RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 84

956 135 54
By AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

'mati gue...'

Gue reflek menundukkan kepala gue. Shit! Jangan nunduk tolol! Gue kembali mengangkat kepala gue.

"a-ah! Tuan Aston!" Gue sontak berdiri dan tersenyum selebar yang gue bisa.

"Wah! Aku gak bisa percaya aku bener-bener liat seorang Aston Gabridipta!" Gue berlari ke depan Papa lalu berteriak penuh rasa antusias padahal aslinya gue tertekan banget anj.

Gue mendongakan kepala gue dengan senyum yang sangat lebar hingga mulut gue terbuka, ekspresi gue sekarang bener-bener kayak ekspresi orang yang lagi terpesona.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyanya dingin.

Sialan, gak bisa apa lo nunjukin sedikit respon ama sikap gue sekarang?! Kaget kek apa kek gitu. Dater banget.

Tapi ya ini pertanyaan yang gue inginkan.

"Jadikan aku sebagai muridmu!" Gue mengepalkan tangan gue di depan tubuh gue menunjukkan seberapa semangatnya gue ketemu dia.

Tatapannya semakin mendingin membuat gue mulai berkeringat.

Apa gue salah ya? Apa cara begini gak ngaruh di dia? Apa gue bakal di usir? Ya di usir lebih baik dari pada gue harus mati.

"... Apa kau tau siapa aku?"

Gotcha! Ini pertanyaan yang gue tunggu-tunggu! Nah Rakel seperti yang lo siapkan, ayo jawab begitu!

"Tentu!!! Anda adalah Tuan Aston Gabridipta terhormat, seorang Dewa Perang, dan orang terkuat di Generasi Pertama!!!" Gue menjawab dengan penuh semangat dan penuh senyuman seolah gue bener-bener nge idola in dia. Diapasti tersanjungkan? Sedingin apapun orang kalo di puji pasti seneng.

Saat gue melirik Papa ekspresinya dingin doang.

Apa yang gue harapin? Papa beda ama gue yang lemah ama pujian, sialan...

"... Pergi"

Fucklah, Gue rasa dia gak suka ama pujian gue.

Tapi lo gak boleh mundur kel... Lo udah di sini lo harus di terima gimanapun caranya!

"Eh Kenapa?! Baru juga kenalan" Gue bertanya dengan nada gak terima karena dia ngusir gue.

"Apa harus ku perjelas?" Tatapan Papa semakin dingin ngebuat kulit gue rasanya membeku.

Gue mengepalkan tangan gue, jangan menyerah, tunjukin tekad lo Rakel. Gimana pun lo harus di terima!

"Anda harus menerimaku!"

Papa memiringkan kepalanya "Kenapa harus?"

Gue menelan ludah gue susah payah tatapan Papa sekarang bener-bener seolah ingin mengintimidasi gue.

"Aku.... Aku bisa meniru berbagai teknik! Bukankah sampai sekarang kemampuan itu belum di miliki siapapun di Era ini?! Aku bisa melakukannya!" Gue mencoba terus meyakinkan Papa, dan kayaknya berhasil gue melihat sedikit perubahan dari ekspresi Papa.

"Copy... " Ulang Papa "Apa kau pikir itu hebat? Kau tau kenapa tidak satupun yang memiliki kemampuan itu? Itu karena kemampuan meniru adalah kemampuan paling tidak berguna. Apa kau merasa bangga merebut teknik yang telah di latih oleh orang lain selama bertahun-tahun hanya dalam sekali lihat? Meniru adalah bakatku yang paling hina, jika aku bisa. Aku akan menghapuskan bakat itu dari diriku. Itu tidak berguna" lanjut Papa membuat senyum gue memudar.

Entah kenapa gue merasa tertampar, 'Apa kau merasa bangga merebut teknik yang telah di latih bertahun-tahun oleh orang lain hanya dengan sekali lihat?'

... Spainner kick, adalah teknik yang di kembangkan Rahel kurang lebih dalam waktu seminggu. Yah itu bukan waktu yang lama tapi jerih payah Rahel selama seminggu dapat gue kuasai dengan sekali lihat. Apa itu membanggakan? Apa gue bangga?

Jawabannya udah jelas nggak.

