RELLAWAY

Autorstwa AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... Więcej

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 87 (Rahel Flashback)

849 130 44
Autorstwa AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Flashback on

Kembali ke hari di mana Rahel memutuskan untuk menemui LG.

Rahel memandangi gedung tua di hadapannya yang merupakan tempat janjiannya dan Garagas, gedungnya memang terlihat tua tapi walau begitu gedung itu tampak terawat.

Rahel memperhatikan sekitarnya sejenak lalu melangkah memasuki gedung itu. Dan saat Rahel masuk ia melihat Jed duduk sendirian di anak tangga paling bawah.

Baru selangkah Rahel masuk, Jed mengangkat kepalanya dan tersenyum miring. Ia langsung berdiri.

"Wah Wah Wah Akhirnya Rahel Ellion Gabridipta yang Terhormat telah datang. Mari kita berikan sambutan yang meriah~" Ucap Jed bertepuk tangan sendirian, ya di ruangan itu hanya ada Jed sendiri.

Rahel hanya menatapnya datar.

"Jangan basa basi lagi, langsung ke intinya" ucap Rahel membuat Jed terkekeh pelan.

"Lo dingin banget ya, benar-benar Gabridipta" Decak Jed menggeleng-gelengkan kepalanya "baiklah sebelumnya gue sudah bilangkan apa yang gue mau? Gue mau lo bergabung dengan Garagas ah maksud gue bersekutu. Hanya lo, gue gak butuh Hellura dan yang lai-" Penjelasan Jed terhenti saat Rahel mendengus kuat dan terlihat jengah.

"Apa hubungannya ini dengan Rakel?" Tanya Rahel, sorot matanya terlihat sangat tidak tertarik dengan penjelasan yang di berikan Jed.

"Ah, pffthh... Gue lupa kalo yang lo peduliin itu hanya Rakel pffthh. Maaf membuang waktumu, Yang Mulia~" Balas Jed dengan nada mengejek.

"Begini, saat ini adikmu menjadi target utama untuk seluruh Raja di The Kingdom. Ini adalah Penentuan Raja sesungguhnya, Raja Era ini. Siapapun yang mendapatkan kepala anak itu terlebih dahulu maka ialah yang akan di jadikan sebagai Raja Era ini" sambung Jed menjelaskan apa yang terjadi pada The Kingdom saat ini, dan mendengar hal itu kerutan di dahi Rahel tercetak jelas d sertai raut tak senang yang sangat kentara.

"Omong kosong apa ini? Apa lo pikir pemilihan Raja Era di lakukan dengan mendapatkan kepala Rakel? Kalian meremehkan ketentuan Era, kah?"

Jed lagi-lagi tertawa sembari menggelengkan kepalanya.

"Pffthh, gue nggak... Pencipta The Kingdomlah yang membuat hal itu. Jujur saja sebagai orang yang tertarik dengan adik lo gue juga gak setuju dengan perintah ini, apa lagi ini sedikit melenceng dari pemilihan Raja-Raja di Era sebelumnya. Tapi mau bagaimana lagi ini perintah darinya... Penjaga Ketentuan Era di Era ini" Ucap Jed di akhiri senyum miring khasnya yang seolah mengetahui segalanya.

Ya, jika ada orang paling berbahaya di Era ini ya itu Jed.

Tatapan Rahel menajam "Gue akan menghancurkan The Kingdom berkeping-keping jika kalian berani menyentuh Rakel seujung rambutpun" Ancam Rahel dengan tangan terkepal.

"Pffth, Gue tau itu. Karena itu gue mengajak lo bersekutu, ayo kuasai The Kingdom lalu hancurkan mereka..."

"Mereka?" Ulang Rahel keheranan, siapa mereka yang di maksud Jed? Jika itu pencipta The Kingdom, maka sebenarnya ada berapa orang yang terlibat?

Jed mengangguk "Ya dua penjaga ketentuan Era ini, dan orang yang menciptakan The Kingdom. Mereka berdua adalah, Samuel Morgan dan... Akaza Law. Arzakhan" Ucap Jed.

Kelopak mata Rahel membesar kala ia mendengar sebuah nama yang terasa familiar untuknya.

"Akaza Law. Arzakhan?" Beo Rahel, nama yang sudah lama tak ia dengar siapa sangka Rahel akan mendengarnya lagi sekarang.

