RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 57

740 103 6
By AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

"2110...2111...2112...."

"tuan muda Sean mau sampai kapan Anda akan di sana, ini sudah lebih dari lima jam anda di sana. Jangan terlalu keras pada diri anda, tuan muda" Ed yang sedari tadi diam memandangi Sean yang melakukan pull up dengan besi seberat 45 kg yang melingkar di pinggangnya.

"Harus lebih kuat.... Harus lebih kuat.... 2121...2122..." Sean tak memperdulikan ucapan Ed dan terus melakukan pull up sembari berhitung.

Ed menghela nafas lalu berjalan memasuki rumahnya dan langsung menuju ke telpon rumah untuk menghubungi tuan besarnya, Galen.

"Selamat sore, Tuan..."

"Sore Ed, ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Arsen?"

"Ya... Sampai saat ini Tuan muda Sean terus berlatih lebih keras dari biasanya. Semenjak pertemuan dengan Tuan Muda Haru lima hari yang lalu Tuan Muda Sean memperkeras latihannya. Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya menghentikannya? Jika ini terus berlangsung tubuh tuan muda Sean mungkin tidak akan sanggup" Jelas Ed dengan nad akhawatir yang sabgat kentara.

"... Biarkan saja" dua kata yang di keluarkan Galen membuat mata Ed membelalak

"Tapi Tuan—"

"Ed, kau mengenal Haru dengan baik, kan? Kalau begitu biarkan saja, karena.... Haru lah yang mengenal Arsen lebih baik dari siapapun"

Ed terdiap beberapa saat, ya ia juga sebenarnya membenarkan ucapan Tuannya itu. Apa yang di katakan Haru pada hari itu pasti memiliki maksud yang baik untuk Sean.

"Baiklah Tuan"

"Jangan terlalu khawatir Ed, ini adalah saatnya anak itu untuk berkembang lebih jauh. Selama ini anak itu selalu menganggap dirinya cukup kuat, ia tak tau bahaya apa yang akan menghampirinya di masa depan, anak itu pandangannya terhadap dunia ini terlalu sempit. Inilah kesempatannya untuk belajar lebih memahami dunia, jangan hentikan dia Ed. Dia akan berhenti saat ia merasa ingin berhenti" Galen berucap penuh keyakinan.

"...kenapa anda sangat mempercayai itu Tuan?"

"Kenapa? Ya... Karena kedua anakku itu selalu begitu. Baik yang kakak maupun yang adik, mereka tidak akan berhenti sebelum mereka sendiri yang ingi berhenti"

Ed menghela nafas "Baiklah, saya akan terus mengawasi Tuan muda Sean"

"Ya, mohon bantuanmu Ed"

"Baik!"

Tut

Sambungan terputus, Ed berjalan kembali ke tempat di mana Sean latihan tadi dan saat ia sampai di sana ia melihat Sean yang kini beralih melakukan push up dengan besi 20 kg yang menindih punggungnya.

"Tuan muda... "gumam Ed menatap Sean yang terlihat sangat serius dalam latihannya.

'lo bahkan gak bisa ngelindungi teman lo'

'lo belum cukup kuat untuk ngomong sama gue'

'ngelawan 10 orang pecundang bukan berarti lo kuat'

Rahang Sean mengeras kala ia kembali teringat ucapan Haru.

'bakal gue buktiin ke lo sialan.... Gue bakal jadi jauh lebih kuat dari lo. Gue bakal ngelampaui lo... Haru' -Batin Sean.

Dan di saat Sean teringat ucapan Haru ia juga kembali teringat akan kunjungan Zayan beberapa hari lalu, membuat rahang Sean yang tadi mengeras kembali santai hanya tatapannya saja yang masih menajam.

Flash Back on

"Tuan muda Sean, teman anda menunggu di luar" Ed mendekati Sean yang sekarang tengah pull up dengan besi seberat 20 kg yang di ikat di perutnya.

Sean praktis berhenti dan turun dari tiang tempatnya pull up.

Brakh!

Suara hantaman terdengar keras saat Sean melepaskan begitu saja besi yang terikat di pinggangnya.

"Di mana dia sekarang?" Tanya Sean.

"Saya sudah menyuruhnya masuk tapi dia memilih menunggu di teras" Jawab Ed membuat Sean mengangguk paham. Tanpa mengatakan sepatah kata pun Sean langsung melangkah menuju teras.

Kepala Sean memiring saat ia menangkap sosok Zayan yang duduk membelakanginya sekarang.

"Woi" panggil Sean membuat Zayan tersentak dan langsung menoleh.

"Ah? Eh?! Anjing kenapa badan lo?!" Zayan mengernyit heran dengan ekspresi kaget saat melihat tubuh shirtless Sean yang kini berkeringat

"Emang kenapa?" Sean ikut mengernyit heran.

