Part 62 - Penantian

17.2K 2.3K 1.1K
                                    

            Shappire tidak pernah menyangka kalau wanita yang dimaksud Alex adalah Mauren Widjaja. Karyawan baru di perusahaan Alex yang tidak diketahui sejak kapan mulai bekerja. Memang Shappire tidak mengetahui data-data karyawan atau semacamnya soal perusahaan.

Namun, setahu dia, Alex tidak mudah bergaul dengan orang baru. Termasuk karyawannya sendiri. Shappire sering datang ke kantor Alex, tapi tidak pernah melihat seorang pun yang berhasil dekat dengan lelaki itu kecuali sekretarisnya, Violet.

Alex mengorbankan pernikahannya lantaran dia tidak mau kehilangan wanita sama dalam hidupnya untuk kedua kalinya. Shappire dikagetkan dengan keberadaan Mauren di rumah sakit saat mengunjungi lelaki itu.

Dia masih berbaring tak sadarkan diri di atas brangkar. Tidur damai seolah-olah tidak pernah tidur selama ini. Seolah-olah dia sedang berada di tempat yang sangat indah dan nyaman, tidak ingin kembali dan mengakhiri tidurnya.

Sedangkan Mauren menunggu dengan setia di samping brangkar Alex. Meskipun tidak bicara, Shappire melihat tangan Mauren sangat erat menggenggam tangan mantan calon suaminya. Menunjukkan kedekatan mereka bukan hanya terjalin baru-baru ini. Di depan Rose, Mauren tak takut maun gentar.

Mauren diam saja saat Rose marah-marah. Memaki Mauren dan menyalahkan wanita itu karena Alex tak kunjung bangun. Mereka semua takut kalau Alex tak pernah bangun lagi.

Hampir satu bulan Alex tidak bangun. Dia harus dioperasi karena kondisinya sangat buruk. Pergaulannya di masa muda yang buruk, sering mengalami kecelakaan sehingga terdapat darah beku di dalam tubuhnya. Keadaan dalam tubuh Alex juga tidak sehat, kebiasaan merokok membuat paru-parunya menghitam.

Meskipun Alex sudah lama tidak menyentuh nikotin lagi, namun bekas masa lalu masih tersisa. Alex mengalami komplikasi, dokter meminta mereka untuk memperbanyak doa dan berusaha ikhlas kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Ibu udah makan belum?"

Shappire berusaha dekat dengan Mauren. Dia kasihan melihat keadaan mauren yang tidak bisa dia deskripsikan. Muaren kelelahan dan kurus, berjaga menunggui Alex bangun setiap hari. Tidak pernah meninggalkan Alex seorang diri di kamar inapnya.

Bahkan, untuk makan saja Mauren tidak nafsu. Makanan yang dibawa oleh Shappire, Violet dan Biru tidak pernah habis dimakan.

"Iya, udah." Jawab Mauren singkat.

"Ibu makan apa?" Tanya Shappire.

"Tadi di anter suster."

"Shappire bawa makanan. Ibu makan dulu ya." Kata Shappire. "Makanan rumah sakit nggak enak."

Mauren tersenyum tipis, menolak dengan halus. Dia sudah kenyang, tidak bisa memaksa untuk makan lagi. Mauren merasa bersalah dengan Shappire, sehingga tidak pernah menyinggung masalah pernikahan mereka.

Shappire juga demikian, tidak pernah menyinggung atau menyalahkan Mauren. Mereka bertemu setiap hari, seperti tidak pernah terjadi masalah.

"Ibu kayaknya sakit." Kata Shappire lagi. "Ibu pucat. Ibu juga makin kurus."

"Saya nggak apa-apa." Elak Mauren tegas.

"Ibu jarang tidur." Shappire menambahkan lagi.

Mauren tidak menjawab. Pandangannya fokus pada wajah damai Alex yang dilengkapi dengan alata-alat bantu rumah sakit. Dia mengelus punggung tangan Alex yang mulai mengurus dan pucat.

EMPTY [18+]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora