RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 63

799 117 35
By AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Bela berjalan lunglai di trotoar dengan tatapan kosong, ia berjalan tak tentu arah dan hanya terus melangkah tanpa mengetahui kemana ia mengarah sekarang.

SERRR!!! SEERRR!!!

Langkah Bela terhenti saat ia mendengar suara arus yang cukup kuat dan saat Bela tersadar ia kini berada di sebuah jembatan yang sangat sepi, perhatian Bela lalu bergulir ke bawah jembatan itu di mana arus sungai terlihat sangat kuat dan dapat menghanyutkan apa saja.

"Ah... Sempurna" Bela menyentuh pembatas jembatan itu lalu menunduk untuk melihat lebih jelas arus air di bawah sana dan saat melihatnya kepalanya kembali mengulang kata 'sempurna'.

Bagi Bela, tempatnya berpijak sekarang adalah tempat yang sangat tepat untuknya mengakhiri semuanya. Bela memang tidak ada niatan untuk melanjutkan hidupnya. Bahkan jauh sebelum tiga iblis itu datang.

Bela tak pernah berpikir bahwa ia akan hidup sampai usianya cukup dewasa. Bela tak pernah berniat hidup lebih jauh dari ini, sejak dulu Bela tak pernah mengharapkan hidup lama.

Satu kaki Bela menaiki pembatas jembatan itu, dan saat satu kakinya juga ingin naik Bela terdiam. Bukan karena takut mati atau apa tapi...

"Gue udah ngerusuh selama ini, apa kematian gue harus sunyi begini?" Gumam Bela tatapannya tak lepas sesentipun dari sungai di bawah sana.

"Hm..." Bela tersenyum miring "Gue antagonis bagi setiap orang, kematian gue gak boleh dong menyedihkan. Kematian gue harus meriah. Baiklah untuk terakhir kalinya, Isabela Cristine, ayo mengacaukan negara ini" gumam Bela pada dirinya sendiri dan kembali turun dari pembatas jembatan itu lalu ia mengeluarkan ponselnya dari saku roknya.

Bela terlihat mengotak-atik ponselnya beberapa saat sebelum akhirnya ia mengucapkan kalimat.

"Halo semua ini adalah Live terakhir gue..."

***

"jadi lo bakal latihan?" Tanya gue ke Sean saat kami berdua udah di depan gerbang sekolah.

Sean mengangguk "Yoi"

Gue ikut mengangguk "Yaudah gue balik duluan, bye" gue melambai dan melangkah pergi dari hadapan Sean yang sekarang juga udah melangkah memasuki mobilnya.

Gue memandangi langit sore yang keliatan lebih suram dari biasanya. Cuaca hari ini gak begitu bagus yah...

Hm... Udah berapa lama ya gue gak jalan-jalan begini? Waktu libur banyak banget kejadian ngebuat gue gak sempat liburan :)

"Hoaaahmmm" gue menguap sembari meregangkan tangan gue.

Sean pergi latihan, Zayan juga kayaknya begitu, kalo Lyan mungkin ntar malem dia main ke rumah gue. Sepi juga gak ada mereka. Hah... Gue bosan.

"Ke warnet bang Tara aja dah" ucap gue kepada diri gue sendiri lalu memantapkan langkah gue dengan kedua tangan yang gue masukkan ke saku celana gue.

Gue mendengus menatap layar komputer di hadapan gue sekarang. Lagi-lagi gue kalah hah...

Bosan juga main sendirian begini, gue keluar dari game lalu ngebuka chrome untuk ngebukak sosial media.

Gue gak punya akun sosmed sih, tapi karena gue gabut buat ajalah abal-abal.

Setelah ngebuat akun abal-abal gue masuk ke salah satu aplikasi sosial media yang lumayan populer.

"Sekarang... Apa yang harus gue liat?" Gumam gue memandangi beranda aplikasi itu. Hmmm....

Hah, gak nyangka gue, gue bakal segabut ini kalo gak ada mereka bertiga.

"Gue mau minta maaf, selama ini gue banyak ngerepotin kalian, gue minta maaf"

Di tengah kegabutan gue, gue teringat ucapan Bela tadi siang di sekolah. Hmm....