"Ya, lo pasti kenal dia kan? Orang yang membuat Rakel melakukan awakened untuk pertama kalinya di umur 10 tahun... Kaza..." Ucap Jed membuat keterkejutan Rahel hilang seketika, ekspresi Rahel kembali seperti sebelumnya. Penuh waspada.

"Gimana lo bisa tau soal bajingan itu?"

"Hey Hey, I'm Jed Hillston, there's nothing I don't know~ I'm the eye of this Era... I know everything" jawab Jed merentangkan kedua tangannya dengan senyum bangga.

*Hei Hei, Gue Jed Hillston, gak ada yang gue gak tau~ gue adalah mata di Era ini... Gue tau segalanya

Rahel hanya mendengus lalu terdiam beberapa saat, pikirannya kini tertuju pada sosok 'Kaza' yang Rahel kira sudah musnah dari dunia ini.

"Gue pikir bajingan itu sudah mati, tapi ternyata dia menjadi penjaga ketentuan Era?" Gumam Rahel masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Rahel bisa saja mengira ini sebuah kebohongan tapi... Informasi dari Jed itu, mustahil tidak benar.

"Pfftthh, Yah Begitulah 'Envy can change a person'~"

*'Iri bisa mengubah seseorang'

"Saat melihat kekuatan Rakel yang meledak-ledak ketika melakukan Awakened, Ia yang kalah dari Rakel untuk kesekian kalinya membuat dendamnya kepada Rakel semakin besar. Lo pikir dia hilang karena dia nyerah? Bodohnya, orang dengan hati gelap begitu gak akan nyerah gitu aja karena kalah. Alasan Bajingan itu mendirikan The Kingdom adalah... Untuk membalas dendam kepada Rakel." Sambung Jed menjelaskan dan memberikan opininya sedangkan Rahel hanya diam mendengarkan.

"Rakel yang melemah, itu adalah kesempatan emas untuknya, ia mendirikan The Kingdom yang berisikan para Genius berbakat, memotivasi mereka untuk menjadi Raja Era padahal pada dasarnya yang ia cari bukanlah Raja Era ini, tapi alat yang bisa di manfaatkan untuk memusnahkan adik lo. Dan gue, bukan orang yang suka di manfaatin apa lagi untuk alasan kekanakan begitu. Karena itu bersekutulah dengan kami Rahel, kami akan menghancurkan rencana bajingan itu, bergabunglah dengan kami untuk menyatukan The Kingdom..." Ajak Jed dan Rahel hanya diam saja mendengar itu semua.

Semua yang di katakan Jed sangat masuk akal tapi, Rahel masih tidak menemukan alasan kenapa ia harus bersekutu dengan mereka dan meninggalkan Hellura.

Melihat Rahel yang belum tertarik dengan ajakannya Jed tersenyum miring. Ia tau hal ini akan terjadi karena itulah ia menyiapkan sesuatu yang akan membuat Rahel tidak bisa menolaknya lagi.

Jed tersenyum "Lo tau posisi lo sangat di untungkan kalau kita berhasil karena... Selain lo dapat melindungi Rakel, lo juga akan mengetahui rahasia yang telah di sembunyikan turun temurun dari setiap Era. Rahasia mengenai keluarga penguasa waktu... Lawrence. Kaza dan Samuel tau tentang rahasia itu" Ucap Jed dan saat itu pupil mata Rahel langsung membesar ia menatap Jed tak percaya.

"Apa lo serius?"

"Tentu, apa lo lupa tadi gue bilang apa?" Jed balik bertanya membuat Rahel memiringkan kepalanya bingung "Gue bilang, Akaza Law. Arzakhan... Akaza Lawrence Arzakhan..." Ucap Jed menekan nama tengah Akaza yang membuat Rahel seketika paham maksud pria itu.

Keterkejutan semakin terlihat jelas di diri Rahel. Kaza adalah keturunan Lawrence? Apa ini benar? Bagaimana mungkin Kaza adalah seorang Lawrence?

Pria pengecut yang suka membully dan bertengkar dengan adiknya dahulu adalah seorang Lawrence?! Ini sangat sulit di percaya.

Rahel memandangi Jed penuh kecurigaan namun senyum Jed sekarang memang benar-benar senyum seseorang yang seolah mengetahui segalanya. Rahel tidak ingin mempercayai hal ini tapi karena ini informasi dari Jed, sulit untuknya tidak mempercayai nya.

Apa lagi, Jed itu adalah...