"... Aku tau itu, karena itulah aku datang ke sini" gumam gue menunduk "Aku sebenarnya punya kekuatan terpendam! Tapi aku tidak bisa mengendalikannya, karena itu selama ini aku hanya mengandalkan copy paste! Jadi, aku mohon, tolong angkat aku menjadi muridmu!" Gue mengangkat kepala gue dengan sorot mata penuh tekad.

"Kekuatan terpendam? Omong kosong apa it—" Papa gak melanjutkan ucapannya, tiba-tiba aja pupil matanya membesar.

Eh kenapa? Gue menoleh ke belakang mencari sesuatu yang mungkin menarik perhatian Papa tapi gak ada apapun di belakang gue cuma ada pelayan. Gak mungkinkan Papa kaget ama pelayannya sendiri?

Apa yang dia liat yah? Gue kembali menatap Papa untuk memperjelas apa yang lagi dia lihat. Arah matanya sih ke gue tapi kenapa dia kaget ngeliat gue padahal dari tadi mukanya dater aja.

"Ah eum.. aku cowok..." Ucap gue dengan senyum canggung, yah gue agak ngeri aja karena dia ngeliatin gue begitu.

Ingat anj gue anak lo! Walau pesona gue emang kuat di lakik tapi ingat gue jantan dan gue anak lo!

Papa berkedip dan saat ia membuka matanya pupil matanya kembali seperti sebelumnya.

"Aku tau itu" Ucapnya dingin membalas ucapan gue tadi "Kau... Apa kau melakukan awakened?" Sambung Papa bertanya dan seketika gue merasakan nafas gue tercekat.

"Ayahmu adalah salah satu penjaga ketentuan Era" ucapan Ayah Sean seketika terlintas di kepala gue.

Awakened adalah pelanggaran dari ketentuan Era. Kalo gue jawab iya, gue bisa mati di sini. Sial! Dari mana Papa tau gue ngelakuin awakened?!

Gue harus jawab apa... Kalo gue iyain gue bisa mati, kalo gue jawab nggak dia pasti tau kalo gue bohong!

Aaaakhhh!!! Gue harus jawab apa sialan?!

"Awakened? Awakened itu apa?" Akhirnya gue milih buat pura-pura gak tau gue rasa ini jawaban yang paling aman, untung aja gue cepet mikir walau sempat stress.

Gue tetap senyum walau jantung gue udah dugem sekarang.

"Kau tidak tau? Apa kau melakukan awakened tanpa sadar?" Ucap Papa lebih seperti gumaman.

Untung dia percaya kalo gue kagak tau!

Gue tetap mempertahankan senyum bodoh gue dan menunjukkan ekspresi bingung seolah meminta jawaban dari pertanyaan gue tadi.

"Awakened adalah kondisi seseorang bertarung dengan hanya mengandalkan insting tanpa akal dan perasaan" Gue segera menoleh pada Vincent yang menjawab pertanyaan gue.

"Ah..." Gue mangut-mangut.

"Jadi, apa kau melakukan awakened?" Papa mengulang pertanyaan.

Ni orang tua ngebet banget!

"Entahlah, Aku gak ingat apapun" gue tetap berlagak gak tau apapun. Ingat! Ini adalah sikap paling aman sekarang!

"Itu hal yang wajar bagi seseorang yang melakukan awakened untuk lupa dengan apa yang terjadi saat mereka dalam penggunaan awakened. Jadi apa tuan muda pernah hilang ingatan saat selesai bertarung?" Vincent kembali menjelaskan dan di akhiri oleh pertanyaan.

Kali ini kalo gue jawab gak tau juga gue bisa di anggap bohong. Baiklah ayo jujur kali ini.

"Ah.. pernah, waktu aku sparing dengan Zayan dan Sean tiba-tiba aku sadar karena nabrak dinding dan saat sadar aku gak ingat apa yang terjadi sebelumnya" jujur gue dan saat itu Vincent menatap Papa sembari mengangguk lalu kembali menatap gue.

"Itu artinya Tuan muda melakukan awakened saat itu"

"Ah... Apa itu artinya aku hebat?! Aku bisa melakukan awakened! Nah Tuan, selain meniru aku bisa melakukan awakened! Apa Tuan akan menerimaku?!" Gue langsung menoleh ke arah Papa dan berbicara dengan penuh semangat. Gue tau yang gue ucapin adalah hal bodoh tapi inilah satu-satunya cara gue buat memancing Papa.