Gue menegapkan duduk gue dan mulai mengetik nama 'Isabela Cristine' di kolom pencarian aplikasi itu dan perhatian gue langsung tertuju pada akun dengan username 'Bleatine', yah emang jauh beda dari nama yang gue ketik tapi profile tuh akun mukanya si Bela jadi yah gue bukak aja tuh akun.

"What the-" gue membelalak tak percaya waktu ngeliat pengikut si Bela, pengikutinya mungkin ada sekitar 17 ribuan. Gila! Selebgram tuh anak?! Banyak banget pengikutnya, kalo gini ceritanya bisa aja satu negara ngikutin dia nih!

Ck... ck... ck...

Gue berdecak tak percaya dan tepat saat gue mau keluar dari akun Bela, tiba-tiba aja ada notif yang mengatakan

'tengah melakukan siaran langsung'

Siaran langsung? Live yah... Padahal tadi baru aja di bully sekarang ngelakuin siaran langsung. Emang yah orang itu di dunia nyata ama di dunia maya beda jauh.

Hm...

Gue memandangi lama akun Bela lalu mengangkat bahu gue acuh tak acuh.

Tonton ajalah gabut...

Gue membuka siaran langsung Bela dan hal pertama yang menarik perhatian gue adalah jumlan viewsnya yang hampir 10 ribuan. Anjir gak sampe dua menit udah sebanyak ini yang nonton.

Setelah melihat jumlah penontonnya gue sekarang fokus ke apa yang di tunjukin di siaran Bela.

"Sungai? Gabut banget ni anak" gumam gue.

"Nah kalian lihatkan arus sungainya deres banget, kalo aku terjun ke sana kira-kira berapa lama aku tersiksa sampe akhirnya mati?"

Mata gue mengerjap beberapa kali saat wajah Bela mulai muncul di siarannya, yang ngebuat gue kaget selain Bela yang gak pakek tudung hoodienya gue juga kaget karena ucapan Bela tadi. Apa maksudnya?

Gue melihat komentar yang terlihat rame sekarang.

'emang beneran mau terjun?'

'mungkin 10 menitlah'

'serius ini siaran terakhir?'

'caper banget astagaa'

Yah sebagian komentar mengatakan hal seperti itu. Sebenarnya ini kenapa sih?

"10 menit yah... Lama juga yah. Dan iya, aku bener-bener mau terjun. Niatnya sih tadi mau mati diam-diam tapi gak seru ah. Kalian harus nonton juga dong pas aku mati jangan cuma nonton pas aku di siksa" Bela tertawa geli sembari memain-mainkan kameranya.

Dan satu yang gue sadari, tuh anak duduk di besi pembatas jembatan yang kalo dia gerak sedikit aja mungkin dia bisa langsung jatuh ke sungai. Gila!

"Nah bagi kalian yang mungkin gak sanggup liat siaran ini lebih baik kalian keluar" Bela menyengir namun tak lama ia diam dengan ekspresi polos sembari mengetus-ngetus dagunya

"Eh tapi, kalo kalian keluar kalian gak akan liat bagian paling serunya dong! Seperti yang aku bilang tadi, aku gak akan mati gitu aja. Seenggaknya aku harus balas dendam dong di detik-detik terakhir hidup aku ini" Ucap Bela tersenyum miring dan penuh rasa percaya diri.

"di live terakhir ku ini, aku akan mengungkapkan kejahatan dari sebuah gengster bernama VALCER...."

Brakh!

Gue berdiri membuat kursi yang gue duduki mundur dan menabrak kursi di belakang gue.

"Cewek sinting!" Gue melepaskan earphone di telinga gue dan langsung berlari keluar dari warnet itu.

Dasar gila, sebenarnya apa yang tuh cewek pikirin?! Dia bener-bener nyari mati!

***

Sedangkan di markas Valcer, LV kini tengah menonton siaran langsung Bela. Ekspresinya terlihat tenang namun kepalan tangan dan rahangnya yang mengeras menunjukan seberapa marahnya dia saat ini.

"Apa yang akan kau lakukan?" Reynath bertanya membuat perhatian LV teralihkan.

Ia menatap Reynath lalu tersenyum miring.

"Just watch, I'll take care of it myself"

*Kalian lihat aja, gue sendiri yang bakal ngurusnya

Setelah mengatakan itu LV berdiri dan berjalan mengambil jaket kebanggannya.

"Kau benar-benar akan turun tangan untuk masalah kecil ini?" Tanya Reynath dengan sau alis terangkat.

