Part 105 - Camp

7.7K 1.2K 234
                                    

Malam harinya, Alex dan Mauren membangun tenda di taman rumah belakang. Mereka berbaring sambil memandang bintang yang bertaburan indah di langit. Mereka berencana tidur di sana, dan sudah menyiapkan semua keperluan.

Bahkan colokan listrik ada di luar tenda dan alat pemanas portabel untuk menghangatkan susu bayi-bayi itu. Tidak lupa sebuah api unggun kecil yang membuat Star dan Scarlett penasaran setengah mati.

Mereka duduk di depan api. Memandang anteng sampai tidak sadar mengeluarkan air liur. Bayi-bayi itu mengenakan pakaian tebal yang lengkap, seperti jaket bulu yang hangat, sepatu dan kaus kaki serta menutup kepala dengan topi jaket.

Mereka berdua juga melempar apa saja pada api. Seperti mencabut rumput hijau kemudian melempar asal pada api yang menyala. Mauren bahkan melotot saat Star hendak melempar botol susunya karena rumput yang dilemparnya tidak memberikan efek besar pada api itu.

Untuknya Alex bisa mencegah, menangkap sebelum mengenai api. Dia memeluk Star dan mengecup pipinya. Scarlett merengek iri, dia menarik lengan Alex dan duduk di pangkuannya lelaki itu. Alex memeluk mereka berdua dan mengecup bergantian. Star dan Scarlett duduk anteng memandangi api.

Tidak lama kemudian, mereka berempat masuk ke dalam tenda transparan. Memandang langit yang terang oleh cahaya bulan dan bintang.

"Daddy, tuh." Tunjuk Star pada langit.

"Tuh... Mommy..." Scarlett tidak mau kalah.

Kedua bayi itu berbaring di tengah-tengah Mauren dan Alex. Masing-masing menjadikan lengan mereka sebagai bantal. Alex yang lebih banyak mengeluarkan suara, menunjukkan bintang paling bersinar terang.

Anak-anak akhirnya mulai mengantuk. Mereka sudah capek bermain, menangis dan bertengkar seharian. Mauren dan Alex saling melirik, memperbaiki posisi tidur bayi mereka di atas matras yang dijadikan tempat tidur. Nafas anak-anak sesekali terdengar kasar, mereka langsung pulas tanpa mengetahui sekitarnya lagi.

Alex keluar memperbaiki tenda, menutup dengan kain tebal supaya tertutupi. Tidak mungkin mereka tidur tanpa penghalang matahari saat terbit nanti.

Mauren juga bangun, merasa risih dengan  posisinya sedangkan Alex bisa melihatnya secara leluasanya dari luar. Dia mengecek api, memastikan tidak akan kemana-mana selama mereka tidur.

Setelah selesai menutupi tenda, Alex bergabung duduk dengan Mauren di pintu tenda. Mereka diam membisu dengan pandangan fokus pada api. Keduanya merasa canggung dan aneh, terutama Mauren. Hendak tidur tetapi Alex menggenggam tangannya lembut.

"Gimana pengobatan kamu?" Tanya Alex mulai bicara. Seharian hanya bicara seperlunya saja, mereka sangat sibuk mengurus anak-anak.

"Baik." Jawab Mauren singkat.

"Aku boleh temenin kamu mengunjungi dokternya?"

Mauren menahan nafas. Tidak ingin Alex ikut campur dengan masalah yang dia hadapi. Terutama berkunjung ke rumah sakit. Mauren hanya ingin melakukannya sendiri. Tetapi, Pierre juga meminta pada Mauren agar mengajak lelaki itu ikut dengannya.

"Mauren..." Panggil Alex.

Mauren mengerutkan dahi, dia tidak nyaman duduk sangat dekat dengan Alex. Hanya mereka berdua pula, tidak ada suara anak-anak yang biasa berisik.

"Apa kamu akan percaya lagi sama aku kalau kita bercerai?" Tanya Alex pelan namun jelas di pendengaran Mauren.

Mauren tersentak kaget. Dia tidak menyangka Alex akan menyinggungnya seperti itu. Lelaki itu selalu mengatakan, mereka tidak akan pernah bercerai sampai kapanpun.

"Bagaimana cara aku mendekati kamu lagi kalau kita bercerai dan kamu pergi? Memutuskan kontak dengan aku dan kamu pergi bersembunyi ke tempat yang nggak bisa kujangkau?"

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now