RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 53

913 109 16
By AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Ting Tong

Mata Zayan membesar dan dengan sangat cepat ia berlari ke arah pintu rumahnya.

"RAKEL!" Teriak Zayan riang, senyumnya sangat lebar kala melihat sosok Rakel yang berdiri dengan di bantu oleh Lyan di depan pintu rumahnya.

"Gua tau! Lo pasti bisa!" Ucap Zayan lagi dan Rakel langsung mengalihkan tatapannya.

Masih dengan senyumannya mata Zayan mencari ke sana kemari.

"Eumh... Si nek lampir kemana ya?" Tanya Zayan.

Semua orang yang ada di sana hanya diam hingga dua kata dari Rakel membuat senyum Zayan hilang seketika.

"Maaf...Yan"  setelah mengatakan itu Rakel menyingkir dari hadapan Zayan dan saat itulah Zayan melihat sosok Alexa yang di tutupi oleh banyak jubah Hellura tengah di gendong oleh Dafa.

"PFFTHHAHAHAHAHA! Lu ngapain kak?! Cosplay jadi mayat HAHAHAHAHAHA" Zayan teertawa ngakak melihat hal itu namun perlahan tawanya berhenti saat mwlihat tak ada satupun yang ikut tertawa dan yang lain malah menatapnya dengan sorot terkejut dan tak menyangka.

Zayan keheranan menatap mereka lalu kembali menatap sosok Dafa yang tengah menggendong kakaknya itu, mata Zayan langsung tertuju pada kaos putih Dafa yang terkena noda merah dan terlihat masih basah.

"Ah...hahahaha ini...prank kan, ya? Hahaha lucu kok lucu, jadi udah, berenti. Gue udah ngakak tadi. Kak lo bisa bangun sekarang, kasian bang Dafa gendong lo, kek ringan aja badan lo" Zayan tertawa paksa sembari berjalan ragu-ragu mendekati Dafa.

Mendengar ucapan Zayan ekspresi yang lain bahkan Lyan terlihat mengiba. Dan hal itu membuat senyum Zayan semakin memudar namun anak itu tetap mencoba mempertahankan senyumannya.

"Gue bilang udah berenti... Gue tau kalian ngeprank gue jadi jangan masang ekspresi begitu... Ini cuma... Ini cuma prank... Iyakan, Kel?" Zayan menatap Rakel yang bahkan tak berani menatapnya, mata Zayan melotot namun ia tetap mencoba tersenyum.

"Kel... Jawab gue, ini prank, kan?" Zayan mengulang pertanyaannya.

Rakel menarik nafas dalam dan menunduk sembari menggeleng pelan.

"Maaf yan... Gue gagal"

"Gak mungkin... Kak Eca itu kuat, lima cowok aja bisa di banting ama dia, jadi gak mungkin dia... Ini mustahil... Please bilang ke gue kalo ini cuma prank, kalian berhasil kok gue percaya, jadi stop... Stop... Natap gue begitu... Gue..."

Grep!

Rahel menarik Zayan dan memeluk bocah itu dengan ekspresi tegasnya.

"Ah...L-lo apaan sih bang? Kenapa coba pakek peluk-peluk, gue udah tau kalian ngeprank jadi stop...berhenti..." Suara Zayan mulai bergetar.

"Ini pasti berat buat lo... Orang tua lo belum pulangkan? Ntar gue bakal bantu jelasin ke mereka, sekarang jangan di tahan lagi. Lo boleh nangis dan ini bukan prank" ucap Rahel.

Zayan masih mencoba tersenyum dengan tawa paksanya.

"Jelasin apa? Apa yang perlu di jelasin? Kakak gue baik-baik aja jadi gak ada yang perlu di jelasin ke orang tua gue, dia baik-baik aja... Dia..." Suara Zayan bergetar tangannya terkepal.

Sreett...

"Ah..." Mata Zayan membesar dengan sempurna saat jaket yang menutupi wajah Alexa jatuh membuatnya bisa melihat dengan jelas kondisi kakaknya sekarang.

"A-apa...sebenarnya kenapa bisa begini? Apa yang sebenarnya terjadi...? Kakak gue gak selemah itu jadi gak mungkin dia..."

Pertahanan Zayan hancur seketika air matanya mengalir dengan deras ia mendorong tubuh Rahel lalu berlari ke arah Dafa dan tanpa ragu Zayan langsung memeluk tubuh Alexa.

Dafa perlahan berlutut dan melepaskan Alexa membuat tubuh Alexa kini benar-benar di pelukan Zayan.

"Ughh..."