"Entah perasaan gue aja atau emang bener, badan lo makin gede dari sebelumnya, kek om-om anj!"

Sean mendelik "babi lo"

Zayan menyengir "Lo, abis latihan ya?"

"Hm..."

"Dapat berapa?"

"Gara-gara lo cuma sampai 1678" Sean menduduki dirinya di samping Zayan, sekarang mereka duduk di teras padahal ada kursi di sana, tapi yah suka-suka merekalah.

Zayan membelalak saat mendengar jawaban santai Sean "Gila... Lo mau jadi kayak saitama?! Bisa botak lo!" Teriak Zayan tak percaya, yah bayangi aja anak seumurannya bisa ngelakuin pull up sebanyak itu yang orang dewasa belum tentu bisa ngelakuinnya. Dia yang masih mudah aja bengek pas ngelakuin pull up padahal baru itungan ke tiga!

Sean tertawa kecil "Pffth... Ya, gak masalah"

Setelah jawaban Sean, mereka berdua diam sejenak sampa Zayan kembali membuka suara.

".... Sebentar lagi Rakel keluar dari rumah sakit" ucap Zayan dan ucapannya terdengar cukup serius membuat Sean meliriknya sejenak lalu kembali menatap lurus kedepan sembari mengangguk.

"Ya..." Balas Sean singkat.

"Kira-kira apa yang terjadi saat dia keluar nanti?" Zayan melirik Sean dengan sorot yang sangat serius membuat Sean sedikit terkejut. Anak yang biasanya hanya menyengir ternyata bisa serius juga.

"Tanpa gue jawab lo udah taukan?" Sean balik bertanya dengan senyum miring membuat Zayan mendengus.

"Jadi bener ya... Kalo gitu caranya gue emang bener-bener harus belajar bela diri" ucap Zayan dengan senyum kecil.

"Hm? Bukannya lo udah tau?"

"Apa yang gue tau sekarang emangnya bisa mempan di mereka?"

Satu alis Sean terangkat "Jadi? Lo mau minta gue ajarin juga?" Tanya Sean terdengar agak ogah-ogahan.

"Ya gaklah, gue punya jalan gue sendiri kali!" Zayan langsung sewot saat melihat ekspresi ogah-ogahan Sean. Emang ya baik Sean maupun Lyan cuma bakal iya-iya doang kalo Rakel yang ngomong.

"Bapak lo?" Tebak Sean membuat Zayan semakin sewot.

"Hah? Gaklah! Papa mana mau bagi-bagi ilmunya ke gue, pelit tu tua bangka!"

"Jadi siapa?"

"Hmm, ada deh. Lo gak perlu tau dia siapa, lo cuma perlu liat hasil didikannya di gue nanti. Yang pasti dia orang yang bisa ngalahin papa gue" Zayan berucap bangga yang hanya di berikan tatapan datar oleh Sean. Terlihat jelas anak itu tak begitu tertarik.

"Hm... Ya gue juga gak penasaran banget, gue tunggu hasil didikannya. Jangan mengecewakan ya"

"Tentu... Oh iya, gue lupa! Gue mau balikin ini!" Zayan mengambil sebuah jaket yang tadi ia letak di sampingnya lalu menyodorkannya kepada Sean.

"Hm? Ini bukan jaket gue"

"Ya emang bukan tapi gue gak tau harus ngasih ni jaket ke siapa. Dan kayaknya lo juga bakal mau jaket ini jadi yaudah, simpan aja"

"Hm? Lo pikir gue mau jaket koyak-koya begini? Kayaknya lo nganggap gue gelandangan yah..." Satu tangan Sean mencekram bahu Zayan saat ia melihat kondisi jaket itu membuat Zayan meringis kesakitan.

"Akh! Akh! Y-yaudah kalo lo gak mau buang aja! Akkhh sakeetttt!!! Lepas anjing!" Ringisan dan teriakan kesakitan dari Zayan membuat Sean mendengus lalu melepaskan cengkramannya.

Sean lalu membuka lipatan jaket itu dan saat itu juga tatapan Sean langsung terpaku pada sebuah nama di bagian dada kiri Jaket itu.

'Konozaki Haru'

"Sini balikin kalo lo gak mau!" Dengus Zayan menckba merebut jaket itu namun Sean langsung mengelak.

"Dari mana lo dapat ni jaket?" Tanya Sean mengalihkan tatapannya dari jaket itu ke Zayan.

"Itu jaket yang di pakek kak Alexa, dan kata Rakel jaket itu di tinggalin tuh cowok di kamarnya dan jaket itu juga yang ngebantu dia buat nyelinap di markas Valcer" jawab Zayan dengan ekspresi kesal.

