RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 91

784 138 34
By AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Setelah kepulangan Rakel, kini Aston, Alden, dan Vincent berkumpul di ruang kerja Aston. Yah pemandangan ini memang sudah biasa karena memang sehari-hari mereka selalu seperti ini.

Namun suasana di antara mereka kini sedikit berbeda.

Aston berbalik dari kaca besar di hadapannya lalu berbalik menghadap keduanya di mana Alden yang tengah duduk dengan tangan terentang dan satu kaki naik ke kaki lainnya di sofa, serta Vincent yang berdiri tegap dengan mata tertutup.

"anak itu dia bukan orang yang baru melakukan awakened" Ucap Aston membuka pembicaraan.

Vincen mengangguk "Ya, dari auranya dia bukan orang yang melakukan awakened baru-baru ini. Tuan muda mungkin mengatakan dia baru melakukan awakened, tapi auranya tidak bisa bohong" Ucap Vincent menyetujui, ya topik pembicaraan mereka sekarang ialah 'Rakel'.

Aston menduduki dirinya di kursi kebanggannya sembari berpikir akan sesuatu hingga ia kembali menatap ke arah Vincent.

"Vincent, cari tau kapan pertama kali dia menggunakan awakened" suruh Aston.

Tanpa membuka matanya Vincent mengangguk "Baik tuan"

Setelahnya Vincent berjalan keluar untuk melaksanakan perintah Aston meninggalkan paman dan keponakan itu berdua di ruang bernuansa abu-abu itu.

"Apa paman khawatir?" Tanya Alden tersenyum miring.

Aston menggeleng tegas "Aku hanya penasaran, Aura anak itu sudah sebagian di lahap oleh awakened, mustahil dia baru membangkitkan awakened baru-baru ini" ucap Aston mengelak dari tuduhan Alden, mendengar itu Alden terkekeh pelan sembari mengayun-ayunkan kaki kanannya yang berada di atas kaki kirnya.

"Ini berbahaya~" ucap Alden bernada membuatnya terdengar seolah tengah mengejek "Sebagian auranya sudah di lahap oleh awakened, sebagai penjaga ketentuan Era kita harusnya membunuhnya sekarang juga. Bisa berbahaya jika seluruh dirinya di lahap oleh awakened" sambung Alden kembali serius.

Aston mengangguk "Cegah dia melakukan awakened kedepannya. Auranya tidak boleh ternodai lebih dari ini" ucap Aston membuat Alden tertegun beberapa saat.

"Cegah? Tidak di bunuh?" Tanya Alden dan kini bergantian Aston yang terlihat tertegun sepertinya ia baru menyadari ucapannya sebelumnya.

"...Membunuhnya adalah tugasku" Balas Aston setelah beberapa saat terdiam.

Alden diam menatap Aston lama lalu mendecih dengan seringaian tipis.

'dasar orang tua'

***

"Hey loser"

Gue menelan ludah gue susah payah dan langsung mengambil sikap siaga, dan yang gue lakuin sekarang adalah tindakan gak sadar.

Ya memang semengancam itulah Jed sampai ngebuat tubuh gue bergerak dengan sendirinya.

"Apa yang lo lakuin di sini?" Tanya gue menatapnya tajam.

Jed tersenyum miring "Ini waktunya untuk menguji~ kayaknya lo udah cukup berkembang ya. Ayo lihat sejauh mana perkembangan lo" ucapnya ngebuat gue mengernyit, gue kembali teringat pesan Logan tadi.

"Apa... Lo di suruh ama Mackenzie?" Tanya gue menebak namun Jed malah memiringkan kepalanya.

"Mackenzie? Apa hubungannya ini dengan Mackenzie, I came here because of my own desire. Lo kan milik gue, gue harus tau sebanyak apa milik gue ini berkembang"

*Gue datang ke sini karena kemauan gue sendiri.

