Part 81 - Gugatan

13.8K 1.4K 1.4K
                                        

            Wajah Mauren pucat dengan nafas mulai beraturan. Pelan-pelan keduanya mulai terpejam dan suara-suara berisik dari ruangan itu mulai menjauh. Ruangan putih dengan beberapa orang mengenakan pakaian khusus dibantu alat-alat canggih mengeluarkan bayi-bayi dalam perut Mauren.

Mauren melahirkan normal di sebuah rumah sakit. Perjuangan melahirkan dua orang anaj begitu melelahkan. Mauren ingin istirahat sebentar, tak bisa menahan sebentar saja untuk melihat kedua anaknya yang sedang menangis histeris.

"Mauren, sayang, bangun!"

Mauren mendengar suara itu dari jauh. Mengembalikan sedikit kesadarannya namun tak bekerja sepenuhnya. Kedua mata Mauren mulai tertutup lagi.

"Mauren!!"

Suara itu memanggilnya lagi di sertai dengan tangis kencang memekakkan telinga. Jantung Mauren berpacu kuat, jiwanya menyentak dan menyadarkannya. Mauren berdebar, menundukkan sedikit badannya lalu mengeluarkan air mata.

Diaa memeluk kedua anaknya di dada. Mereka menangis sejadi-jadinya, tetapi begitu Mauren bergerak keduanya mulai tenang dan berhenti menangis.

Mauren memeluk mereka, mengecup satu-persatu. Hampir saja dia meninggalkan kedua anaknya. Mauren sangat takut, dia tidak akan pernah meninggalkan kedua bayi itu.

Mauren juga tersadar pada lelaki di sampingnya. Memeluk erat tubuhnya sambil menangis. Alex yang setia menemaninya melahirkan, merasa luar biasa lega setelah Mauren menunjukkan tanda-tanda kesadarannya.

Alex tidak bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dia tidak mau kehilangan Mauren lagi. Alex ingin bersamanya, mengurus kedua anak perempuannya sampai mereka dewasa.

"Terima kasih- Terima kasih. Terima kasih." Alex mengguman beruntun sambil mengecup seluruh wajah Mauren. Mauren diam saja, menyadari ketakutan Alex sampai lelaki itu tak memikirkan apapun lagi.

Meskipun tubuh Mauren lelah tak bertenaga. Tetapi kedua tangannya masih mampu mengelus bayi-bayi di atas dadanya. Mereka mengeluarkan suara lucu khas anak kecil dan mencoba menggapai kulit Mauren dengan tangan kecil terkepalnya.

Beberapa saat kemudian bayi-bayi itu dibersihkan dan dipindahkan ke dalam box. Mauren juga perlu dibersihkan, tak sadar memeluk lengan Alex sebagai tumpuan. Mauren juga butuh istirahat setelah mengeluaran seluruh tenaga, Alex menemaninya sambil mengecup wajahnya berkali-kali.

Alex tak meninggalkannya barang sebentar saja. Dia akan terus bersama Mauren. Sama seperti tadi, saat semua dokter dan suster fokus pada anaknya. Alex fokus pada Mauren, menyemangatinya agar mendapat kekuatan.

Mauren bangun saat sudah malam. Tubuhnya sedikit lebih baik, ada rasa aneh saat menyadari kedua bayinya sudah lahir. Mauren menoleh ke samping, Alex masih menungguinya dan memberikan senyum hangat.

Alex tidak beranjak dari tempatnya. Tak melepaskan tautan tangan mereka. Dia juga belum makan dan ganti pakaian. Alex khawatir meninggalkan Mauren sendiri, terutama jika wanita itu seperti tadi siang.

"Kamu udah lapar?" Tanya Alex lembut.

"Bayinya." Jawab Mauren serak.

"Masih tidur." Alex mengelus pipi Mauren lembut. Menunjuk ke samping tempat bayi mereka tidur dalam box. Mauren ingin melihat mereka lagi, Alex beranjak dari tempatnya uintuk menggeser box itu berdempetan dengan brangkar wanita itu.

Alex juga menyetel brangkar sehingga Mauren setengah berbaring. Lalu mengangkat salah satu bayinya ke pangkuan Mauren yang tiba-tiba bangun. Mauren tersenyum sembari mengecup lembut, menepuk-nepuk pelan agar bayi itu kembali tidur.

Bayi satu lagi pun menangis. Alex mengangkatnya ke pangkuan dan duduk di depan Mauren. Mauren mengelus-elus bayi itu lembut. Mauren menyusuinya dengan hati-hati. Senyumnya tak pudar dari wajah, rasa hangat yang membuncah dalam dada.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now