Semua yang ada di sana tak bisa tak ikut merasakan kesedihan Zayan sekarang, terutama setelah melihat ekspresi anak itu.

Zayan menggigit bibirnya sendiri kuat dengan air mata yang tak berhentian mengalir dan tangan yang memeluk erat tubuh Alexa.

Ia bahkan tanpa takut menempelkan wajah Alexa yang hancur ke wajahnya.

Rahel melepaskan jubah kebanggannya lalu meletakkan jubah itu ke atas kepala Zayan membuat wajah Zayan tertutupi sepenuhnya, lalu ia menyentuh pucuk kepala Zayan.

"Jangan di tahan, lo boleh nangis sekeras mungkin gak akan ada yang bakal keganggu di sini" ujar Rahel.

Dan setelah ucapan Rahel perlahan suara Zayan keluar.

"Hiks... Hiks...HUUWAAAAAAA!!!! HAHHHH!!!!!!"

Teriakan memilukan yang di keluarkan Zayan benar-benar membuat semua orang yang ada di sana ikut larut dalam ke sedihannya bahkan hampir seluruh anggota Hellura yang ada di sana membalikkan tubuh mereka dan ikut menangis. 

Sedangkan Rahel hanya diam dengan ekspresi tegas ke depan namun matanya terlihat memerah.

'makan! Gak lucu kalo lo mati!'

Sedari tadi ucapan Alexa saat di rumah sakit tak berhentian terulang di kepala Rahel.

'emang gak lucu, karena malah lo yang mati mati, sya'–Batin Rahel

***

Setengah jam setelah Hellura membawa mayat Alexa pulang kerumah kedua orang tua Alexa beserta keluarganya yang lain pun datang.

Saat datang ibu Alexa langsung menangis sejadi-jadinya dan memeluk tubuh Alexa sedangkan ayahnya hampir saja melampiaskan kesedihannya pada Zayan tapi beruntunglah saat itu ada Rahel dan Bastian yang menjadi penengah di sana.

Rahel menahan Ayah Zaya  sedangkan Bastian memberikan pengertian pada sang Ayah dan butuh beberapa menit untuk membuat ayahnya tenang setelah tenang Ayah Zayan, Adrian Pustakarya, menangis sejadi-jadinya dan memeluk Zayan sembari meminta maaf kepada anak bungsunya yang sekarang menjadi anak tunggal di keluarga itu.

Mereka semua tau seberapa hancur keluarga Pustakarya saat ini, dan mungkin ke depannya akan sulit bagi mereka untuk membangun kembali keluarga mereka seperti semula.

Karena itulah mulai dari acara pemakaman dan penyelidikan, Hellura lah yang membantu itu semua. Sedangkan keluarga Zayan mereka hanya fokus mencoba untuk mengikhlaskan dan merelakan kepergian Alexa.

Soal aotopsi keluarga Zayan memilih untuk tidak melakukannya, mereka berpikir itu tidak perlu karena mereka memiliki saksi yang mengetahui semua yang terjadi dan itu adalah Rakel.

Rakel juga setuju memberi kesaksian membuat pihak kepolisian kini mulai bergerak menyelidiki kasus Alexa.

Dan di tengah kesibukan itu, Zayan hanya mengurung dirinya di kamar.

"Dokter bilang lo tuh harus di rawat kel" ucap Rahel mencoba menghalangi Rakel yang kini berjalan dengan menggunakan penopang.

Rakel mendengus "gue tau, gue mau ketemu Zayan sebentar. Setelah itu ayo kerumah sakit" ucap Rakel membuat Rahel tak bisa lagi menghalanginya.

"Oke tapi ingat, panggil gue kalo ada apa-apa"

Rakel mengangguk setelahnya Rahel membantunya ke depan kamar Zayan dan meninggalkan adiknya sendiri di sana.

"Gue ke bawah sebentar" ucap Rahel dan Rakel mengangguk.

Rakel menatap pintu coklat di hadapannya lalu menarik nafas dalam, sejujurnya ia belum siap bertemu Zayan. Ia belum siap mendapati tatapan penuh kebencian yang akan Zayan berikan kepadanya.

Tapi... Di sini ialah yang paling mengerti apa yang Zayan rasakan. Karena... Ia juga pernah merasakannya.

Rakel kembali menarik nafas dalam lalu mengetuk pintu itu.

Tok! Tok!

"Yan... Ini gue, Rakel"

".... Masuk aja" Rakel sedikit terkejut mendengar respon Zayan namun ia dengan cepat mendorong pintu itu dan masuk ke dalam kamar Zayan.