Gue terdiam sejenak mendengar ucapan Jed, dia gak di kirim Mackenzie apa itu artinya prediksi Lizea salah? Ya... Kan namanya juga prediksi bisa aja salah.

Gue kembali menatap Jed tajam lalu membalas ucapannya.

"Gue milik diri gue sendiri" ucap gue.

Jed tertawa pelan "Pffthh ya terserahlah, ayo kita mulai Ujiannya~" ucapnya berjalan mendekat membuat gue seketika terkejut

"Gue gak pernah setuju-

"Mulai" Jed memotong ucapan gue dan gak sampai satu detik ia yang tadi berada 8 menter di depan gue kini sudah berada tepat di hadapan gue.

BUGH!

Tubuh gue terseret mundur usai terkena serangan Jed, beruntungnya gue bisa menahannya dengan kedua tangan gue.

"Hm... Gak buruk, sekarang lo udah bisa nangkis ya padahal sebelumnya lo cuma bisa lari" ucapnya.

Gue berdecak, gue gak lagi di posisi yang bisa ngelawan ni orang! Siapapun itu gue percaya bisa melawannya kecuali nih orang!

"Hentikan ini Jed" perintah gue membuat Jed tertegun beberapa saat lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tawa kecil.

"Hm? Pffth, Rakel..., Aura pemimpin lo gak akan berpengaruh di gue karena kita sama-sama seorang pemimpin walau tanpa pengikut, iyakan?" Jed tiba-tiba berada tepat di hadapan gue, menyentuh bahu gue sembari berbisik di telinga gue.

"Apa mak-

Lagi-lagi gue gak di kasih kesempatan bertanya, Jed mencekram kerah baju gue.

Grep!

Memutar tubuhnya membelakangi gue sembari mengangkat tubuh gue, lalu membanting gue ke jalanan beton itu.

BRAKKKHHH

Akh! Gue meringis tertahan, sakit banget sialan.

"Jangan lengah kita masih di tengah ujian" ucap Jed menatap gue yang kini terbaring telentang.

Memangnya karena siapa gue lengah?!

Gue menggertakan gigi gue kesal "Lo-

"Rakel, apa tujuan lo?" Lagi-lagi Jed memotong ucapan gue, tangannya sudah siap di udara untuk menghantam wajah gue.

BUGH!

Hidung gue rasanya patah.

"Apa yang ingin lo capai?" Tanya Jed lagi, mengangkat tubuh gue dan membanting gue ke sebuah tokoh yang menghancurkan bagian depan tokoh itu.

BRAKH!

Bajingan, kalo di minta ganti rugi gimana?!

"Lo sudah sejauh ini, sebenarnya apa yang ngebuat lo rela melakukan banyak hal untuk sampai di titik ini?" Tanya Jed berjalan mendekati gue.

Apa yang ngebuat gue sampai sejauh ini...? Kalo di tanya begini jelas jawaban gue adalah karena gue tau apa yang terjadi di...

Masa "...depan..." Jawan gue lirih

"Huh?" Jed mengernyit, ya mungkin karena ucapan gue kurang jelas, gue mengangkat kepala gue sedikit.

"Masa depan..." Desis gue dan fue lihat keterkejutan dari tatapan Jed tapi tak lama.

Jed menyeringai "Masa depan apa yang lo inginkan?"

"... Masa depan di mana orang kayak lo gak ada" Jawab gue langsung berdiri dan melesat ke hadapannya.

GREP!!

Gue menjepit leher Jed dengan lengan gue lalu mendorong tubuhnya dengan kuat hingga terpelanting dan menabrak sebuah gerobak di depan sebuah toko.

BRUAAKKKHHH!!!

Gerobak itu seketika hancur lebur terhantam oleh badan Jed, ini adalah teknik yang di gunakan om Mark untuk ngebuat Rahel pingsan. Tapi kayaknya ini gak berpengaruh sama sekali untuk Jed, atau... Karena ini gue makanya dia gak langsung pingsan?