"Nah... Kau sudah cukup hebat karena bisa melakukan awakened. Lakukanlah itu terus, aku tidak akan menjadi guru mu"

Apa? Apa gue di tolak lagi? Gue tau memang sulit untuk di terima Papa, tapi apa katanya tadi? Lakukanlah awakened terus? Apa maksudnya?!

Dialah yang paling tau seperti apa itu awakened, apa resiko dan akibatnya, dialah yang paling tau! Tapi kenapa...

Bapak Gila!

"Tapi katanya awakened adalah kondisi yang hanya mengandalkan insting. Itu artinya aku mungkin gak bisa membedakan mana teman dan musuh, aku bisa aja melukai temanku!" Ucap gue dan Papa mendecih pelan.

"Yah lakukanlah, kau bisa jadi yang terkuat dengan begitu. Memikirkan teman hanya akan membuatmu ragu dan melemah, Iyakan? Jadi biarkanlah awakened menguasaimu. Mengendalikannya hanya akan membuatmu lebih lemah, jadi lebih baik kau bertarung dengan brutal lalu tersadar dan mendapatkan kemenangan" ucap Papa berbalik hendak pergi.

Gue menggeleng "Aku tidak mau bertarung dengan brutal! Apa gunanya aku bertarung jika aku melukai teman-temanku?! Aku ke sini untuk mengendalikan kekuatan ini, agar teman-temanku tidak terluka nantinya! Aku mohon, tolong aku untuk ngendaliin kekuatan ini!"

Memangnya salah siapa gue punya kekuatan sebesar ini? Seenggaknya tanggung jawab!

"Aku harus bisa ngendaliin kekuatan ini sendiri kalo tidak setiap Aku menggunakan kekuatan ini, aku pasti akan berujung melakukan awakened! Aku mau menggunakan kekuatan ini dengan maksimal tanpa takut dengan awakened! Karena itu Tuan Aston mohon tolong aku, bantu aku mengendalikannya!" Gue membungkuk 90° ke arah Papa membuatnya tak jadi melangkah.

"Sudah ku bilang, kau akan lebih kuat jika bertarung tanpa akal"

Tangan gue terkepal "Aku menolak awakemed itu artinya aku menolak bertarung tanpa akal! Walau Aku lebih kuat aku cuma tidak lebih dari hewan bodoh yang hanya mengandalkan insting! Tidak selamanya aku akan menang hanya dengan mengandalkan insting, hewan dengan insting kuat juga akan kalah dengan manusia yang berakal! Aku mau tetap sadar walau nantinya aku menggunakan kekuatan setara denganmu..." Gue menegapkan tubuh gue dan menatap tajam ke arah Papa di akhir ucapan gue.

"Kesadaran... Sangat penting untuk seorang petarung" Sambung gue, entahlah kata-kata itu terlintas di kepala gue gitu aja.

Dan gue lihat Papa terdiam cukup lama menatap gue hingga ia bersuara.

"... Aku tetap tidak akan menjadi gurumu, mintalah orang lain untuk membantumu" Tolak Papa melangkah menaiki tangga.

Ah, ni orang tua keras kepala banget!

"A-ayah Sean bilang cuma dua orang yang bisa ngebantu aku! Dan itu adalah Aston Gabridipta dan Austin Mackenzie!"

Langkah Papa seketika terhenti, dia lalu menoleh ke samping dan melirik gue.

"Kau di beri dua pilihan, lalu kenapa kau memilihku?" Tanyanya ngebuat gue seketika membeku.

Eh... Gue gak expect dia bakal nanya ini. Gue harus jawab apa? Gak mungkin gue bilang, gue milih dia karena dia bapak gue kan sekarang gue lagi akting gak ada hubungan darah ama dia.

Ini orang hari ini berapa kali ngebuat gue kesulitan jawab sih?! Gue harus jawab apa?!

Kalo gue jawab gue gak milih Austin Mackenzie karena gue takut dia pasti langsung nanya 'apa kau tidak takut denganku?'