LV memakai jaketnya dan menoleh "entah kenapa firasat gue baik soal ini"

"Baiklah..."

"Ah ya Rey, kumpulkan sebagian anggota kita dan suruh mereka ngikutin gue" perintah LV yang langsung di angguki oleh Reynath.

Tanpa basa-basi Reynath langsung mengumumkan perintah LV ke seluruh anggota Valcer.

"That little girl...reminds me of someone" gumam LG sembari melangkah pergi.

*Gadis kecil itu, mengingatkan gue dengan seseorang.

***

Masih di tempatnya Bela kini masih melakukan siaran langsungnya dengan jumlah penonton yang semakin bertambah.

"Kalian pasti bingung yah Valcer itu apa tapi untuk anak berandalan mungkin nama Valcer sudah familiar banget, iyakan?" Tanya Bela tersenyum dengan cekikikan pelan.

"Baiklah buat yang belum tau aku bakal jelasin, Valcer adalah sebuah gengster besar di negara ini. Gengster yang telah melakukan berbagai upaya kejahatan tapi gak juga di tindak tegas, ck ck ck" Bela geleng-geleng sembari berdecak.

"Dan salah satu kejahatan yang mereka lakukan adalah penganiayaan dan aku adalah korbannya" Bela Tersenyum manis sembari memiringkan kepalanya sedangkan komentar di siarannya semakin meledak-ledak.

"Selama ini aku mendapatkan penganiayaan yang sangat berat hingga membuat kondisiku seperti ini oleh, tiga orang anak SMP Elang...Erpan...dan Rangga. Iya Valcer juga merekut anak SMP untuk jadi bajingan kayak mereka. Dan kalian tau apa yang lebih parahnya? Untuk merekrut anggota baru mereka meminta seorang perempuan untuk menjadi pemuas nafsu ketua mereka yang selalu hornian, bahkan aku pernah hampir di berikan kepada mereka saat Elang, Erpan, dan Rangga mau ikut pendaftaran"

"Tapi beruntungnya ada orang-orang yang menyelamatkanku waktu itu namun bajingannya salah seorang yang menyelamatkanku mati karena perbuatan Valcer. Dia di bunuh setelah di perkosa oleh ketua Valcer yaitu DERICKO MICHAEL. Tapi walau Dericko yang melakukan itu semua yang menanggung akibatnya dan di tahan oleh kepolisian malah Haru. Kacau-kacau...ck ck ck..." Bela berdecak lagi sembari geleng-geleng seolah merasa prihatin.

"Tapi walau kepolisian udah tau mereka tetap aja nahan Haru dan bukannya berusaha menangkap Dericko. Hah..." Bela menghela nafas sembari memejamkan matanya lalu ia kembali membuka matanya dna tersenyum miring.

"Nah... Sekarang aku sudah membocorkan semuanya kepada kalian jadi setelah ini pemerintahan gak bisa diam aja dong karena kalo kalian diam aja masa gak akan terima, uang dari Valcer gak akan ngebuat kalian selamat dari amukan masa tau. Dan juga kalau kalian diam aja dan mengabaikan siaranku ini atau mengkonfirmasi aku bohong mungkin nanti pemerintahan negara ini akan bugh...." Bela mengangkat tangannya lalu menurunkan tangannya dengan kuat seolah memperlihatkan bagaimana pemerintahan akan jatuh.

"...Hancurr, pffthhahahahaha. Ini seru banget hah..." Bela tertawa terbahak-bahak dna tak lama ia berhenti tertawa lalu tersenyum dengan mata melotot ke kamera ponselnya.

"Kalian pikir aku akan mati dengan menyedihkan begitu saja? Sejak awal aku adalah antagonis di cerita setiap orang. Dan seorang antagonis gak akan pernah mati dengan menyedihkan, walaupun berakhir mati seenggaknya aku mati dengan keren. Ah ya ku rasa sekarang Valcer lagi ke sini yah, pfffthh... Aku pasti mati kalo mereka mendapatkanku. Jadi sebaiknya aku mati sebelum mereka mendapatkanku haha. Baiklah siaran terakhirku sampai di sin-ah...." Bela terdiam sejenak lalu tersenyum lembut.