"Pffth, kalau begitu. Tujuan lo sulit juga ya, kalau lo mau tujuan itu tergapai lo harus ngebunuh gue" Ucap Jed

"Dengan senang hati" balas gue ngebuat dia terkekeh pelan sembari berdiri dan menyingkirkan potongan-potongan kayu yang mengotori bajunya.

"Tapi ingat Rakel, kalaupun gue gak ada bukan berarti masa depan akan tetap baik-baik aja. Karena apa yang terjadi di masa depan gak ada yang tau, walau lo udah mengulang kehidupan berjuta kali... Lo tetap gak akan bisa menebak apa yang terjadi di masa depan" Ucap Jed berdiri dan mendnegar ucapannya seketika gue terdiam dengan mata membebelak.

Apa-apaan ucapannya, kenapa dia ngomong kayak tau semuanya? Sebenarnya siapa Jed Hillston ini?!

"Apa-

Jed meloncat dari tempat awalnya berdiri ke arah gue dengan tangan yang saling bertaut dan terangkat di atas kepalanya, lalu saat ia sudah berada di depan gue Jed menghantamkan kepalan tangannya itu tepat di atas kepala gue.

BUAGH!!!

Gue langsung ambruk di tanah dengan dagu yang pertama kali menghantam tanah.

"Ugh!!!" Ringis gue, kepala gue seketika rasanya bergetar. Sialan... Sakit banget!

Sial...

"Hey, gue tau lo masih sadar berdirilah, Ujian ini belum selesai" ucapnya ngebuat gue mengangkat kepala gue dengan tatapan kesal.

Ya emang gue masih sadar, tapi masalah sakit nih! Bajingan!

Gue mengangkat tubuh gue untuk berdiri namun baru aja gue berlutut Jed kembali menendang gue membuat gue terpelanting dan terbaring terlentang tak jauh dari tempat gue sebelumnya.

Gue mendengus. Hah... Gue emang belum bisa ngelawan nih orang.

Jed ya...

"Lo sendiri... Apa tujuan lo?" Tanya gue saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat, gue menduduki diri gue.

"Apa itu penting?" Tanya Jed.

Gue mengangguk sembari berdiri "tentu" jawab gue.

Jed menyeringai "Tujuan gue...menghancurkan ketentuan Era, dan membongkar seluruh rahasia Era" ucapnya dan saat itu seketika gue tertegun.

Bukan karena ucapan Jed, tapi... Karena gue melihat aura hitam pekat yang mengitarinya.

Apa-apaan auranya itu?!

Saking terkejutnya dengan apa yang gue lihat, gue sampai tak menyadari Jed yang kini sudah bersiap menyerang gue dengan kakinya.

"Alright, Ujian... Selesai"

BRRUUAAGHHH!!!!

Tubuh gue seketika terpelanting dan dada gue rasanya tertekan oleh batuh besar.

"UGH!" Nafas gue seketika tercekat dan padangan gue seketika memudar.

Sial... Padahal gerakannya simpel tapi kenapa damage nya sekuat ini? Fuck... Kalau begini, gue bisa... Pingsan.

***

"Hahh..." Helaan nafas berat di hembuskan oleh Alden saat ia menatap layar Ipad nya yang menunjukkan informasi seseorang.

"Sulit sekali mencari informasi soal makhluk satu ini" keluh Alden.

"Siapa?" Tanya Aston.

"Jed Hillston" Jawab Alden meletakan Ipad nya ke atas meja lalu merentangkan tangannya sembari menyenderkan kepalanya di punggung sofa.

"Ah... Bocah genius itu" Ucap Aston kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya sedangkan Alden terus menghela nafas.

"Belakangan ini Tuan muda Rahel sering bersamanya, karena mereka sekarang bersekutu mereka jadi lebih sering bersama. Dan juga sepertinya Jed tertarik kepada tuan Rahel" saut Vincent menarik perhatian Aston lagi.