ARRGHH!! SEBENARNYA KENAPA EMAK GUE CINTA AMA NI ORANG?!

Ah... seketika sesuatu terlintas di kepala gue. Hmm... Bodo amatlah!

"I-itu... Karena... nama Aston terdengar imut" Jawab gue mencicit dengan mengalihkan tatapan gue ke arah lain sembari menyatukan jari telunjuk gue satu sama lain.

Keadaan menghening seketika tapi gue dapat merasakan keterkejutan dari para pelayan di belakang gue. Hingga...

"Pffth!" Gue mendengar suara tawa tertahan entah dari siapa membuat keheningan tadi seketika pecah.

"Imut...?" Desis Papa "Lalu bagaimana setelah kau bertemu denganku apa aku 'masih terdengar imut'?" Tanya Papa ngebuat gue sontak menatapnya sekarang Papa sudah berbalik menghadap gue dapat gue lihat tatapan tajam yang seolah siap membunuh gue.

Apa lagi penekanan katanya tadi menunjukkan seberapa marahnya dia dengan gue. Shit, kayaknya gue salah tapi gue gak bisa mundur sekarang.

Gue pengen pulang hiks...

Gue tersenyum lebar dan mengangguk.

"Tuan Aston lebih imut dari kedengarannya, Apa lagi mata hijau anda! Itu sangat imut!" Gue menyengir lebar sembari merentangan tangan gue menunjukkan seberapa seriusnya gue sekarang.

Tolong bawa gue menghilang dari rumah ini.

"Matamu juga hijau"

Eh?

"Ah iya! Aku juga imut! Aku suka diriku!" Gue menyentuh pipi gue dengan satu tangan dengan cekikikan senang.

Gue pengen mati ajalah jangan hidupin gue lagi...

"Hehh... Aku tidak pernah mendengar kau menyukai hal-hal imut" gue tersentak saat melihat satu sudut bibir papa tertarik ke atas, itu senyum tipis entah kenapa gue merasa itu adalah lampu hijau!

"Hehehe Hal imut bisa membuatku semakin bersemangat! Jadi aku suka! Hehe!"

Hehe... Hehe...

Gue dapat ngerasain harga diri gue yang jatuh hingga ke inti bumi, kenapa lo hidup begini Rakel... KENAPA?!

Papa menatap gue sangat-sangat lama. Please gua udah begini, jangan tolak gue anj! Gara-gara lo harga diri gue ancur berkeping-keping seenggaknya tanggung jawab terima gue jadi murid lo badjingan!

"... Alden antar dia pulang" Papa membalik tubuh dan melangkah pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu.

Senyum gue hilang seketika.

ANJ***!! KON****!! BANG***!!

***

Gue hanya menyenderkan kepala gue di kaca mobil.

Hancur sudah. Harga diri gue, semuanya hancur, setelah begitu gue tetap di tolak.

Yah sebenarnya gue mikir apa sih? Sok imut bakal di terima? Emang gue imut?!

"Aku juga imut! Aku suka diriku!"

Ah... Tenggelemin gue sekarang, gue mau ngulang kehidupan aja lagi.

Mama heleppp...

"Mata hijau anda imut!" Apanya yang imut anjer, mata kek mau nelen gue begitu di kata imut.

Bahkan sama Rahel gue gak pernah begini! Hiks, gue lebih milih sok imut di depan Rahel dari pada di depan Papa begini.

Udah begini, di usir lagi!

"Ekspresimu sangat berbeda dengan sebelumnya" Ucap Alden bersuara ngebuat gue sontak melirik dia.

Mikirlah anjing!

Ck! Jangan ajak gue ngomong. Biasanya juga lo gak mau ngomong ama gue.

Gue menyengir "Ah... Kurasa ini karena aku di tolak hehehe"

Gue bertatapan dengan Alden melalui spion lalu ia mengalihkan tatapannya ke jalanan.

"Kalau di tolak kau tidak akan di antar pulang, apa lagi yang mengantarmu adalah diriku" Ucap Alden dengan nada dingin.

Eh... Lah?! Lah iya!

Gue langsung duduk tegap!

"Jadi ini artinya aku di terima?! Aku menjadi murid tuan Aston sekarang?! Benarkah?!" Gue yang duduk di kursi kedua langsung ngedeketin duduk gue ama Alden yang lagi nyetir.