"Oh Ya, aku ada pesan terkahir untuk orang yang menawarkan pertolongan kepadaku. Baiklah aku akan minta tolong kepadamu, tolong selamatkan mayatku nanti dan kuburkan dengan baik sebelum mayatkan tercabik-cabik oleh Valcerr, okeee. Baiklah aku sudah bicara banyak sekarang waktunya aku pergi. Dan tolong ingat aku ya, aku Isabela Cristine, gadis yang menghancurkan reputasi pemerintahan negara ini. Oke? Kalau begitu sampai jumpa di akhirat guys..." Setelah mengatakan hal terakhir itu bela menjatuhkan tubuhnya ke belakang membuatlah langsung terjatuh dari pembatas jembatan itu.

Membuat para penontonnya heboh seketika di kolom komentar, tak ada yang menyangka bahwa Bela akan benar-benar terjuan dari sana. Mereka semua panik...

Dan untuk terakhir kalinya Bela melihat langsung sore yang mulai menggelap.

'akhirnya... Gue mati'-Batin Bela menutup matanya.

GREP!

"gotcha!"

Mata Bela sontak terbuka saat ia merasakan sesuatu yang kuat mencekram pergelangan tangan kanannya. Bela menatap ke bawah di mana ponselnya sudah terjatuh ke sungai sedangkan tubuhnya masih melayang di udara. Setelahnya Bela lalu mendongak untuk melihat siapa sosok yang menahannya saat ini.

"Rakel?" Gumam Bela tak percaya saat ia melihat sosok Rakel yang menggenggam pergelangan tangannya dengan kedua tangan dan senyum lebar seolah senang telah berhasil menangkapnya.

"Apa... Apa yang lo lakuin?! Lepasin!" Teriak Bela meronta membuat genggaman Rakel hampir terlepas dan tubuh Rakel hampir melewati pembatas jembatan itu tapi beruntunglah Rakel masih bisa menahannya.

"Jangan banyak gerak! Kalo nggak kita berdua yang bakal jatuh!" Ucap Rakel mencoba menarik Bela tapi yah gak semudah itu apa lagi Bela menolak untuk naik.

"kalo gitu lepasin gue!" Teriak Bela menatap Rakel tajam membuat Rakel tertegun sesaat.

'ni cewek gak takut mati yah...'-Batin Rakel.

Rakel menggelengkan kepalanya "Gak bisa! Lo udah minta tolong ke gue!"

"Apa? Kapa-

'Tolong selamatin jasad gue dan kuburkan dengan baik'

Bela mengerjap beberapa saat kala ia teringat ucapannya di siaran tadi. Apa Rakel menonton siarannya? Dan seolah mengetahui isi pikiran Bela Rakel menyaut

"Pas lo ngomong gitu gue udah di sini" ucap Rakel membuat ekspresi Alya kembari serius.

"Ah... Itu gue bukan minta tolong selamatin gue! Lo gak dengar sampe habis yah?! Apa lo tuli?! Sekarang lepasin gue!" Bela menyentak tangannya membuat tubuh Rakel sekali lagi hampir tersungkur dari pembatas jembatan itu.

Rakel tak membalas ucapan Bela, ia malah semakin berusaha untuk menarik Bela untuk kembali berpijak. Satu tangan Rakel yang tadi menggenggam tangan Bela kini beralih mencekram bahu Bela lalu menariknya.

Bela terus meronta untuk di lepaskan namun entah bagaimana cengkraman Rakel tak lepas sedikitpun.

"Stop gerak-gerak! Gue gak bisa narik lo!" Kesal Rakel, yah... Yang membuat Rakel kesulitan menarik Bela bukanlah karena gadis itu berat tapi karena Bela terus meronta-ronta.

Jika masalah berat badan Bela terbilang sangat ringan.

"Kalo gitu lepasin!" Bela membalas teriakan Rakel.

Ah sialnya di jembatan ini sekarang sangat sepi membuat Rakel tak bisa meminta pertolongan kepada siapapun.

Rakel mengeraskan rahangnya dan cengkramannya pada pergelangan tangan serta bahu Bela semakin kuat. Satu kaki Rakel naik menginjak besi pembatas nomor dua dan mendorong tubuhnya sembari menarik Bela.

Suara gemeletuk gigi terdengar cukup keras dan urat-urat leher Rakel sampai menonjol. Ia benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik Bela.

Sret! Brukh!