Sean diam sejenak lalu berbalik untuk kembali masuk ke rumahnya.

"Gue terima, thanks" ucap Sean lalu menutup pintu rumahnya membuat Zayan terdiam membeku mencoba mencerna apa yang terjadi

"Lah?! Gue di usir?!"

Flash back off

Sembari terus melakukan pull up mata Sean bergulir menatap jaket yang ia gantung dia ruang latihannya itu.

'Haru.... Suatu saat nanti, gue bakal buktiin diri gue dengan memakai jaket lo... Liat aja gue pasti pantas memakai jaket lo'–Batin Sean penuh tekad.

***

"Sini buruan"

Gue berdecak menatap Rahel yang berdiri di depan pintu ruangan gue dengan tangan yang terentang menunggu gue ngehampiri dia.

Gue berdecak kesal "Ck, gue bukan anak kecil lo gak perlu begitu!" Dengus gue sembari menyamankan posisi gue di kruk yang menjadi penopang gue berdiri saat ini.

"Lo emang bukan anak kecil tapi kalo lo jatuh nanti itu lebih bahaya" ucap Rahel yang hanya gue balas dengusan lagi.

Gue lalu perlahan mulai menggerakan kruk itu maju untuk menghampiri Rahel, dengan sangat perlahan. Ya seperti kata Rahel kalo jatuh bisa bahaya.

Langkah demi langkah gue berjalan semakin mendekati Rahel. Jujur aja ini gak nyaman dan repot banget anj!

Gue terus menunduk memperhatikan langkah gue dan satu kaki gue yang masih di pasang gips. Tau begini gue lebih milih patah tulang rusuk aja kek dulu, hah...

"Sudah..." Gue mengangkat kepala gue menatap Rahel saat gue berhasil sampai di hadapannya.

Dan saat menatap Rahel gue mengerjap beberapa kali kala melihat ekspresinya yang keliatan tertegun beberapa detik hingga akhirnya dia tersenyum bangga.

"Good job, Rakel..." Pujinya menepuk-nepuk pucuk kepala gue ngebuat gue kaget sekaligus bingung.

Gue mendengus dan menepis tangan Rahel.

"Gue bukan anak kecil" desis gue dan Rahel hanya tersenyum.

"Sekarang balik lagi ke brankar lo, besok kita udah keluar dari sini. Lo harus banyak-banyak istirahat. Oh ya kepala lo masih sakit?" Rahel melontarkan ocehan dan pertanyaan saat gue berjalan kembali ke brankar gue.

Gue menggeleng menjawab pertanyaan Rahel.

Setelah duduk di brankar gue diam sejenak, jadi besok gue keluar ya. Kira-kira bahaya apa ya yang bakal ngehampiri gue besok.

Dengan kondisi begini gue yakin gue bakal di serang besok apa lagi Rahel bakal pergi buat rapat. Kesempatan emas banget buat musuh gue.

Hm? Musuh gue? Pffthh... Gue udah ada musuh ya sekarang padahal dulu rata-rata musuh Rakel semua yang ngincar gue sekarang musuh gue sendiri. Apa ini sebuah kemajuan?

Haha bullshit, kemajuan taik.

Kalau besok memang ada yang menyerang gue yah... Tinggal gue habisi.

"Rakel" gue tersentak dan langsung menatap Rahel yang sekarang menatap gue dengan ekpresi khawatir.

"Apa?"

"Lo...." Rahel menjeda ucapannya dan menghela nafas "... Istirahat, jangan menung" lanjut Rahel yang gue angguki dan langsung membaringkan tubuh gue dengan perlahan.

Dan saat gue menutup mata gue, lagi-lagi... Gue memasuki alam bawah sadar gue. Hah... Kebiasaan ini semakin sering terjadi sejak gue masuk ke rumah sakit. Sebenarnya gue kenapa? Apa gue ngalamin lucid dream?

Kayaknya sih nggak. Gue emang sadar gue mimpi tapi gue gak bisa ngendaliin mimpi gue, jadi ya... Ini bukan lucid dream.

"Rakel!" Gue berbalik dengan santai saat nama gue di panggil, yah ini sudah biasa.

Tapi saat gue menatap sosok yang memanggil gue ini gak biasa. Sosok yang sangat jarang menghampiri mimpi gue kini muncul dengan ekspresi khawatir yang sangat jelas.

Padahal biasanya kak Alexa.... Tapi kenapa kali ini....

'jerry....'

Apa Jerry mau nyalahin gue? Gak... Gue gak akan bisa nerima kalau Jerry juga nyalahin gue. Jangan... Siapapun boleh asal jangan Jerry.... Jangan Jerry....

"Rakel!" Grep!

Gue tersentak lagi saat Jerry mencekram kedua bahu gue.