"... Lo bener-bener Eyes of the World yah. Bocah tengil yang menolak menjadi penjaga ketentuan Era, Jed Hillston... Bawa gue ketemu dengan ketua lo"

*Mata Dunia

Jed adalah orang yang di pilih menjadi Penjaga ketentuan Era namun ia menolaknya. Orang yang di akui oleh Penjaga-Penjaga Ketentuan Era sebelumnya, dan orang yang berhasil membuat beberapa orang dari Era sebelumnya kewalahan.

Jed Hillston adalah orang yang memiliki kecerdasan dan kekuatan yang bisa menyetarai dua Era sebelumnya, orang yang di waspadai kedua Era sebelumnya, itulah Jed Hillston sang 'Eyes of the world'.

Jed tertawa mendengar ucapan Rahel yang menyinggung soal hal yang telah lama terjadi.

"Pffthh, I'm not stupid. Kalau menjadi penjaga ketentuan Era, gue gak akan bisa bebas seperti ini" Jed berdiri dan berbalik membelakangi Rahel untuk menaiki anak tangga yang ia duduki tadi "Alright, Come on, come with me to LG."

*Oke, ayo, ikut gue ke LG

Rahel mengikuti Jed untuk ke sebuah ruangan di lantai dua, Ruangannya berada tepat di depan anak tangga teratas. Jed melirik Rahel saat ia menyentuh kenop pintu itu lalu menyeringai.

"LG, We come" Ucap Jed membuka lebar pintu itu lalu masuk dan berjalan mendekati LG meninggalkan Rahel yang masih terdiam di depan pintu.

*Kami datang

Rahel menatap seisi ruangan itu, ada tiga orang di ruangan itu dan ketiganya memiliki rambut putih, tidak termasuk Jed. Dan melihat itu Rahel dapat menyimpulkan bahwa tiga orang selain Jed adalah seorang Mackenzie.

Tatapan Rahel lalu terkunci pada LG yang duduk di sebuah kursi dengan tangan yang saling bertaut dan kaki yang naik di kaki lainnya. Di ruangan itu LG lah satu-satunya yang duduk menunjukkan siapa ketuanya di sini.

"kau sudah mendengar semuanya dari Jed kan? Jika kau sampai di sini itu artinya kau setuju untuk bersekutu. Kalau begitu buanglah rasa kemanusiaan di dirimu" Ucap LG bersuara, Rahel hanya berekspresi datar lalu melangkah memasuki ruangan itu.

Datang ke sarang musuh seorang diri, Rahel benar-benar seperti uji nyali.

"aku tidak membutuhkan orang yang memiliki perasaan bodoh itu. Jadi sebaiknya kau hapuskan perasaan itu, putuskan hubunganmu dengan Hellura dan adikmu" Lanjut LG.

Rahel merotasi matanya malas dan mendengus sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo kayaknya ahli banget dalam memutuskan hubungan" sindir Rahel namun sepertinya LG tak merasa tersindir sama sekali.

"Hubungan seperti itu hanya akan menghambatku. Karena itu, kau juga. Kau tidak boleh terikat dengan siapapun selagi kau bekerja untukku, apa lagi adikmu. Aku tidak peduli dengan bagaimana caramu melakukannya, sebelum rencanaku di mulai kau harus sudah memutuskan hubunganmu dengan mereka, aku tidak ingin ada hambatan apapun lagi. Jadi hapuskan ikatan bodoh itu" Ucap LG lebih seperti memerintah.

Rahel memicingkan matanya namun ekspresinya tak terlihat marah ataupun kesal, ekspresi Rahel hanya dingin dan terkesan tenang.

Rahel menggeleng "Gue gak bisa mutusin hubungan dengan mereka lo gak ada hak untuk merintah gue, tapi gue bisa pura-pura untuk itu karena ini demi keselamatan mereka. Dan juga... Gue di sini membantu lo, bukan bekerja untuk lo" Ucap Rahel tegas.

"Ya ya terserah... Ingat Rahel, sebelum kita bergerak kau harus memutuskan hubunganmu dengan para sampah itu" LG berdiri dari duduknya mendekati Rahel hingga keduanya kini berdiri berhadapan.

"Ini adalah kesepakatan kita lupakan Hellura, lupakan adikmu yang hanya akan menjadi penghambat kita, lupakan mereka" ucap LG mengulurkan tangannya, Rahel memandangi uluran tangan itu lalu mengangguk dan membalasnya.

"... Ya, terserahlah"

***

Dua hari setelah kesepakatan itu, Rahel kini berada di sebuah rumah minimalis bersama Jed.