"Kita sampai" Alden gak ngejawab dia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah gue.

Sialan buat malu aja, jawab kek. Gue udah begini seenggaknya senyum kek.

Gue segera keluar dari mobilnya lalu berdiri di dekat kaca sopir.

Gue tetap tersenyum lebar.

"Makasih banyak, ah..." Harus gak ya gue sebut nama dia? Hm... Gak usah deh, ntar di kira sok asik.

"Alden" Ucapnya, eh? Apa dia mau gue nyebutin nama dia?

Hm... Ikutin ajalah alurnya.

"Ah... Bang Al! Makasih ya, hehehe hati-hati di jalan Bang Al!" Gue melambai dan dia cuma natap gue lama lalu melajukan mobilnya gitu aja.

Sialan... Manusia gak jelas! Maunya apa coba?

"Bang Al? Hoek!" Gue berlagak seakan ingin muntah dan seketika ekspresi gue berubah datar, gue berbalik memasuki rumah gue sembari memijit pipi gue.

Pegel banget senyum mulu, gue butuh istirahat energi gue kekuras abis banget. Ini lebih melelahkan dari bertarung ngelawan 100 orang.

Sialan...

Ceklek

Gue membuka rumah gue dan baru selangkah gue masuk ke rumah gue.

Brukh!

Tubuh gue langsung ambruk ke lantai.

"Ah... Gue capek~" keluh gue, dari awal gue ketemu Papa tadi jantung gue gak berhenti berdetak kencang banget, dan tubuh gue rasanya tegang tapi untung dia kayaknya gak sadar.

Bener-bener nguras energi, rasanya gue bisa mati cuma karena deketan ama Papa. Energi Papa, Tatapan Papa, bayangan Papa, badan Papa, nyeremin semua!

Tapi yah seenggaknya gue di terima dan itu artinya... Gue bakal ngalamin hal ini begini tiap hari.

"Gue bakal mati tiap hari" gumam gue rasanya air mata gue ngalir sekarang.

***

"Wow lo keliatan bahagia" Sapa Sean dari mejanya saat gue baru memasuki kelas, gue meliriknya lalu mengacungkan jari tengah gue.

Bahagia kepala dia penyot! Gue gak bisa tidur semalaman, tadi malam gue mimpi di bully ama Papa dan itu ngebuat gue gak bisa tidur sama sekali.

Gue yakin muka gue kacau banget sekarang.

"Hoaahmm" gue menguap saat menduduki diri gue di kursi, dengan mata setengah terbuka gue meletakan tas gue ke laci meja.

"Jadi gimana?" Gue mendongak dan menemukan Sean sudah di kursi depan meja gue.

Gue mendengus sembari membaringkan kepala gue du atas meja.

"Dia mau ngajarin gue... Kayaknya"

"oh bagus dong" Ucap Sean dan gue cuma balas ngangguk sambil nutup mata gue. Tapi baru sebentar gue kembali membuka mata gue.

"Ah Sey, ayo jenguk bang Tian nanti" Ajak gue dan Sean mengangguk "Bang Tian masih di RS atau di rumah?" Tanya gue.

"Masih di RS sebenarnya dia udah boleh keluar tapi dia mau nemenin Dafa" Jawab Sean.

Ah iya, Dafa kan koma. Sebenernya apa yang di lakuin Jed sampe ngebuat Dafa koma? Separah apa serangan Jed?

Ya Jed memang orang yang kuat dan juga cerdik, ngeselinnya dia bisa tau semua kelemahan lawannya. Gue rasa wajar sih... Kalo Dafa di buat K.O ama Jed.

"Udah berapa lama dia koma?" Tanya gue lagi.

"Udah hampir tiga minggu, kondisinya udah membaik. Ya seharusnya dia udah bangun tapi ya ini kayak kasus lo, kata dokter pasiennya yang gak mau bangun" Jawab Sean lagi.

Gue diam sejenak lalu menghela nafas.

"Yaudah ayo ntar sekalian jenguk dia" Ajak gue dan di angguki Sean lagi.