Rakel jatuh terbaring di jalanan saat ia berhasil menarik Bela yang kini terduduk berlutut di dekatnya

"Hah... Berhasil hah..." Gumam Rakel ia lalu menduduki dirinya memandangi Bela yang kini menatap kosong jalanan "lo gakpapa Bel-

PLAK!

Wajah Rakel langsung tertoleh ke samping saat tamparan yang cukup keras di berikan Bela kepadanya. Ekspresi syok terlihat jelas di wajah Rakel, ia perlahan menyentuh pipinya dan menatap Bela tak percaya.

"Kenapa lo nolongin gue hah?! Berhenti bersikap sok pahlawan! Lo gak tau apa yang gue alamin, lo pikir terus hidup enak buat gue hah?!" Bela berteriak dengan mata yang memerah dan nafas memburu.

"Hidup mungkin memang gak seindah yang lo bayangin tapi apa mati adalah jalan satu-satunya yang lo pikirin?" Rakel menunduk dan masih menyentuh pipinya yang memerah karena di tampar Bela tadi.

Bela menatap Rakel dengan sorot penuh kemarahan "Sejak awal gue gak punya jalan lain... Walau gue milih tetap hidup lambat laun gue juga bakal mati di tangan mereka. Gue gak sudi! Dari pada mati di tangan para bajingan itu gue lebih milih bunuh diri!" Teriak Bela membuat Rakel mendecih dan menyeringai.

"Gitu yah... Kalo gitu" Rakel berdiri "gue bakal buka jalan lain buat lo!" Lanjut Rakel menunjuk dirinya dengan jempolnya sembari menyeringai.

Pupil mata Bela membesar, ekspresinya terlihat sangat terkejut namun tak bertahan lama saat ekspresinya kembali kesal seperti sebelumnya.

"Apa-apaan?" Desis Bela tapi Rakel malah menyengir dan berjongkok di depannya.

"Gue mungkin emang gak kuat tapi gue bakal ngelindungin lo apapun yang terjadi karena lo udah minta tolong ke gue" ucap Rakel sembari memakaikan Bela sebuah topi yang entah sejak kapan Rakel bawa, karena perasaan tadi Bela tak melihat anak itu memegang topi.

Pupil mata Bela kembali membesar tangannya terkepal kuat dan matanya terlihat berkaca-kaca.

"Lo jangan ngelakuin hal bodoh kayak berkorban atau apapun itu... Orang kayak gue gak pantas untuk itu...."

Grep! Sreet!!

Bela melotot saat tangannya tina-tiba saja di genggam dan tubuhnya di tarik untuk berdiri.

"Soal itu bukan lo yang nentuin, sekarang ayo kita lari dulu. Bisa gawat kalo yang dateng Elite Valcer" Ucap Rakel dengan senyum lebar yang memperlihat giginya dan membuat matanya ikut tersenyum, setelah mengatakan itu Rakel berbalik dan berlari dengan menarik Bela membuat Bela mau tak mau ikut berlari bersamanya.

Dan selama mereka berlari pergi dari sana mata Bela tak bisa lepas sedikitpun dari punggung Rakel yang berlari di depannya saat ini.

"ah...fuck" Rakel berhenti berlari membuat Bela keheranan, Bela lalu mengalihkan perhatiannya dari punggung Rakel ke depan dan saat itu juga Bela melotot terkejut dan seluruh badannya merinding seketika.

Tak jauh dari mereka, sudah banyak gerombolan orang yang mengenakan jaket Valcer. Dan saat menoleh ke belakangpun gerombolan orang berjaket Valcer sudah berada di belakang mereka.

"Haha... Kita terkepung yah" Rakel tertawa hambar sedangkan Bela sudah pucat pasih.

Pupil mata Rakel bergerak ke sana kemari menelisik setiap anggota Valcer, dan tak ada satupun dari lima Elite sejauh matanya memandang yang membuat senyum Rakel merekah.

'kalau begini bakal mudah'- pikir Rakel namun tak sampai sedetik dari ia berpikir seperti itu sebuah tangan mengalung merangkul bahunya.

"Ah~ firasat gue gak pernah salah yah... My lil boy.... Long time no see"

*pria kecilku....Lama gak jumpa~

Tubuh Rakel menegang seketika matanya membelalak sempurna. Rakel sempat berpikir bahwa ia beruntung tapi yah pikiran itu hancur seketika saat ia menyadari siapa yang merangkulnya saat ini. Yah dari awal memangnya kapan Rakel pernah beruntung, fuck.