"Jadi apa rencana lo?" Tanya Jed menaikan satu alisnya.

"Saat bentrok antara Garagas dan Hellura, saat itu rencana kita di mulai" Jawab Rahel sembari mengaduk mie yang baru ia masak.

Jed mangut-mangut paham "Baiklah..." Ucap Jed lalu ia melirik Rahel yang kini tengah menyeruput kuah mie nya "Lo gak ada keinginan untuk pulang?" Tanya Jed.

Rahel tak mengalihkan tatapannya namun ia menggeleng merespon.

"Gak, kalo gue balik ada kemungkinan Rakel tau soal bentrok itu. Gue gak mau dia ikut campur karena itu akan lebih mudah untuk gue" Jawab Rahel.

Jed merentangkan tangannya di punggung sofa rumah itu "Hehh, lo tau kan Lyan sekarang kabur? Mungkin aja dia bakal ngasih tau adik lo" Ucap Jed di akhiri senyum miring.

Rahel menghela nafas "Lyan tau apa yang terbaik untuk Rakel, dia gak akan ngasih tau apapun" ucap Rahel membuat senyum Jed hilang seketika.

"Hm, gak seru dong kalau gitu" dengus Jed berhasil menarik perhatian Rahel.

Rahel menatap Jed tajam "Jangan melakukan hal aneh, Jed. Atau lo habis di tangan gue" ancam Rahel yang hanya di balas Jed oleh senyum miring tanpa sepatah kata apapun lagi.

Melihat itu Rahel menjadi semakin waswas. Rahel mungkin bisa mempercayai segala informasi yang di berikan Jed tapi ia tak bisa mempercayai Jed, karena Jed itu manipulatif. Dia lebih berbahaya dari pada LG.

Dan ternyata kekhawatiran Rahel benar... Di hari Garagas bentrok dengan Hellura, Rakel datang dan kejadian yang tak pernah Rahel harapkan pun terjadi.

DOR!

Ia menembak adiknya sendiri....

SRET!

"Tentu ini urusan gue, kita saudara!"

SRET!

"Lo gak bisa mutusin hubungan kita gitu aja, kita saudara!"

SRET!

"Lo bener-bener mau pergi?"

SRET!

"Mungkin menurut lo semua itu hanya hal bodoh tapi menurut gue itu semua adalah hal yang paling beharga! Waktu yang gue habiskan sama lo adalah waktu yang paling beharga buat gue!"

SRET!!

Darah langsung muncrat begitu saja dari lengan Rahel, bekas sayatan cutter memenuhi tangan kanannya yang menjadi pelaku utama dari bagian tubuhnya yang melukai Rakel.

"ARRRGGHH!! Lo emang abang gak berguna Hel!" Teriak Rahel, ia menatap tangannya yang sudah di lumuri darah, bahkan warna darah yang mengalir sekarang sangat pekat saking banyaknya.

Tatapan Rahel lalu tertuju pada sebuah palu yang tergeletak di bawah meja, Rahel mengambil palu itu.

Dna tiba-tiba saja ingatan masa lalu menerobos memasuki kepala Rahel.

"Rakel... Nama kamu itu Rakel...Ra.Kel."

"Akel?"

"Pffth, iya, Rakel"

"Akel!"

"Sial"

"Hel! Hel!"

"Iya, kenapa?"

"Ada bintik-bintik di langit! Banyak! Apa langit lagi sakit?"

"Bintik-bintik?... Ah! Maksud kamu bintang? Pffthh, itu bukan karena langit sakit, Rakel... Bintik-bintik itu namanya bintang"

"Bintang? Bintang itu siapa? Kenapa dia bisa ada di langit?"

"Pffthh, bintang itu bukan orang, dia benda langit. Hmm, gimana jelasinnya yah? Kayaknya gue perlu beli buku tentang astronomi deh"

"Sial"

"Hel! Hel! Kenapa nangis?! Ada yang nyakitin Hel?! Bilang ke Akel, Akel akan ngelindungin Hel! Jangan nangis!"

"Ah... Nggak kok, ini mata Hel kelilipan aja"

"Bohong! Jangan nangis, kalo Hel sedih Akel juga sedih..."

"Iya Hel gak akan nangis kok"

"Akel bakal jagain Hel, agal Hel gak nangis lagi! Akel bakal jagain Hel dari pala penjahat!!"

"Pffthh, iya makasih yah Kel"

BUGH!

KREK!