***

"Ah, Sebentar lagi kita akan bertarung dengan Valcer. Tapi di bandingkan Valcer aku lebih bersemangat dengan Variabel yang mungkin datang" Jed meregangkan tangannya sembari menelengkan lehernya ke kanan dan ke kiri.

"Variabel?" Ulang Lyan menaikan satu alisnya kebingungan.

"Ya, adiknya" Ucap Jed melirik Rahel membuat Rahel yang tengah makan langsung menatapnya.

"Rakel itu variabel yang harus di waspadai. Apa lagi dia sudah sadar sekarang, biasanya orang yang habis bangun dari kematian itu memiliki kekuatan super" Ucap Jed di akhiri kekehannya menunjukkan bahwa ia tengah bercanda.

Lyan merotasi matanya malas "Lo kebanyakan main ama Jeffrey" Dengus Lyan.

"Rahel, apa kau yakin adikmu bukan masalah?" Tanya Jed bertopang pipi dengan senyum miring pada Rahel dan pertanyaan Jed hanya di abaikan oleh Rahel.

Mendengus pelan Jed tertawa sendiri, merubah posisi tangannya menjadi menopang kepalanya dari belakang.

"Aku jadi takut dia akan menemui Aston" Gumam Jed mampu membuat Rahel berhenti mengunyah, ia mengangkat kepalanya menatap Jed dan Jed hanya tersenyum miring meliriknya.

Rahel mendengus "Itu gak akan terjadi"

"Hm? Kenapa kau sangat yakin?"

"Karena dia gak tau siapa Aston" Jawab Rahel kembali memakan makanannya.

Mendengar ucapan Rahel tak hanya Jed, Lyan pun tertegun cukup lama.

"Hell na, What are you saying?" Jed tersenyum dengan ekspresi tak percaya.

*Tidak, apa yang kau katakan?

Rahel mendengus "Rakel gak tau siapa orang tua kami. Kalaupun dia tau Aston dia gak akan berani menemui Aston, jangankan menemui rumah Aston aja dia gak tau"

Jed kembali tertegun lalu ia tertawa.

"Pffthahahha, kau benar-benar tidak tau apapun soal adikmu ya?" Tawa Jed menutupi mulutnya namun senyum miringnya tetap terlihat di sela jemarinya.

Rahel sontak berhenti makan dan menatap Jed tajam.

"Apa maksudmu?" Tanya Rahel, ya dia agak kesinggung di bilang gak tau apapun soal Rakel padahal dia abang Rakel.

"Rahel... Adikmu itu sudah mengetahui soal Gabridipta sejak lama" Ujar Jed membuat kelopak mata Rahel membesar karena terkejut.

"Kau ingat saat aku datang kerumahmu, aku memberitahunya soal Gabridipta tapi ternyata dia sudah mengetahuinya lebih dulu. Dia bahkan mengetahui soal ibunya juga. Ku pikir kaulah yang memberitahunya tapi ternyata... Apa ini?" Lanjut Jed menjelaskan di akhiri dengan senyum meledek yang membuat Rahel semakin terkejut.

Rakel mengetahui soal Gabridipta? Sejak kapan? Ia tidak pernah menyinggung soal Gabridipta sama sekali lalu bagaimana Rakel mengetahuinya?

Dan juga... Jed bilang Rakel suda tau sebelum Jed memberitahunya... Sudah berapa lama Rakel tau? Kapan?

"Omong kosong..." Akhirnya hanya kalimat itu yang bisa di keluarkan Rahel.

"Kau tidak percaya? Kalau begitu tanyakanlah kepada The Kingdom, siapa nama lengkap Rakel maka mereka semua akan menjawab 'Rakel Orrion Gabridipta'. Kenapa? Karena adikmu lah yang memperkenalkan dirinya dengan nama itu sendiri, seluruh The Kingdom mengenal Rakel dengan nama 'Gabridipta'. Kalau kau masih tidak percaya, tanyakan pada sahabat adikmu itu" Jed menunjuk Lyan dengan dagunya membuat Rahel langsung menatap Lyan.

Lyan menatap keduanya bergantian lalu ia mengangguk.

"Rakel tau soal Papanya" ujar Lyan menyutujui ucapan Jed membuat Rahel benar-benar seolah tertimpa batu besar.

