Part 25 - Reservasi

20.1K 2K 135
                                    

Violet memasuki ruangan Mauren dengan wajah berbinar-binar. Setelah beberapa hari cuti sakit, akhirnya wanita itu masuk. Violet tak sabaran mengajak Mauren makan siang di luar, mengunjungi kafe baru di seberang kantor.

"Kemarin aku udah ke sana. Emang enak banget makanan. Ala-ala gitu. Pasti ibu suka." Jelas Violet semangat.

"Ada apa aja?" Tanya Mauren sembari mengambil dompet dan ponselnya. Keduanya berjalan santai keluar dari ruangan Mauren. "Sebentar ya."

Mauren menghentikan Violet hendak melanjutkan ceritanya ketika ponsel ditangan wanita itu berdering. Mauren tersenyum dan menyapa lawan bicaranya.

Violet menunggu sambil memperhatikan gerak-gerik Mauren. Sepertinya lawan bicara Mauren orang yang sangat penting sehingga wanita itu menunjukkan ekspresi sebahagia itu.

"Vio, saya minta maaf sekali. Tunangan saya mengajak saya makan. Dia udah di bawah sekarang. Lain kali saya janji akan nemenin kamu makan di kafe." Jelas Mauren panjang lebar dan merasa menyesal.

Andreas baru saja mengajaknya makan siang, lelaki itu sudah ada di depan kantor. Andreas baru saja selesai meeting dengan client tidak jauh dari perusahaan tempat Mauren bekerja.

"Ah, nggak apa-apa, Bu. Santai aja. Besok-besok masih bisa kok, masih banyak waktu." Jawab Violet menggeleng cepat.

"Terima kasih, Vio. Saya duluan." Mauren pergi buru-buru dan Violet cemberut. Tidak semangat pergi ke kantin buat makan siang.

Violet sangat senang dengan Mauren. Wanita itu baik dan tidak neko-neko. Selama Violet kerja, hanya Mauren yang tidak pernah cari muka pada bos. Selama ini, setiap wanita yang baru direkrut jadi karyawan, semua pada punya muka dua. Pura-pura baik dan ramah pada Violet dengan maksud tertentu. Ada juga yang membenci Violet karena gadis itu bertemu setiap hari dengan Alex, hubungan mereka cukup akrab dibandingkan dengan karyawan lain.

Violet sering kali merasa jengkel dengan wanita-wanita yang berusaha menggoda Alex. Mereka berlomba-lomba melemparkan diri untuk dinaikkan status serta jabatan.

Ujung-ujungnya bikin Violet ngakak, tidak satu orang pun yang berhasil meluluhkan bosnya. Alhasil, wanita-wanita itu memusuhi Violet meskipun tidak ada hubungannya dengannya.

Violet tidak sama seperti wanita-wanita yang berusaha mencari perhatian Alex. Dia adalah gadis ceria yang di pikirannya cuma bertanggungjawab dengan pekerjaannya. Tidak mau cari jalan pintas dengan memanfaatkan tubuhnya untuk menggoda atasan. Violet justru miris dengan wanita-wanita yang hanya mengandalkan tubuh mereka dibandingkan dengan skill.

Gadis itu sudah bekerja lima tahun lebih di tempat tersebut. Dari perusahaan itu belum semaju sekarang. Dimulai dari anak kacung yang diberlakukan semena-mena oleh senior. Di suruh-suruh beli makanan, foto copy dokumen dan banyak pekerjaan lainnya yang semestinya bukan ranahnya.

Kemudian naik jabatan menjadi karyawan tetap, lalu jadi asisten sekretaris yang bantu-bantu ini itu karena pekerjaannya selalu memuaskan, dan kemudian jadi sekretaris seperti sekarang ini setelah senior sebelumnya resign setelah menikah.

"Restorannya udah di reservasi?"

"Udah, pak."

Violet mengalihkan pandangannya pada dua orang di depannya baru keluar dari ruangan utama. Alex hendak memasuki ruangan Mauren sedangkan Biru menuju ke ruangannya.

"Pak, Bu Mauren udah pergi makan siang." Kata Violet, menghentikan Alex memasuki ruangan tersebut.