Suara patah terdengar jelas saat Rahel menghantam jari telunjuknya yang merupakan pelaku penarik pelatuk pistol itu dengan palu.

Mata Rahel memerah, bukan karena rasa sakit tapi karena ingatan yang ia dapat. Kenangan masa kecilnya dan Rakel, waktu yang ia habiskan bersama Rakel semua itu... Bukanlah hal bodoh.

Rahel juga menganggap bahwa semua itu adalah hal paling berharga di hidupnya, Rakel adalah hidupnya, alasannya untuk terus hidup, dunianya, Rakel adalah segalanya untuk Rahel.

Tapi apa yang sudah ia lakukan kepada adik kecilnya itu. Rahel membuat... Rakel dalam bahaya.

Rahel kembali mengangkat palu itu tinggi-tinggi namun saat ia ingin menghamtamkan palu itu ke tangannya, seseorang menghentikannya.

"Hey hentikan, tangan lo bisa lumpuh lo tau" Ucap Jed menahan tangan kiri Rahel yang hendak menghancurkan tangan kanannya.

Rahel menoleh perlahan dengan mata memerah penuh amarah dan kekecewaan.

"Diam" desis Rahel.

Jed mendnegus "Gue gak peduli kalo lo memang mau mutusin tangan lo tapi, lo sekarang ada untuk Garagas. Kami gak butuh orang yang cacat. Hentikan" Ucap Jed melemparkan palu yang di genggaman Rahel ke sudut ruangan.

Rahel diam memandangi lantai lalu ia perlahan menatap Jed kembali saat ia menyadari sesuatu.

"Lo... ini salah lo kan? Lo yang ngasih tau Rakel, iyakan?!" Rahel mencekram kerah baju Jed, dan mendapati perlakuan itu Jed malah tersenyum miring.

"Hey hey, gue gak ngelakuin apapun" ucap Jed menyeringai membuat suara gigi yang saling bergesekan terdengar kuat, cengkraman Rahel semakin kuat lalu.

BRAKH!

Rahel melempar tubuh Jed hingga menghantam sebuah meja membuat meja itu hancur seketika.

"LALU KENAPA RAKEL BISA ADA DI SANA?!" Teriak Rahel dan Jed masih bisa menyeringai, pupil matanya bergerak menatap Rahel namun kepalanya tetap menunduk.

"Gue cuma ngasih dia hp lo, yah mungkin dia liat dari pesan grup kalian. Gue gak ngelakuin apapun"

"SIALAN!" Teriak Rahel membentak, Rahel lalu menduduki dirinya dia tas kasur. Ia terlihat sangat frustasi dan depresi sekarang.

'tadi gak kena jantungnya kan? Gue nembak di dada kanannya iyakan? Tapi... Gimana kalo kena organ vitalnya? Kenapa gue harus nembak? Gimana kalo Rakel... Argh! Kenapa juga lo harus datang Kel? Sialan...'- Batin Rahel kalut.

"Kalo gitu, tolong bunuh gue Hel..."

Rahel kembali mengingat ucapan dan ekspresi Rakel saat itu membuatnya langsung mencekram rambutnya kuat.

'maaf Kel, maaf... Maafin gue. Tolong bertahan Kel, gue mohon jangan mati...'-Batin Rahel, matanya mulai memanas Rahel merasa pukulan yangs angat kuat di dirinya.

Ia merasa seolah seribus pisau tengah menikam dadanya membuatnya sulit bernafas. Rahel benar-benar hancur sekarang, dan entah kenapa tiba-tiba satu sosok yang telah lama Rahel lupakan terlintas di kepalanya. Rahel menunduk dalam dengan kedua tangan yang menutup wajahnya.

'mama... Tolong Rahel'

Dan setelah tiga hari setelah kejadian itu Rahel mendapati kabar bahwa Rakel telah melewati masa kritisnya namun anak itu masih dalam kondisi koma.

Walau begitu kala mendengar hal itu Rahel menangis sejadi-jadinya dan mengucapkan puji syukur tanpa henti.

Dan juga tiap harinya, setiap malam hingga pagi di saat Hellura, Sean, Lyan, dan Zayan tak bisa menemani adiknya dan hanya Dayenlah yang menemani Rakel, Rahel selalu mengelilingi rumah sakit tempat di mana Rakel di rawat untuk menjaga adiknya itu dari bahaya yang mungkin saja menyerangnya saat ia tak sadarkan diri apa lagi setelah Rahel mengetahui bahwa yang ia hadapi sekarang bukanlah musuhnya tapi musuh Rakel.

