Part 15 - Kerja Paksa

31.4K 2.1K 125
                                    

            Mauren melilit selimut di tubuhnya sambil meraba kemeja Alex yang berada di bawah ranjang. Terpaksa menggunakan apa yang dia temui, karena gaunnya mungkin tercecer di ruang tamu. Tidak tahu masih bisa digunakan atau tidak karena Alex membuka paksa dan buru-buru.

Dia meringis hendak beranjak dari ranjang setelah selesai mengancingi kemeja. Mauren melirik jam sudah pukul dua belas malam. Masih banyak taksi yang beroperasi di depan apartemen, Mauren tidak perlu khawatir karena lalu lintas juga lumayan masih ramai.

"Mau kemana?" Alex tiba-tiba bangun dan menahan tangannya.

"Pekerjaan saya udah selesai." Jawan Mauren dingin. Menarik tangannya agar lepas dari Alex.

"Kata siapa? Saya masih menginginkan kamu." Alex menarik tubuh Mauren dan menubruk tubuhnya. Lelaki itu memeluk pinggangnya erat dan melumat bibirnya.

"Lepas!" Mauren tidak mau melanjutkan lagi. "Saya capek!" Dia mendorong dada Alex menjauh. Alex menukar posisi mereka, menjadikan Mauren dibawahnya.

Alex memandang Mauren tajam, tidak peduli dengan penolakan. Alex mencium Mauren dan salah satu tangannya menelusup masuk ke dalam kemeja yang dikenakan wanita itu.

Rasa benci itu makin menumbuh, Mauren tidak berontak lagi. Membiarkan Alex membuka kemeja dan meraba tubuhnya. Alex terkekeh puas, memandang tubuh polos Mauren dipenuhi tanda kepemilikan.

Alex membawa kedua tangan Mauren ke atas kepalanya, menyeringai lalu mengecup bibir wanita itu lembut. Tangan kiri Alex memegang kedua tangan Mauren di atas kepala, sedangkan tangan kanan beralih ke pinggang. Merayap perlahan hingga ke dada, menangkup dada Mauren yang pas dalam genggamannya.

Mauren menahan nafas, risih. Alex memainkan ahli sehingga perlahan Mauren mulai rileks. Mengeluarkan erangan tertahan dan memejamkan mata, membiarkan Alex mempora-porandakan tubuhnya seperti yang lelaki itu mau.

Mauren mengambil nafas dalam-dalam saat Alex menyatukan tubuh mereka. Alex melepaskan kedua tangannya dan mulai bergerak. Mauren lantas memeluknya untuk mencari pegangan.

Nafas mereka saling memburu, Alex memelankan gerakannya dan memandang wajah Mauren. Tangan kanan Alex berada di bawah leher Mauren, sedangkan satu lagi menyangga tubuhnya agar tidak menimpa wanita itu.

Dia mengelus pipi Mauren lembut, lantas mencium bibirnya beberapa saat. Bunyi decapan dan aroma percintaan menguar di ruangan kecil itu. Mauren memekik saat Alex menukar posisi mereka. Menjadikan Mauren mengambil alih kontrol.

Mauren menggeleng tidak mau. Tidak mau bergerak meskipun Alex membantu mengangkat pingganggnya.

"Drive me!" Perintah Alex setengah berbisik.

"Ng-ngga... aahhk!" Mauren bersusah payah menolak, nafasnya terputus-putus dan keringat mulai membanjiri. Dia berusaha melepaskan penyatuan tubuh mereka, akal sehatnya masih tersisa sedikit.

Alex menggeram dan kembali menukar posisi. Alex marah, bergerak brutal dan tidak memberikan Mauren waktu istirahat sepanjang malam. Tidak menghiraukan Mauren yang meminta berhenti.

Keesokan harinya, Mauren bangun oleh deringan ponselnya. Dia meraba nakas perlahan dan menemukan apa yang dia cari. Mauren tidak punya tenaga untuk melihat nama si penelpon. Mengusap layar pelan lalu menempelkan di telinga.

"Pagi, sayang." Kesadaran Mauren tiba-tiba terkumpul. Dia membuka mata dan mengatur intonasi suara.

"Pagi..." Jantung Mauren berdentam kuat. Menahan tangan Alex yang tadinya memeluk erat dari belakang perlahan bergerak membelai perut menjalar ke bawah.

"Kamu baru bangun ya?" Andreas bertanya semangat dari seberang line.

Mauren menahan nafas, nafas Alex menerpa lehernya. Bibir yang menempel di lehernya bikin Mauren merinding. "I-iyah..." Jawab Mauren bersusah payah.

"Kamu nggak enak badan, hem? Maaf ya, aku nggak bisa ke apartemen kamu." Mauren bersusaha keras agar tidak mengeluarkan leguhan. Alex sudah bangun dan sengaja menggodanya. Tangannya menyentuh bagian bawah Mauren, menggoda agar konsentrasinya terpecah belah. "Aku ditugasin ke luar kota. Buru-buru banget tadi malam."

"Hati-hati, sayanggg..." Mauren menutup mulut. Kali ini tangan Alex menyentuh dadanya, jemari telunjuknya menari-nari pelan sehingga tubuh Mauren merinding.

"Yaudah, nanti jangan lupa ke klinik ya. Aku order makanan."

"Nggak usah. Aku..., aku mau masak bu-bubur." Mauren tidak sanggup menjauh, tangan Alex kembali bagian bawah. Memaju mundurkan jarinya ke dalam inti dan menggigit-gigit kecil punggungnya.

"Oke, sayang. Cepet sembuh ya."

"Iya, hati-hati."

Mauren buru-buru memutuskan panggilan lalu mengeluarkan nafas pendek-pendek. Dia mengerang dan berusaha melepaskan tangan Alex dari bagian bawah.

"Udah, hem?" Tanya Alex mengeram.

"Tolong lepasin saya." Kata Mauren.

"Saya menginginkan kamu."

"Kasih saya waktu istirahat!" Mauren kesal. Dia masih ngantuk, seluruh tubuhnya terasa rontok. Alex melepaskannya ketika fajar menyongsong, Kedua mata Mauren masih sakit, tidak cukup istirahat.

"Nggak! Kamu udah ganggu pagi saya." Tetap saja Alex tidak peduli. Memutar tubuh Mauren menjadi terlentang dan membuka selimut. Kembali menyentuh Mauren sampai wanita itu tidak punya tenaga lagi.

Dulu Alex tidak segila itu. Tidak pernah sampai bikin Mauren frustasi menginginkan istirahat. Selain itu, dia juga tidak kasar, masih dalam tahap normal.

Mauren hanya bisa pasrah untuk kesekian kalinya. Membohongi tunangannya agar tidak ketahuan apa yang sedang terjadi saat ini.

Mauren tidak berani jujur pada Andreas. Tidak sanggup menghadapi kenyataan yang akan terjadi jika semuanya terbongkar. Mauren takut dibenci oleh Andreas, tak kuasa membayangkan wajah kecewanya.


***


Jakarta, 07 Maret 2021


Ugh, bang Alex maksa deh!

Btw di sebelumnya, ada yang setuju Alex pemerkosaan

Ada juga yang nggak

Gue pribadi sih galau

kwkwkw



EMPTY [18+]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon