Part 83 - Pecundang

11.1K 1.3K 1.2K
                                    

            Ida melirik Mauren yang sedang sibuk dengan ponselnya. Sesekali melirik kedua bayinya untuk mengawasi. Ida merasa tidak tenang, pasalnya Alex sedang melakukan video call untuk melihat kedua bayinya.

Mauren menolak bergabung. Bahkan saat Alex ingin melihatnya, Mauren menolak tanpa suara. Tentu saja ditangkap oleh Alex dari seberang. Mengetahui keberadaan Mauren di samping bayinya. Tetapi Mauren mengatakan pada Ida kalau Mauren sedang tidur di kamar.

Sekarang Mauren punya alasan menolak bicara langsung dengan Alex. Dia senang dengan keberadaan Ida yang hampir setiap saat datang ke rumahnya waktu senggang untuk melihat bayi-bayinya, sekalian melakukan panggilan video call dengan Alex. Ida yang menunjukkan bayi-bayi itu pada lelaki tersebut.

"Om hari sabtu ke sini?" Tanya Ida.

"Iya." Jawab Alex.

"Bawa oleh-oleh, om." Pinta Ida sudah akrab dengan Alex. Tidak lagi merasa terintimidasi seperti awal-awal, bikin Ida cepat-cepat pulang ke rumahnya.

"Iya." Alex masih berharap Mauren mau menerima panggilannya. "Tante kamu tanyain mau dibawain apa?"

Ida melirik Mauren yang dibalas gelengan kepala. "Nggak ada, om." Jawab Ida tanpa sadar. Lirikannya sangat kentara, dan tanpa sadar menunjukkan keberadaan Mauren ada di dekatnya.

"Yaudah." Alex akhirnya menyerah, bikin Mauren menghela nafas lega.

Panggilan itu berakhir dan Ida meletakkan ponsel di atas nakas lalu sibuk pada kedua bayi itu. Ida mencium mereka satu persatu, mengajak bicara kemudian menciumnya lagi. Tangan dan kaki kedua bayi itu tidak mau diam, justru bikin Ida makin senang.

Sesekali membawa kaki atau tangan seolah-olah menerjang wajahnya. Ida berbinar makin senang saat kedua bayi itu mengeluarkan suara khas sembari mengulurkan lidah.

"Tante, Ida nggak mau mereka cepet gede. Baru beberapa minggu udah segede ini aja. Udah pinter banget." Guman Ida sedih.

Mauren tersenyum, dia pun merasa kedua anaknya sangat cepat berkembang. Tiap hari makin aktif bergerak, Mauren haru sekaligus was-was. Tapi, tidak menginginkan mereka tetap kecil dan tidak berkembang.

"Jangan cepet gede." Pinta Ida pada mereka.

Mauren mengawasi mereka. Kadang dia sampai mengantuk, Mauren tidak sadar tertidur di tempatnya. Ida membangunkan Mauren, gadis remaja itu hendak pulang karena sebentar lagi akan pergi les.

Kadang bikin Ida kesal. Dia masih ingin bersama kedua anak bayi itu. Namun, dia memiliki jadwal les dan harus sekolah. Sehingga sering kali bermalas-malasan pergi dari rumah Mauren.

Sorenya, Mauren membawa kedua bayinya pergi jalan-jalan ke sekitar pantai menggunakan troller bayi untuk anak kembar. Mauren sudah mulai pulih, hampir tiap sore pergi sebentar untuk menenangkan pikiran.

Dia mampir ke sebuah kedai kopi. Mengantri bersama pembeli lain. Beberapa pembeli melirik kedua bayi Mauren yang anteng. Mereka bangun sambil mengisap empeng dan bergerak-gerak khas bayi.

Mauren maju beberapa langkah setelah pembeli di depannya selesai. Satu pengantri lagi di depannya, Mauren kembali mendorong stroller saat gilirannya. Menyebut pesananya kemudian mengeluarkan ponsel dari tas sling bag di bahunya. Membayar tagihan menggunakan scan barcode.

Dia mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan pesanannya. Bergeser ke samping dengan salah satu tangan mendorong stroller bayi. Senyum Mauren melebar, dia akan pergi ke tepi pantai untuk melihat peselancar. Mungkin istirahat di gajebo menikmati udara sore yang indah dan segar.

Langkah Mauren mendadak berhenti. Tiba-tiba perasaannya tak keruan. Mauren mencengkeram kuat cup di tangannya agar kopinya tidak jatuh. Mauren tidak berani berkedip, tak kuasa pula mengeluarkan suara.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now