Rakel tau soal Aston, padahal ia tidak memberitahunya bagaimana bisa?! Dari mana anak itu tau?!

"Jadi... Apa kau yakin adikmu tidak akan menemui Papa mu?" Tanya Jed lagi membuat Rahel diam membeku.

Dan perlahan Rahel menggeleng ragu, jika di lihat dari sikap adiknya maka... Ada kemungkinan besar....

"Dia pasti menemui Aston"

***

Rakel menganga tak percaya kala melihat sosok yang berdiri di samping sebuah mobil mahal yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahnya.

"Hm, siapa tuh?" Tanya Sean kebingungan, sekarang sosok itu menjadi pusat perhatian banyak murid yang hendak pulang.

Rakel masih diam menganga, ia benar-benar tidak menyangka kenapa... Kenapa...

'Kenapa Alden ada di sini?!'–Batin Rakel dan tak lama dari ia membatin sosok yang tadi sibuk memandangi ponselnya kini menatapnya membuat Rakel tersentak.

Ia melirik Sean dan sekitarnya.

Sial... Kenapa harus di sini, di saat seperti ini?! Pikir Rakel.

Ia diam beberapa saat sedangkan Sean menatapnya dan melirik Alden bergantian.

"Kalau gue gak salah, dia natap lo yah" Ucap Sean  namun Rakel hanya diam hingga...

"BANG AL!" Rakek berteriak kencang sembari melompat kecil dan berlari ke arah Alden dengan penuh semangat dan senyum cerah yang... Membuat tak hanya Sean seluruh siswa yang ada di sana syok seketika.

"Bang Al kenapa di sini?!" Tanya Rakel saat sudah berada di hadapan Alden, Alden hanya menatapnya lalu berjalan memasuki mobilnya.

"Masuk" suruh Alden.

"Okeyy!!" Rakel menurut begitu saja, ia membuka pintu kedua namun sebelum masuk ia menoleh pada Sean yang keliatan sangat terkejut hingga tak mampu bergerak seinci pun dari tempatnya berdiri tadi.

"SEAN LAIN KALI AJA YAH! AKU ADA URUSAN! DADAH!" Teria Rakel melambai ke arah Sean dengan senyum lebar lalu ia masuk ke mobil itu.

Tepat saat Rakel menutup pintu mobilnya Sean langsung bereaksi seakan ingin muntah. Seketika Sean merasa geli dan jijik mendengar nada bicara Rakel yang lebih tinggi dari biasanya dan ekspresi Rakel yang sangat berbeda dari biasanya.

"Aku? Hoeekk!!!"

Tak berbeda dari Sean, Rakel kini merasa jijik juga dengan dirinya sendiri. Tatapan heran dan bingung dari semua murid yang ada di sana terutama Sean masih terngiang-ngiang di kepalanya. Mampus... Rakel tidak ingin sekolah besok.

'Alden sialan!'–Umpat Rakel membatin melirik Alden melalui spion namun saat melihat spion Rakel melihat Alden yang menatapnya membuat Rakel sontak langsung memasang senyum manisnya.

'hilang sudah image cool gue di sekolah'- Batin Rakel menyenderkan kepalanya di kaca mobil.

Rakel merasa nyawanya keluar dari tubuhnya saking malunya.

Sialan...

To Be Continued...

HOLA GUYS AKU UP LAGI NIECH! Ini kan chapter yang kalian tunggu-tunggu?! Nih ku cepetin! Niatnya sih besok, ku jadiin hari ini!

Semoga kalian sukha yah dengan Rakel versi imoet🤣 kapan lagi liat Rakel sok imut kalo gak di depan bapaknya?!

Yaudah enjoy reading guys, sorry for typo

Jangan lupa pot ama komen

Si yu in de neks capter gessss

°ALDEN GABRIDIPTA°

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 134K 52
[PART LENGKAP] 1. Namanya Nino. Remaja 15 tahun yang saat ini hanya tinggal bersama saudara kembarnya. Mereka berdua tinggal selama kurang lebih 3 ta...
2.4K 302 56
Firmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai...
133K 3.5K 19
TAHAP REVISI Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya publish sebanyak 12 Bab di akun @aim_Key dengan judul My Childish Boyfriend __________-----_____...
20.1K 2.6K 82
Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari k...