Aston diam sejenak "... Tetap awasi mereka" suruh Aston di angguki Vincent.

"Baik Tuan"

Alden membuka satu matanya usai mendengar percakapan singkat kedua orang dewasa itu lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi kesal kepada Aston.

"Heh, Paman terlalu cuek pada anak yang memiliki potensi besar untuk menghancurkan seluruh Gabridipta seorang diri. Anak tak tertebak itu, paman harus sedikit waspada kepadanya" dengus Alden yang hanya di tanggapi oleh Aston dengan sikap dingin.

"Dia belum mencapai tahap yang bisa menghancurkanku dan tidak akan pernah mencapainya. Jika kau mungkin dia bisa mencapainya" Ucap Aston penuh percaya diri membuat Alden tambah kesan karena pria itu juga merendahkannya.

Alden memaksa tersenyum "Ya, tapi dengan potensinya dia mungkin akan sampai di tahap itu. Apa lagi dia memihak Mackenzie, paman harus lebih hati-hati"

"Aku tidak peduli selagi dia tidak mengusikku" balas Aston mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Paman dia adalah orang yang memiliki aura kegelapan tanpa pernah melakukan awakened, ia persis sepertimu dan-" Ucapan Alden terpotong saat seorang pelayan berpakaian hitam memasuki ruangan mereka tanpa izin

"Permisi Tuan" ucapnya berdiri di depan pintu, seluruh perhatian langsung tertuju padanya.

"Tidak sopan" dengus Alden.

"Maaf tuan ada hal mendesak yang harus saya sampaikan" Ucap pelayan itu membungkuk sopan.

Aston bertatapan sejenak dengan Alden lalu menghela nafas "Hm, ada apa?"

"Tuan Rakel di temukan pingsan di pinggir jalan" ucapnya membuat kelopak mata Aston dan Alden membesar, bahkan Vincent membuka matanya yang tertutup.

"Ya, apa yang terjadi?" Tanya Alden menegapkan posisi duduknya.

Aston mendecih pelan "Anak lemah itu, apa ia kelelahan karena latihan?" Sarkas Aston namun pelayan itu menggeleng pelan dengan kepala tertunduk.

"Tidak Tuan, saksi mata mengatakan ia melihat tuan Rakel bertarung dengan... Jed Hillston" Jawab pelayan itu kembali menghadirkan keterkejutan di ekspresi ketiganya.

"Apa? Kenapa dia bertarung dengan bocah itu?" Tanya Aston langsung berdiri.

Pelayan itu menggeleng "kami belum tau Tuan, tapi pertarungan mereka tidak terlalu lama. Jed juga tidak terlihat serius di petarungan ini"

Tangan Aston terkepal "Lalu di mana anak itu?" Tanya Aston.

"Saat ini dia berada di kamar tamu" Jawab pelayan itu.

"Apa maksudmu di kamar tamu? Pindahkan dia ke kamarnya" Suruh Aston dengan mata melotot membuat badan pelayan itu bergetar ia lalu mengangguk.

"Baik Tuan, maafkan saya" setelah membungkuk sopan pelayan itu segera keluar untuk memindahkan Rakel, ke kamarnya.

Seusai kepergian pelayan itu suasana di ruangan itu terkesan sangat menegangkan.

"Kenapa dia bisa terlibat dengan Jed Hillston?" Tanya Alden.

"Itu tidak penting, yang penting adalah separah apa Jed Hillston menyerangnya sampai ia pingsan..." Desis Aston membuat Alden dan Vincent saling bertatapan namun tak mengatakan apapun.

Namun ya dari tatapan saja mereka sudah mengerti isi pikiran satu sama lain dan... Sepertinya kalian juga mengerti, kan?

Jed Hillston... Telah mengusik Aston secara tidak langsung.

***

"Apa kau ada kata-kata terakhir?"

