante kasih saran, aku lanjutin pengobatan." Kata Mauren pelan.

Alex tersenyum lembut. "Kamu mau?"

Mauren menggelengkan kepala. "Aku belum kasih keputusan."

"Apa yang mengganggu pikiran kamu?"

"Aku nggak tahu." Mauren menghela nafas panjang. "Aku bingung."

"Kamu mau mencoba dulu?" Saran Alex. "Kalau kamu nggak nyaman, kita hentikan. Cari dokter lain, atau gimana kamu nyamannya."

Mauren berpikir sejenak, menimbang-nimbang saran Alex. "Iya." Katanya.

"Mau?".

"Hem."

Alex tersenyum lebar dan memeluk Mauren. "Besok aku temenin kamu."

"Tante mau nemenin." Jelas Mauren.

Alex sangat senang mendengarnya. Dia mengangguk setuju dan mengeratkan pelukannya. Mauren membalas ragu, namun bagi Alex sudah lebih dari cukup.

***

Jakarta, 07 Februari 2022

Next :
⚠️Spam komen!⚠️

Follow :

Ig : iLa_dira
Tiktok : iLaDira69

Baca part special Empty di Karyakarsa hanya 4 part!

Baca part special Empty di Karyakarsa hanya 4 part!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EMPTY [18+]Where stories live. Discover now