"LV...." Gumam Rakel melirik sosok yang merangkulnya dan tengah tersenyum kepadanya.

Rakel memang tidak bertemu lima Elite terkuat itu tapi sialnya, Rakel bertemu dengan LV. Orang yang lebih merepotkan dari Elite top lima.

Mata Rakel melotot saat LV menarik dagunya dan mengadakan kepala Rakel ke samping untuk menoleh kepadanya.

"Hm? Apa ini perbuatan gue?" Gumam LV memperhatikan wajah Rakel yang masih memperlihatkan beberapa luka.

Plak!

Rakel menepis tangan LV dan mundur beberapa langkah dari LV sembari menarik Bela untuk tetap di belakangnya dan saat itulah LV menyadari kehadiran Bela.

"Ah lo, ah... Gue hampir lupa kalo gue sebenarnya ngejar lo" LV menepuk jidatnya sendiri setelah menunjuk Bela "baiklah, my lil boy, serahin tuh cewek ke gue dan gue bakal biarin lo pergi. Urusan gue cuma sama cewek itu" sambung LV tersenyum kepada Rakel sembari merentangkan tangannya.

Rakel memicingkan matanya dan menarik Bela mendekat kepadanya yah dari gerak gerik Rakel saja sudah memperlihatkan kalo ia tak berniat memberikan Bela begitu saja.

LV mendengus "Lil boy, jangan terlalu naif. Apa lo gak ingat? Lo gak akan bisa ngelindungi siapapun, mereka akan mati karena itulah takdir mereka. Jadi jangan ngerusak mental lo sendiri dengan memperjuangkan hal sia-sia" ucap LV membuat Rakel kembali teringat akan kematian Jerry dan Alexa.

Sedangkan Bela gadis itu tertegun setelah mendengar ucapan LV. Ia tiba-tiba saja teringat ucapan Alya di taman sekolah beberapa hari lalu. Ucapan di mana Alya mengatakan kalau 'Rakel lah yang paling menderita di sini'.

Dan sepertinya ucapan Alya benar....

Bela menatap tangan Rakel yang bergetar menggenggam tangannya lalu menatap punggung Rakel.

"Hah..." Bela mendengus lalu berjalan ke samping Rakel membuat Rakel sontak menatapnya begitupun LV yang memiringkan kepalanya bingung.

"Pergi sana, gue gak butuh bantuan lo" ucap Bela mendorong bahu Rakel pelan.

"Apa? Gak, gue gak bisa ninggalin lo!"

Bela merotasi matanya malas "Pergi, gue bakalan baik-baik aja. Gue gak akan mati, lo tenang aja" ucap Bela membuat Rakel membelalakan matanya sempurna.

Bela menatap Rakel lalu tersenyum layaknya senyum Rakel saat memintanya berdiri di jembatan tadi.

"Karena kesempatan mati gue udah lo rebut dan juga niat mati gue udah ilang gegara lo" Bela maju beberapa langkah di depan Rakel lalu menoleh ke belakang dengan senyuman yang Rakel rasa tak pernah ia bayangkan bisa ia lihat dari Bela.

"Bela...."

"Gue bakal terus hidup kok, gue gak akan jadi kegagalan buat lo"

Deg

Tiba-tiba saja semilir angin bertiup kuat menerbang helaian rambut Rakel yang kini terdiam membeku setelah mendengar ucapan Bela.

Ucapan Bela... Rakel tau benar maksudnya. Karena selama ini ia sudah mengalami banyak kegagalan yang benar-benar menghancurkan harapannya, dan Bela mengetahui itu karena itu Bela mengatakan bahwa ia tak akan menjadi kegagalan untuk Rakel.

Karena Bela tau jika kali ini ia mati di hadapan Rakel, entah bagaimana kondisi mental anak itu nantinya. Jadi walau Bela sendiri tidak tau bagaimana, ia akan terus hidup.

Rakel memandangi punggung Bela lalu mengepalkan tangannya kuat. Betapa pengecutnya dia, karena takut gagal ia sampai membuat Bela seperti ini padahal di awal tadi Rakel dengan bangga mengatakan akan menolong Bela tapi sekarang malah Bela yang menolongnya.