"... Jika aku di berikan kesempatan untuk hidup lagi, aku akan membesarkan Rakel dengan sangat baik. Karena itu tolong tetap cari aku di kehidupan kita selanjutnya"

"... Tidak ada kesempatan lainnya untukmu"

.

.

.

"...Rakel mema udah berusaha semaksimal mungkin, dan semua yang bisa mama lakukan saat ini hanyalah ini. Inilah yang mama pikir dapat membayar semua yang telah kamu lakukan untuk mama di kehidupan sebelumnya. Mama mungkin gak bisa menepati janji mama untuk membesarkanmu dengan baik, tapi mama akan melindungimu dari jejak jahat ini... Inilah yang bisa mama berikan ke kamu atas apa yang telah kamu lakukan selama ini. Terima kasih karena tetap memilih untuk menjadi anakku, untuk semua kasih sayang dan cinta yang kamu berikan selama ini untuk mama, Mama akan membalasnya. Untuk masa depan kamu, untuk kebahagiaan kamu, mama... Akan memberikan nyawa mama untuk hidup kamu. Karena itu hiduplah dengan baik sayang... Egoislah, jangan mencintai siapapun lagi lebih dari hidupmu sendiri, teruslah hidup.... Hiduplah untuk waktu yang lama... Jangan... Mengulang kehidupan sepertiku... Ku mohon... Teruslah hidup tanpa mengulang kehidupan, mama akan memberikan nyawa mama agar kamu tidak mendapatkan takdir ini... Jadi hiduplah sangat lama, 40 tahun, 60 tahun, 80 tahun, 100 tahun, hiduplah sangat lama.... Sayang"

Gue membuka mata gue dan menemukan gue sudah berada di sebuah ruangan mewah.

Mimpi apa tadi... Kenapa hanya suara? Apa ini hanya mimpi atau ingatan dari mama?

Dam apa maksud ucapan mama tadi?, Kenapa mama mengorbankan nyawanya untuk gue? Cuma agar gue gak mengulang kehidupan? Kenapa mama harus mengorbankan nyawanya...

Apa ada rahasia yang gak gue ketahui soal kemampuan gue ini? Kenapa mama sampai memilih mati cuma karena gak mau gue memiliki kemampuan ini? Dan kenapa gue tetap memiliki kemampuan ini?

Dan juga kenapa gue gak lihat apapun... Gue mau lihat wajah mama saat mengatakan itu.

Mama mungkin bukan mama yang baik tapi Mama selalu berusaha yang terbaik untuk memperbaiki dirinya.

Gue rindu mama...

Hal yang gak pernah gue rasain sebelumnya kini gue rasain setelah koma itu.

Ternyata rasanya lebih menyiksa yah...

"Dia akan menangis..."

Gue mengerjapkan mata gue beberapa kali lalu menoleh saat mendengar suara lain. Saat gue menoleh di samping kasur yang gue tiduri terdapat sesosok anak kecil laki-laki yang tengah menatap gue.

Dia tersentak saat gue menatapnya.

"Gimana kamu bisa lihat aku?! Aku lagi menggunakan sihir transparan kamu seharusnya gak liat aku!!" Teriaknya.

Gue menduduki diri gue dengan tatapan heran, siapa nih anak? Sihir transparan?

Apaan badannya jelas begitu.

"Gue liat tuh" balas gue ngebuatnya membelalak.

"Kamu gak lihat aku!!" Teriaknya menghentakan satu kakinya kesal.

"Liat"

"Nggak"

"Iya"

"NGGAAKKK!!!"

Gue diam sejenak waktu dia berteriak lantang.

".... Liat" ucap gue ngebuat dia langsung berkaca-kaca dan berlari keluar dari ruangan ini.

"Huuwaaaa!!! Daddy!!!!" Teriaknya merengek, menangis sembari berlari keluar.

Gue cuma merotasi mata gue malas, dasar bocah tantrum. Di giniin aja nangis.

