Part 148 - Uncle (ENDING)

11.2K 827 199
                                    

Part 148 - Uncle

Mauren menghapus air mata dengan tissue pemberian dokter Lori selaku dokter psikiater yang menangani Mauren. Mauren menceritakan keadaannya yang sedang hamil, tetapi tidak senang dengan kehadiran bayinya. Perasaan Mauren kacau dan emosinya tak bisa dia kendalikan.

Mauren stress akhir-akhir ini sehingga memicu pertengkaran dengan suaminya. Dokter Lory mendengarkan semua keluh kesah Mauren tanpa memotong. Mauren merasa lebih ringan. Entah mengapa, Mauren bisa menceritakan semua keluh kesahnya pada dokter Lory, tetapi tidak pada Alex.

"Aku belum siap." ulang Mauren frustasi. "Aku nggak mau mengulangi kesalahan yang sama. Aku punya empat anak dalam keadaan nggak siap." Mauren menahan nafas untuk menetralkan emosinya.

"Kamu belum yakin dia akan mencintai kamu sampai menua nanti?"

Mauren menggelengkan kepala, dia tidak sepenuhnya yakin.

"Saya yakin dia akan mencintai kamu." Dokter Lori tersenyum menenangkan. "Nggak ada laki-laki yang mau menahan diri sampai tiga tahun tanpa menyentuh istrinya." jelasnya. "Kamu sehat, dia sehat. Tapi dia menunggu kamu siap."

Mauren meneteskan air mata lalu menghela nafas kasar. Dulu dia dan Andreas pernah mengecek kondisi masing-masing sebelum menikah. Dokter memvonis Mauren kesulitan memiliki anak, harapannya sangat kecil. Waktu masih muda Mauren pernah keguguran dan memiliki pola hidup yang tidak sehat.

Mauren sangat stress dan mau menyerah. Dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Andreas. Mauren sangat takut tidak bisa memberikan anak pada lelaki terebut. Mauren menghilang dan tidak mau bertemu dengan Andreas.

Namun, lelaki baik itu berhasil menyakinkan Mauren. Keputusan Andreas tidak akan berubah, dia akan tetap menikah dengan Mauren meski dokter memberikan vonis. Mereka akan mengadopsi anak, keluarga Andreas bukan orang kolot yang akan mempermasalahkan anak kandung atau adopsi.

Barulah Mauren mau melanjutkan persiapan pernikahan. Rasa cintanya untuk Andreas mengikiskan rasa takut yang menggerogotinya.

Mauren kaget sampai tidak bisa berpikir jernih saat dokter mengatakan dirinya hamil bayi kembar. Mauren merasa bagai mimpi, tidak mungkin dia bisa hamil secepat itu sedangkan dokter sudah pernah memberikan vonis.

Mauren juga pakai kontrasepsi secara rutin, bahkan mengecek kesehatahannya untuk memastikan tidak terjadi apa-apa dengan tubuhnya. Mauren merasa kotor, dia akan menikah dengan Andreas tetapi malah tidur dengan Alex.

"Mommy, sudah belobat?"

Mauren menahan nafas lalu tersenyum lebar sambil memutar badannya. Star, Scarlett dan Rose menunggu Mauren di luar. Mereka bertiga baru selesai main di taman rumah sakit bersama anak-anak lain.

"Sudah, sayang." Senyum Mauren tersungging lebar. Dia memeluk Star dan Scarlett sambil mengecup wajah mereka dengan gemas.

Rose tersenyum dan menghampiri Mauren. Wanita itu memandang wajah menantunya lekat-lekat, lalu memeluk sayang. Kedua mata Mauren langsung berkaca-kaca, sekarang Rose sangat menyayanginya, namun hatinya belum bisa menerima mereka.

"Pulang, yuk." ajak Rose. Mereka berempat saling berpegangan tangan, kadang Rose dan Scarlett yang di depan agar tidak menghalangi jalan.

"Biar Grandma yang urus administrasi dan ambil obatnya. Mommy tunggu di sini aja sama Star sama Scarllet." ucap Rose sembari meminta resep dari Mauren.

Mauren tidak enak hati menyerahkan resep pada Rose, namun wanita itu selalu melakukan hal yang sama. Pasti Rose yang selalu repot-repot, kalau mereka sambil jajan juga seperti itu. Rose yang antri beli, Mauren di suruh menjaga kedua balitanya. Malah kadang memastikan mereka duduk di ruang tunggu dengan nyaman.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now