Part 31 - List

18.8K 1.9K 169
                                    

            Mauren mengaduk-aduk makanan pada piring di depannya. Dia dan Alex sedang makan di sebuah restoran mal. Setelah mengunjungi makam, separuh jiwa Mauren melayang. Dia menurut saja di ajak oleh Alex, dan sekarang mereka berakhir makan.

Pikiran Mauren bercampur aduk tak keruan. Masalah mama dan anaknya adalah hal yang paling sensitive bagi Mauren. Andreas saja yang memiliki niatan dan mengajak Mauren lebih dulu mengunjungi makam mereka, wanita itu langsung baper.

Karena tidak banyak yang masih peduli pada orang yang sudah tiada. Meskipun hanya sekedar berkunjung dengan sebuah karangan bunga, dalam hati Mauren sudah bergejolak. Andreas menerima Mauren dan masa lalunya yang pahit.

Wanita itu menahan nafas, dia merindukan Andreas. Ingin memeluk lelaki itu dan semua beban di pundaknya berangsur-angsur meluruh. Dekapan hangan Andreas tiada duanya, Mauren sangat menyayanginya sampai rela melakukan apapun untuknya.

"Mauren.., Mauren!"

Mauren mengerjap dan menegapkan tubuhnya. Alex memandang Mauren tajam, menunjukkan ketidaksukaannya pada Mauren yang tidak fokus saat bersamanya.

"Ada apa?"

"Bukan apa-apa." Jawab Mauren cepat.

Tatapan Alex menyelidik, ingin tahu apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu sampai dia tidak mendengar tegurannya. Mauren menghela nafas panjang dan memejamkan mata sesaat, rupanya makanannya sudah dingin dan Alex memandangnya cukup lama. Membiarkan Mauren sibuk sejenak dengan pikirannya.

"Berapa kali kami mengunjungi makam Britney?" Tanya Mauren serak.

Alex langsung paham dengan pikiran Mauren. Rupanya calon anak mereka masih mengganjal dalam pikiran Mauren. "Seminggu sekali, minimal dua minggu sekali." Jawab Alex datar.

Mauren manggut-manggut dan menelaah dalam pikirannya lagi. Alex sangat sering mengunjunginya, sama seperti yang diucapkan oleh penjual kelapa di seberang makam saat dia berkunjung dulu.

"Terima kasih." Ucap Mauren.

"Untuk apa kamu berterima kasih?" Tanya Alex menyipit. "Nggak ada larangan mengunjungi anak sendiri."

Mauren terdiam sesaat. Alex mengakui calon anak mereka. Pikirannya kembali melayang pada sepuluh tahun lalu. Saat Alex berjanji akan berubah dan memulai hidup baru dengan cabang bayi yang dikandung Mauren.

Dia tidak mengira Alex benar-benar berubah sampai sekarang serajin itu datang berkunjung mekipun dia telah tiada. Mauren mengira lelaki itu akan tetap seperti dulu, karena tidak ada lagi alasannya untuk berubah.

"Terima kasih karangan bunga untuk mama." Tambah Mauren lagi. Alex tidak menjawab sedangkan Mauren pura-pura sibuk dengan minumnya. "Kemana selanjutnya?" Mauren mengalihkan perhatian Alex.

"Nonton film." Jawab Alex singkat.

Mauren mengangguk dan menyudahi makannya. "Baiklah."

Mauren dan Alex langsung pergi dari restoran menuju bioskop. Alex memegang tangannya erat dan memilih film yang sedang tayang. Alex menyerahkan film yang akan mereka tonton pada Mauren.

Alhasil, Mauren memilih film yang secara acak yang tayang di waktu itu juga. Karena dia sendiri tidak tahu film apa yang sedang ramai sekarang. Mauren tersenyum pada kasir dan kemudian mereka menuju ruang theater setelah memesan popcorn dan soft drink.

Mauren tidak menyangka jika menonton film adalah salah satu keinginan yang ada di daftar list yang akan mereka kunjungi. Tidak tahu ini adalah keinginan Alex sendiri atau malah keinginan Mauren.

Karena dulu, Alex paling malas di ajak nonton. Kencan seperti orang normal sangat jarang mereka lakukan. Alex yang egois inginnya beramai bersama teman-temannya seperti main game, merokok, bikin onar dan lain sebagainya.

Setiap kali Mauren mengajak Alex pergi berdua saja seperti orang pacaran kebanyakan, ada saja alasan yang terlontar. Alex tidak pernah menolak ketika wanita itu mengajaknya berhubungan. Hanya itu saja, sehingga Mauren tidak banyak berharap untuk hal-hal romantis yang diinginkan kaum wanita.

Mauren menoleh pada Alex di sampingnya, dalam keadaan remang-remang dan film sedang di putar di layar raksasa depan mereka. Lelaki itu membawa punggung tangan Mauren ke bibir, mengecup pelan-pelan bikin konsentrasi wanita itu terpecah belah.

Alex menoleh pada Mauren dan tersenyum tipis. Di tempat gelap seperti itu tidak seorang pun yang menyadari aktivitas orang di samping masing-masing. Mauren dan Alex memilih kursi nomor dua dari belakang, di sisi mereka kosong sampai empat kursi.

Lelaki itu mendekat dan mengecup Mauren, refleks membuat wanita itu menjauh dan melotot. Pasalnya, mereka seperti remaja belasan tahun mencuri-curi cumbuan meskipun tidak ada yang melihat.

Kemudian Alex membawa kepala Mauren menyandar di bahunya sehingga tidak ada lagi jarak di antara mereka. Mauren berusaha tenang, menjalankan dengan alami apa yang diinginkan oleh Alex.

Menerima kecupan Alex saat lelaki itu bergerak sedikit untuk menggapai bibirnya. Kecupan-kecupan ringan yang manis seolah-olah menyatakan perasaannya pada wanita yang dicintainya.

***


Jakarta, 03 April 2021


Mauren ambyar gak tuh?

Alex maunya apa sih?

Sekarang aja baru manis gitu

Dulu kemana?

EMPTY [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang