Part 73 - Sentimental

11.9K 1.4K 1.1K
                                    

Alex sudah pulang. Tetap tidak ada perubahan dalam hubungan mereka. Justru, Mauren akhirnya merasa lega dan bebas. Melanjutkan aktifitasnya seperti biasa, membuat olahan kue sesuai pesanan pembeli. Memperlajari resep dan model kue untuk resefensi yang akan diiklankan.

Mauren menyediakan apa saja yang kira-kira dia butuhkan. Seperti ketika malamhari dia merasa lapar, di lemari pendingin sudah tersedia beberapa jenis makanan sehat. Dia juga rutin mengikuti olahraya yoga untuk ibu hamil. Mauren benar-benar menikmati dan merawat apa yang dia punya sekarang.

Mungkin Mauren terlalu mandiri sehingga tidak memerlukan siapapun di sampingnya. Dia sangat nyaman dan sendiri. Tanpa adanya larangan atau protes yang kerap kali Alex lontarkan. Bikin Mauren semakin tidak menyukainya.

"Hai, Mauren! Sepertinya kamu sedang senang."

Mauren menoleh pada asal suara. Seorang wisatawan asing yang menggunakan bahasa Indonesia seadanya menyapa Mauren. Dia adalah David, lelaki asal Amerika yang sedang liburan di Bali.

"Hai, David!" Balas Mauren dengan senyum tipis.

Hotel yang disewa oleh David tidak jauh dari rumah Mauren. Mereka sering berpapasan di pantai dan temapt-tempat transaksi umum, sehingga mereka mulai akrab. David sudah satu bulan di Bali, dia adalah seorang freelance. Bekerja dimana saja yang penting terkoneksi internet.

"Aku nggak melihat kamu beberapa hari ini ke pantai. Kamu pergi?" Tanya David lagi. Keduanya berdiri di bibir pantai, saat ombak datang kaki keduanya basah oleh air laut.

"Bukan. Aku hanya sedikit sibuk." Elak Mauren pelan.

David manggut-manggut, lalu melirik perut Mauren. "Bagaimana kabar bayi kamu? Mereka baik?"

Mauren tersenyum lebar dan mengelus perutnya dengan sayang. "Iya, mereka sangat baik dan nggak rewel."

"Itu baik! Kamu beruntung memiliki mereka." Puji David tak segan-segan.

Mauren terkekeh, mengiyakan. Dia snagat beruntung memiliki calon anak-anak yang baik. Tidak menyulitkan Mauren dengan banyak permintaan. Mauren sangat menyayangi anaknya, menikmati proses kehamilan sampai melahirkan nanti.

"Mau minum yang segar-segar?" Ajak David. "Aku yakin kamu gampang capek berdiri cukup lama dari tadi."

"Lumayan." Aku Mauren manggut-manggut.

"Baiklah! Ayo istirahat sambil minum."

Davin mengajak Mauren ke sebuah kafe pinggir pantai. Banyak pengunjung yang datang, namun mereka tidak perlu antri untuk memesan makanan. Pelayan kafe segera menghampiri mereka dan mengangsurkan buku menu.

Mauren sangat menyayangi kandungannya, dia memesan jus yang menyehatkan dengan sedikit es batu. Seangkan David memesan cola dan makanan ringan untuk menemani mereka menikmati sore yang indah.

"Kerjaan kamu gimana? Lancar?" Mauren bertanya setelah pelayan kafe pergi.

David mengangkat bahu. "Yah, seperti biasa. Nggak ada yang menarik." Davin menunjukkan sedikit rasa bosan dalam pekerjaannya. Namun, pekerjaan tersebut membuatnya bisa mengunjungi banyak tempat di berbagai Negara. Karena dia tidak membutuhkan kantor yang mengatur jadwal rutin kerja. "Toko kue kamu gimana? Banyak yang order?"

"Lumayan. Aku makin sibuk cari referensi jenis kue di internet buat promosi." Jelas Mauren santai.

"Kue buatan kamu enak. Pasti banyak yang suka. Seperti aku menyukainya."

"Terima kasih."

David mengingatkan Mauren pada Andreas. Mungkin karena mereka tinggal lama di luar negeri sehingga tidak ragi-ragu untuk melayangkan pujian dan bicara langsung pada intinya. Mauren lebih nyaman seperti itu, tidak mesti menebak-nebak apa yang dirasakan lawan bicaranya.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now