Gue lalu kembali menatap sekitar gue. Sebenarnya gue di mana? Di bilang rumah sakit ini mah mewah banget untuk ukuran kamar di rumah sakit, desainnya juga.

Dan juga kenapa gue bisa ada di sini?

Gue mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Hey loser"

"Ujian selesai..."

Ah... Gue di hajar Jed, jadi gue pingsan ya...

Ya serangan begitu siapa yang gak pingsan coba?

Gue mendengus lalu mengangkat baju gue buat ngeliat apa ada bekas luka apa nggak di dada gue. Tapi yang gue temuin malah dada dan perut gue yang udah di baluti perban, gue juga baru sadar kalo lengan-lengan gue juga di perban dan di plaster padahal cuma luka kecil doang perasaan.

Apa ini perbuatan bocah tadi?

Kayaknya nggak, di liat dari sipat tantrumnya kayaknya mustahil dia yang ngelakuin ini.

Drap

Drap

Drap!

Gue mendengar derap langkah kaki yang ngebuat gue langsung menoleh ke arah pintu dan saat gue ngerasa langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintu gue gak menemukan seseorang yang masuk padahal tadi kedengarannya kayak buru-buru banget ke sini sekarang malah hening.

Ceklek

"Kau bangun..."

Gue langsung membelalak waktu ngeliat sosok berjas hitam yang kini memasuki kamar gue.

Bjir!

Papa?!

"Guru?!" Kaget gue, gue sontak ngeliat sekitar. Jangan bilang ini rumah Papa?!

"Gimana... Aku bisa ada di sini?" Tanya gue kembali menatap Papa yang kini berjalan mendekati gue, di belakang Papa ada Alden dan Vincent.

"Kau di temukan pingsan di pinggir jalan" jawab Papa.

Di temukan pingsan di pinggir jalan? Siapa yang nemuin gue? Gak mungkin orang yang gak sengaja lewatkan? Kalo orang yang gak sengaja lewat pasti bakal bawa gue ke klinik atau rumah sakit.

Apa selama ini gue di awasin ya? Udah gue duga.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau pingsan di pinggir jalan?" Tanya Papa menghentikan pikiran gue.

Gue kembali menatap Papa lalu menyengir.

"Aku bertarung dengan Jed Hillston" jawab gue.

Tatapan Papa tetap dingin "Kenapa kau bertarung dengannya?"

Gue menelan ludah gue susah payah, entah perasaan gue aja apa emang bener nih orang tua lagi kesel? Apa dia kesel karena gue pingsan? Ya dia mungkin berharap Jed yang pingsan, tapi dengan level gue sekarang mana bisa gue ngebuat Jed pingsan tanpa ngorbanin nyawa gue dulu.

"Itu... Dia bilang mau menguji ku, sejauh apa perkembanganku" jawab gue menggaruk rambut bagian belakang gue gugup.

Papa mengangkat dagunya tanpa mengalihkan matanya dari gue ngebuat gue merasa terintimidasi.

"Mengujimu? Memangnya dia gurumu?" Tanya Papa sinis ngebuat gue menelan ludah gue lagi susah payah.

Gue bilang apa sekarang? Ah terserahlah!

"Bukan hehehe, tapi Jed bilang kalo Rakel gak berkembang dia bakal bunuh Rakel tapi kalo Rakel sekarang masih hidup berarti Rakel cukup berkembang. Karena itu ada saat saat di mana Jed akan datang menguji Rakel, buat liat apa Rakel pantas hidup atau nggak hehehe" Jawab gue bicara sok imut dengan nyebut diri gue sendiri pakek nama gue, geli sih tapi cuma ini metode yang aman untuk gue.

"Membunuhmu? Apa haknya membunuhmu? Berani-beraninya dia... Vincent pergilah untuk membunuh bocah arogan itu" Ucap Papa dengan senyum menyeramkan memerintahkan Vincent, dan mata melotot ngebuat gue menelan ludah gue susah payah.