Alex memutar tubuhnya dan memandang Violet tajam. "Sama siapa?"

"Hem, katanya sama tunangan Bu Mauren." Jawab Violet polos. Alex mengepalkan tangannya, tiba-tiba amarah mengalir dalam tubuhnya. "Tadinya saya sama Bu Mauren mau makan di kafe yang baru buka. Terus gak jadi, jadinya saya males ke kantin." Curhat Violet sedih.

"Udah pesen?" Tanya Alex setelah mengendalikan diri.

"Mau pesen, pak." Violet menunjukkan ponselnya hendak memesan makanan di sebuah aplikasi.

"Sana sama Biru." Suruh Alex. "Tempat reservasi."

Violet berbinar senang. "Beneran, pak? Bapak nggak makan?" Alex menggeleng. "Mau..." Violet semangat kembali meskipun tumbuh sebersit ragu dalam benaknya. "Makasih, pak. Vio ajak Mas Biru dulu." Violet langsung ngacir ke ruangan Biru sambil senyum-senyum.

Sedangkan Alex langsung pergi menuju lift. Berusaha menahan gejolak emosi yang tiba-tiba menguasai dirinya. Alex sengaja reservasi restoran untuk makan siang bersama Mauren.

Wanita itu baru pulih, butuh asupan makanan extra untuk mengembalikan staminanya. Tidak tahunya, dia malah pergi duluan. Alex mendengkus, pekerjaan tanggungnya bikin dia keduluan.

Dia tahu kemana tujuan Mauren dan Andreas. Semua tentang Mauren masih tersimpan jelas di ingatan Alex. Dia pun segera pergi ke tempat tujuannya.

Tidak butuh waktu lama bagi Alex sampai di restoran yang dimaksud. Benar saja, dia melihat Andreas dan Mauren sedang makan sambil bercanda tawa. Alex makin kesal, mengepalkan tangannya dan pandangannya makin menajam.

Mauren melihatnya tidak sengaja. Tiba-tiba saja nafsu makan Mauren hilang. Tidak nyaman dengan tatapan Alex, tidak suka dengan keberadaan lelaki itu sedang mengintai di salah satu sudut restoran tersebut.

"Hei, kenapa?" Tanya Andreas khawatir. "Kamu nggak suka? Masih pusing?"

Mauren menggeleng pelan sambil senyum tipis. "Nggak apa-apa." Jawabnya. "Aku cuma seneng banget, bisa makan di tempat ginian sama kamu di waktu istirahat lagi."

Andreas turut sedih, begitu banyak masalah yang bikin mereka makin menjauh. Andreas tidak punya waktu buat Mauren untuk sekedar makan malam karena lelaki itu sibuk bekerja dan dinas ke luar kota.

"Maaf ya. Aku sibuk banget sampe nggak punya waktu buat kamu." Sesal Andreas sambil mengusap pipi Mauren lembut.

Mauren bukan bermaksud seperti itu. Dia berkata demikian untuk mengalihkan perhatian Andreas karena tiba-tiba dia badmood melihat Alex. "Kamu nggak perlu minta maaf." Jelas Mauren mengingatkan. "Kita sedang berjuang, aku cuma seneng banget kita masih bisa kayak gini." Senyum wanita itu melebar manis.

Tetap saja Andreas merasa bersalah. "Aku janji, semua akan kembali normal dan kita akan bareng-bareng lagi seperti dulu."

Mauren sangat terharu mendengarnya. Dia mengangguk dan menumpukan tangan Andreas pada pipinya. "Terima kasih, mas." Lalu Mauren mengambil tangan lelaki itu membawanya ke bibir. Mengecup mesra bikin lelaki yang sejak tadi mengintai makin panas.



***

Jakarta, 24 Maret 2021

Gak jadi makan di restoran.

Malah ngeliat yang bikin hati makin panas ye, bang 🤣🤣

Kalian seneng gak sih kalau Alex panas gini?


Follow Ig
1. ila_dira
2. iLaDira69
3. Orenwidjaja
4. _alexandervito

Jangan lupa taburan bintang dan spam komennya ❤️

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now