Part 37 - Paperbag

14.9K 1.6K 341
                                    

            Mauren membuka pintu apartemennya begitu bel berbunyi. Alex datang menjemputnya untuk menghadiri acara ulang tahun perusahaan. Mauren tersenyum tipis dan mendapat kecupan singkat dari lelaki itu.

"Ini, paperbag punya kamu ketinggalan." Mauren mengodorkan sebuah paperbag milik Alex yang ketinggalan tempo hari. Kebetulan lelaki itu datang, sekalian dibawa pulang.

"Itu buat kamu." Jawab Alex sambil memandangnya tajam.

"Aku nggak bisa terima." Mauren menolak. Semua yang Alex berikan, Mauren selalu menolak. Tidak mau berhutang budi atau memanfaatkan keadaan mereka saat ini, meskipun semua itu bukan apa-apa bagi Alex.

Mini Cooper yang dihadiahkan lelaki itu untuknya sebagai kendaraan mengantar Mauren pun ditolak. Mereservasi sebuah restoran tempat mereka makan juga ditolak, Mauren tidak nyaman hanya makan berdua saja dengannya di tempat semewah itu. Mauren lebih senang berada di keramaian, kafe pinggir jalan yang tidak mencolok.

Tidak semua bisa ditolak Mauren, contohnya seperti beberapa set pakaian dan sepatu yang tiba-tiba di kirim ke apartemennya. Mauren jengah sedangkan Alex tidak mau menerima kembali. Lebih baik pakaian-pakaian itu dibakar sekalian kalau Mauren tidak mau menerima.

Alhasil wanita itu tidak punya pilihan. Menerima tapi bukan untuk terus menerus. Maksudnya, Mauren tidak akan mau menerima pakaian yang dibeli oleh Alex lagi. Dia mampu beli sendiri dengan salary yang diterimanya.

Selain itu, Alex juga pernah mengirimkan nominal uang yang tidak sedikit pada Mauren. Wanita itu mengembalikannya pada rekening kantor dan mengirim bukti pada Alex. Lelaki itu kesal bukan main, semua yang dia berikan ditolak oleh Mauren.

"Aku tahu kita punya kesepakatan. Tapi, kita nggak bisa sepenuhnya seperti dulu. Aku nggak bisa menerima semua yang kamu berikan."

"Kenapa? Kenapa kamu nggak bisa nerima seperti dulu?"

"Harusnya kamu mengerti." Ucap Mauren meringis. "Aku minta maaf di bagian ini. Aku nggak bisa nerima semua yang kamu berikan. Berhenti mengerluarkan uang kamu untukku. Lebih baik kamu berikan ini pada wanita lain. Aku masih punya stok parfum."

Di dalam paperbag itu Alex membeli oleh-oleh satu set lengkap parfum Chanel untuk Mauren. Sengaja diletakkan bersama barang-barang Mauren tanpa memberi tahu, karena dia yakin Mauren akan menolaknya lagi.

"Aku tahu, harga diri aku buat kamu udah nggak ada. Tapi, tolong, sedikit aja kamu hargai aku boleh?" Pinta Mauren dengan senyum. Alex langsung diam, memperhatikan wajah wanita itu dalam.

"Baiklah." Alex mengalah. Mengambil paperbag itu dari tangan Mauren dan mereka keluar dari apartemen.

Seperti tidak terjadi masalah, Mauren menggandeng lengan Alex dan tersenyum manis pada lelaki itu sebelum mereka masuk ke dalam lift. Alex memalas senyumnya tapi tidak sampai mata.

Mereka langsung meluncur ke tujuan, sebuah ballroom hall yang yang sudah ramai oleh tamu undangan. Semua karyawan perusahaan dan client yang diundang meramaikan acara. Semua tampak senang dan berseri-seri. Tentu saja, malam ini sebagian dari mereka akan mendapatkan predikat baru dengan usaha satu tahun ini.

Mauren tersenyum pada Violet dan Biru yang datang menghampiri. Mereka saling menyapa dan memuji. Terutama Violet, sampai histeris dengan penampilan Mauren yang sangat anggun.

Alex sibuk dengan tamu undangan, mereka mengobrol sambil minum. Bercanda tawa sambil menikmati acara. Untuk acara hiburan tidak pernah lupa, mereka menyewa penyanyi top, stand up komedi dan tentunya pembawa acara kondang.

Mauren memisahkan diri dari Alex. Dia tidak nyaman menjadi pusat perhatian karena Alex tidak segan-segan merangkul pinggangnya. Dipastikan gossip kantor akan menyebar lagi esok hari.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now