Jerry...

Gue gak bisa ngomong sekarang seperti biasanya dan hanya bisa diam dengan ekspresi terkejut.

"Hati-hati! Dia kembali! Hati-hati Rakel!" Mata gue semakin membesar mendengar ucapan Jerry.

Dia gak nyalahin gue tapi dia nyuruh gue hati-hati? Kepada siapa? Dengan siapa gue harus berhati-hati? Dan siapa yang kembali?

"Musuh terbesar lo, dia kembali! Berhati-hatilah!"

Siapa–

"Rakel bangun"

Mata gue langsung terbuka dan gue melihat sosok Rahel sekarang.

"Akhirnya lo bangun, kita bakal pulang sekarang. Lo tidur lama banget. Dari kemarin sore" ucap Rahel berjalan menjauh untuk membereskan tas berisi pakaian gue.

Gue menduduki diri gue.

"Maaf, gue capek" jawab gue seadanya.

Ya memang waktu di mimpi dan dunia nyata itu berbeda sangat jauh, padahal gue merasa gak sempai semenit gue mimpi tapi di dunia nyata ternyata sudah hampir 12 jam.

Yah... Gue menyadari ini setelah dua hari gue di rumah sakit.

"Ya Gakpapa. Kita bakal pulang setelah Bastian datang, kalo lo masih mau tidur, tidur aja"

Gue hanya menggeleng, lalu termenung.

Jerry sangat jarang datang di mimpi gue, dia cuma datang sekali saat kak Alexa dalam bahaya dan itu untuk mengingatkan gue. Dan kali ini juga... Dia kembali memperingati gue, tapi sama siapa? Gue gak tau siapa yang di maksud Jerry akan kembali.

Dan dari ekspresi Jerry dia keliatan ketakutan banget, siapa yang paling di takuti Jerry? Apa THEGragon? Yah... Mereka, gue yakin pasti THEGragon. Orang-orang yang membunuh Jerry mereka pasti akan kembali buat ngebunuh gue.

Dan sudah jelas merekalah orang yang paling di takuti Jerry.

Hah... Jerry... Jerry... Lo gak perlu khawatir karena THEGragon sekarang bukanlah tandingan gue yang sekarang. Orang yang pernah kalah akan terus kalah.

Shion, gue bener-bener bakal ngebunuh dia kali ini.

Dan tanpa Rakel sadari, Rahel mengepalkan tangannya kuat saat ia merasakan aura mencekam dari arah belakangnya yangbtak lain berasal dari Rakel.

'ini kesekian kalinya. Sekarang lo udah bisa ngeluarin aura begini.... Lo benar-benar berubah, Kel'–Batin Rahel.

Rakel mungkin tak menyadarinya tapi orang-orang di sekitarnya dapat merasakan dengan jelas aura yang sesekali di keluarkan Rakel tanpa ia sendiri sadari.

Aura yang sudah mampu menyamai aura Rahel dan Lyan, aura yang membuat orang lain merinding dan gemetar saat merasakannya. Rakel sudah bisa mengeluarkan aura yang kuat seperti itu dan entah kenapa hal itu membuat Rahel semakin cemas.

Rakel kembali menjadi Rakel yang sempat hilang beberapa tahun ini. Adiknya itu kembali menjadi sosoknya saat SD dahulu.


Ini berbahaya....




To Be Continued...


HOLA GUYS AKU UP LAGI NICH! Dan hari ini! Aku double up hohoho!!!! Tapi kayak beberapa hari kedepan aku bakal jarang update soalnya aku mau fokus bikin laporan PKL. Jadi yah harap maklum yahhh.

Semoga kalian suka ama dua chapter ini, maafin kalo ada typo bertebaran yah aku males baca ulang soalnya hohoho.

Yaudha jangan lupa vote and comment

Dna untuk yang udah komen sama vote maacih buanyak!!!!!😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

143K 9.9K 52
Cerita belum direvisi jadi jika ada kata yang tidak dimengerti, terdapat typo, mohon dimaafkan. Saya usahakan untuk merevisi bagain awal awal part ya...
45.1K 3.8K 34
Zee seorang anak ke 4 dari 5 bersaudara, ia dibenci oleh tiga kakaknya karena kesalahan pahaman, tetapi berbeda dengan adiknya, adiknya percaya kalau...
1.2M 45.7K 26
Seorang atlet silat yang bertransmigrasi ke dalam Novel sebagai ketua geng motor yang terkenal pembuat onar PART TIDAK LENGKAP ❗❗ Cerita murni hasil...
166K 12.6K 23
"GILA! LEPAS!" Anessa memberontak namun cengkeraman itu semakin kencang dan membuat kesadaran Anessa kepada jalanan yang sekarang dia lewati hilang...