Jika Bela sampai begini karena mencoba melindungi mentalnya bagaimana bisa Rakel hanya diam saja. Tangan Rakel terkepal semakin kuat bersamaan dengan Bela yang melangkah semakin jauh darinya untuk mendatangi LV.

Tepat dua langkah lagi Bela menghampiri LV dan tangan LV yang sudah hendak meraih Bela, Rakel menarik nafas dalam lalu berteriak lantang.

"LV AYO BUAT KESEPAKATAN!"

Langkah Bela dan gerakan tangan LV berhenti serentak, keduanya kompak menatap Rakel begitupun anggota Valcer yang lain mereka semua kini memusatkan perhatiannya kepada Rakel seorang.

"Hah!" LV mendengus tak percaya dan senyum miringnya hadir "Gue suka tatapan lo sekarang" ucap LV menatap Rakel dengan tatapan penuh obsesi ingin...membunuh.

"Tatapan penuh tekad yang ngebuat gue bersemangat buat ngehancurinnya" sambung LV menyeringai kegirangan "Jadi... Kesepakatan apa yang mau lo buat, my cutie little boy?"

"Biarin gue ngalahin tiga anggota baru lo, Elang.... Erpan... dan Rangga... Kalo gue berhasil ngebuat mereka bertiga sekarat lo harus ngelawan gue. Tapi kalo gue gagal lo bisa..." Rakel menjeda untuk menunjuk LV "...ngebunuh gue" sambung Rakel.

LV mengerjap beberapa kali mendengar tawaran Rakel dan setelah ia dapat mencernanya.

SRRRRR

Aura membunuh keluar dengan sangat kuat dan tak terkontrol dari tubuh LV membuat orang-orang yang ada di sana gemetar seketika. LV tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya dan matanya melotot penuh nafsu bertarung ke Rakel.

"Deal...." Desis LV yang benar-benar membuat siapapun merinding mendengar jawaban LV Rakel mengangguk tegas.

"Rakel apa-apaan?! Lo gak di untungkan sama sekali di kesepakatan ini! Mau lo menang atau kalah lo bakal tetap..." Bela tak dapat melanjutkan ucapannya saat ia melihat Rakel tersenyum ke arahnya.

Senyum yang seharusnya tak bisa di berikan oleh anak seumurannya, senyuman Rakel saat ini entah mengapa terasa mengandung makna yang sangat dalam yang membuat dada Bela terasa sesak.

Senyumannya seperti senyuman seseorang yang seolah mengetahui seluruh rahasia dunia, senyuman seseorang yang terlihat.... Sangat kelelahan dengan dunia.

"Seenggaknya lo di untungkan di sini"

DEG!

Bela seolah merasa suara hantaman yang sangat keras yang seolah menghantam dadanya membuatnya merasakan sesak yang teramat. Kenapa... Kenapa Rakel tersenyum seperti itu.

'jangan tersenyum... Jangan tersenyum begitu... Jangan tersenyum seolah perjuangan lo akan berakhir di sini. Jangan tersenyum seolah... Lo siap mati!'- Batin Bela.


To Be Continued....

AKOH UP LAGI NIECH UHUYYY!!! Siapa yang nungguin angkat kaki! Wah chapter kali ini bener-bener yah Hah hufffthhh....

Dan yah beberapa hari ini aku kurang enak badan guys, jadi maklumin aja yah kalo ada typo atau kalimat yang susah di pahamin. Agak linglung soalnya pas ngetik wkwkwk

Yaudah ku gantung lagi nih hohoho sukha yang gantung-gantung.

Yaudah jangan lupa pot ama komen dan tengkyu yang udah pot ama komen.

Ci yu in de neks captell (cebelapa imut cih aku?) Wkwkwkkw

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 302 56
Firmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai...
166K 12.7K 23
"GILA! LEPAS!" Anessa memberontak namun cengkeraman itu semakin kencang dan membuat kesadaran Anessa kepada jalanan yang sekarang dia lewati hilang...
46.2K 1.8K 47
Semenjak kecelakaan itu Rayyan bukan lagi Rayyan, segala nya menjadi berbeda. Penasaran sama cerita nya? Kuyy!
1.7M 134K 52
[PART LENGKAP] 1. Namanya Nino. Remaja 15 tahun yang saat ini hanya tinggal bersama saudara kembarnya. Mereka berdua tinggal selama kurang lebih 3 ta...