Kenapa omongan Papa seolah-olah dia marah Jed mengancam gue? Kenapa dia bersikap seolah-olah dia bener-bener seorang Ayah sekarang?

.... Gak masalahkan kalo gue bilang ini sekarang?

"Hahaha, Guru seperti seorang Papa aja, Rakel gakpapa kok" Ucap gue sembari ketawa dan mendengar ucapan gue, ekspresi Papa seketika kembali dingin.

Gue melihat ekspresi tertegun dari Alden, dan Vincent yang membuka matanya sedikit setelah ucapan gue.

"... Omong kosong, kepalamu sepertinya terbentur sesuatu. Keluarlah untuk sarapan" Ucap Papa langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.

Hehh... Kayaknya gak seharusnya gue bilang gitu. Jadi awkward nih.

"Kenapa kau bisa terlibat dengan Jed?" Tanya Alden mengalihkan perhatian gue.

Gue tersenyum "Karena aku adik Rahel, dan karena aku menarik" Jawab gue setengah bercanda, Alden mendengus namun dapat gue lihat senyum tipis di bibirnya.

"Kau terlalu percaya diri" Ucap Alden ikut berjalan meninggalkan kamar gue meninggal gue dan Vincent berdua di kamar ini.

Gue menatap Vincent lalu berdehem sejenak "Kakek, apa guru marah?" Tanya gue dan gue lihat alis Vincent sedikit terangkat menjelaskan bahwa ia agak tertegun dengan pertanyaan gue.

"Kenapa anda berpikir seperti itu, Tuan muda?"

"Hanya perasaan saja, soalnya kayaknya guru gak suka di panggil Papa. Apa guru belum berkeluarga?" Tanya gue mencoba memancing Vincent.

"Untuk itu anda tanyakan saja sendiri kepada tuan Aston, dan juga... Tuan Aston tidak marah kepada anda" Jawab Vincent dengan senyum tipis.

Gitu? Kayaknya gak gitu deh...

"Gitu? Syukurlah! Btw Kakek, sekarang jam berapa?"

"Sekarang jam 10 pagi tuan muda"

"YA?!"

Buset gue bemalam di sarang maung?!

To Be Continued

H

OLAAA GUYSSS. AKU UP NIEH UNTUK MENEMANI MALAM MINGGU KALIAN IHIYYY.

Bagi kalian yang kecewa ama chapter ini, ku kasih tau aja... Ini bukan pertarungan Rakel sebenarnya yaaa, kayak kata Jed ini cuma Ujian, yah ujian aja dulu. ini cuma yah pemanasan aja dyuluuuu kituh...

So gimana chapter ini? Semoga kalian sukha ya, sorry for typo aku males revisi. Kapan-kapan aja revisi.

Yaudha deh enjoy reading guys

Jangan lupa vote and komen

Si yu in the next chapter!!!😘

° RAKEL GEMOY °


Kalian suka Rakel mode gemoy apa serius? Kalo aku sih suka abangnya :^

Continue Reading

You'll Also Like

46.2K 1.8K 47
Semenjak kecelakaan itu Rayyan bukan lagi Rayyan, segala nya menjadi berbeda. Penasaran sama cerita nya? Kuyy!
2.4K 275 24
Menceritakan seorang vampir arogan, tindakan seenak jidat, punya kuasa yang melindungi dari segala tuduhan negatif. Bangsawan terkenal psikopat sadi...
1.1M 145K 74
Nyasar di jalan emang udah biasa, tapi kalo nyasar ke raga orang pernah nggak? [BUKAN CERITA GAY!] Aleagra Renathan, pemuda tampan yang memiliki sifa...
2.3M 265K 54
Alvan dan Alvin, mereka kembar. Namun, mereka tidak diperlakukan secara adil. Ayahnya hanya mementingkan Alvan, Alvan, dan Alvan. Ayahnya juga selal...