Dan saat Lyan datang menawarkan kesepakatan untuk menukar dirinya dengan Rahel, Rahel menolak kesepakatan itu karena... Jika tidak bersama Garagas jarak antara Rahel dan Kaza akan semakin jauh. Rahel harus berada di dekat Garagas agar ia bisa mengetahui pergerakan Kaza. Dan juga alasan lain Rahel menolak kesepakatan itu karena... Ia malu untuk bertemu Rakel setelah apa yang ia lakukan.

Lalu karena hal itu, Lyan yang sudah terikat janji terpaksa menjadi bagian dari Garagas juga. Dan dengan begitulah rencana Garagas pun di mulai, rencana menguasai The Kingdom benar-benar di mulai. Dan sesekali Hellura datang menghalangi namun mereka dengan mudah di kalahkan oleh dua anggota Garagas.

Semua yang terjadi selama Rakel koma benar-benar menghilangkan rasa kemanusiaan di diri Rahel, ia memang sering di berikan tugas yang berbeda namun tugasnya itulah yang membuat rasa kemanusiaan di diri Rahel perlahan menghilang. Tak ada senyuman, Tak banyak bicara, tak ada lagi reaksi, Rahel benar-benar seperti sebuah robot di buatnya.

Hingga kabar Rakel yang telah sadar sampai di telinganya, untuk pertama kalinya setelah sekian lama Rahel kembali menangis sendirian di rumah kecil itu.

Memandangi foto Rakel yang tengah tertawa menatap Sean dan Zayan yang di kirimkan oleh Dayen. Rahel benar-benar menangis sejadi-jadinya.

'makasih Kel... Makasih untuk tetap hidup... Makasih banyak Kel... Makasih'

Flashback On

"Lo di sini ternyata" Rahel menoleh dan menemukan Jed yang kini berjalan mendekatinya.

"Gimana lo tau gue di sini?" Tanya Rahel kembali menatap ke depan.

"Ya sejak dia udah balik kerumah lokan selalu ngelilingi rumah ini waktu dia tidur. So, of course I know" Jawab Jed duduk di samping Rahel.

*Jadi, tentu gue tau

Rahel hanya diam saja dan terus memandangi lantai dua rumah yang telah lama ia tinggali. Lampu di lantai dua itu masih menyala namun jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.

"Dia belum tidur?" Tanya Jed ikut memandangi jendela di lantai dua itu.

Rahel menggeleng "Dia memang tidur tanpa mematikan lampu, dan gue yang biasanya matiin lampunya" Jawab Rahel di balas Jed oleh anggukan.

Ya, sejak Rakel keluar dari rumah sakit, setiap malamnya. Mulai dari jam 12 malam hingga jam 4 subuh, Rahel selalu berdiri di depan rumahnya dan terkadang ia berkeliling untuk memastikan bahwa adiknya itu beristirahat dengan aman.

Rahel tidak bisa kembali pada Rakel, tapi ia akan selalu melindungi adiknya itu. Karena... Itulah tugas seorang kakak.

To Be Continued...

HOLAAA IM BACK! NIH CHAPTER KALI INI TENTANG RAHEL YAH GUYSS!!! Biar kalian gak salah paham lagi ama Rahel!

Hiks aku mau punya abang kayak Rahel, tapi sayangnya aku gak punya abang :) Abang sepupu juga sipatny kek monyet.

Yaudah deh anjoy reading guyss, sorry for the typol

Jangan lupa vote and comment

See you in the next chapter!

Ilustrasi Visual Dua abhang!

°LG°


°RAHEL (hair down)°


Bye The Way... Double gak nieh?🌚

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

198K 33.6K 48
On going Bagaimana jadinya jika Andre si cowok bobrok nan playboy cap badak itu bertransmigrasi ke tubuh seorang cewek yang sudah berimage buruk di m...
133K 3.5K 19
TAHAP REVISI Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya publish sebanyak 12 Bab di akun @aim_Key dengan judul My Childish Boyfriend __________-----_____...
1.2M 45.8K 26
Seorang atlet silat yang bertransmigrasi ke dalam Novel sebagai ketua geng motor yang terkenal pembuat onar PART TIDAK LENGKAP ❗❗ Cerita murni hasil...
46.2K 1.8K 47
Semenjak kecelakaan itu Rayyan bukan lagi Rayyan, segala nya menjadi berbeda. Penasaran sama cerita nya? Kuyy!