Rakel menatap seisi kamar Zayan yang entah kenapa terlihat suram dan perlahan ia berjalan mendekati Zayan yang kini duduk menunduk di samping kasurnya.

Rakel tidak mengatakan apapun dan hanya berdiri diam menatap Zayan. Cukup lama mereka diam-diaman hingga akhirnya Zayan terkekeh pelan.

"Pffth, lo bisa duduk kel. Kaki lo pasti sakitkan?" Ucap Zayan melirik Rakel dan mendengar ucapan Zayan Rakel akhirnya duduk di samping anak itu.

Dan setelah itu mereka kembali diam-diaman. Rakel yang lurus menatap lantai dan Zayan yang masih menunduk tampak frustasi.

"Kel... Lo ingat ucapan lo di rumah sakit saat kita pertama kali ketemu?" Tanya Zayan membuat Rakel menoleh padanya.

Dan tanpa mengatakan apapun Rakel mengangguk.

"Lo bilang 'tapi lo sayangkan ama kakak lo?' dan saat itu gue bilang nggak dan lo ngebales dengan bilang kalo gue bakal nyesal kalo gak jujur saat itu. Lo...benar, gue nyesal. Harusnya gue bilang ke dia, kalo gue... Sayang... Gue sayang banget..." Zayan menggenggam tangannya satu sama lain dengan sabgat erat dan Rakel tak sekalipun mengalihkan tatapannya dari Zayan.

"Gue sayang banget dengan dia kel... Dia kakak gue satu-satunya, walau dia suka ngoceh, marahin gue, mukul gue, gue tetap sayang ama dia. Selama ini gue selalu nakal buat dapat perhatian dia, gue pikir waktu gue bakal banyak jadi gue gak perlu ngungkapin perasaan gue ke dia sekarang karena masih ada waktu lain. Tapi... Dia sekarang udah pergi dan gue belum pernah bilang kalo gue sayang ke dia. Selama ini gue selalu bilang kalo gue benci dia tapi gak... Gue gak benci dia sama sekali Kel... Gue sayang...gue sayang banget"

"Gue harus gimana Kel. Dari tadi gue nyoba bernafas dengan benar tapi kenapa dada gue masih sesak. Setiap gue ngebayangi gimana hari gue besok tanpa dia dada gue makin sesak. Sakit Kel... Gue harus gimana? Gimana hidup gue tanpa dia kel...gimana gue ke depannya..."

"Lo...harus terus hidup" ucap Rakel membuat Zayan yang sedari tadi menunduk kini menatap Rakel dengan tatapan paling menyedihkan yang pernah Rakel lihat.

"Gimana caranya kel? Gue bahkan sekarang gak tau alasan gue untuk terus hidup. Gue gak tau gimana gue bisa hidup ke depannya... Gue gak tau..." Zayan mencekram rambutnya kuat, dia terlihat sangat depresi sekarang.

"Limpahkan ke gue..." Satu kalimat dari Rakel membuat cengkraman Zayan pada rambutnya terlepas. Zayan menatap Rakel dengan mata membelalak tak percaya.

"Apa?"

"Semua yang lo rasain saat ini, limpahkan ke gue. Rasa sakit lo, rasa sesak lo, dan rasa penyesalan lo, semuanya limpahkan ke gue. Gue... Bakal nerima semuanya"

Pupil mata Zayan membesar mendengar ucapan Rakel. Apa lagi ekspresi serius Rakel yang seolah siap menampung semua rasa sakitnya.

"Lo... Ngomong apa?"

"Salahin gue, gue tau semua rasa sakit yang lo rasain sekarang itu karena lo gak tau harus nyalahin siapa di sini. Karena itu salahin gue, dengan begitu lo punya tempat untuk semua rasa benci lo dan rasa sakit lo bakal sedikit berkurang" ucap Rakel dan setelah itu terjadi keheningan cukup lama.

Rakel sudah menebak apa yang akan Zayan katakan, bocah itu mungkin akan mengatakan.

'ya lo benar... Memang lo yang salah di sini, seandainya aja lo bisa ngelindungi kakak gue. Kakak gue gak akan berakhir begini, ini memang salah lo Kel'

"Lo gila ya?" Ekspresi Rakel seketika berubah tertegun.

"Kenapa gue harus nyalahin lo padahal sudah jelas lo gak salah di sini. Lo benar gue memang merasa sesak karena gak tau siapa yang salah di sini, tapi dengan membebani semuanya ke lo gak akan ngebuat rasa sesak gue berkurang. Gue malah bakal semakin ngerasa bersalah, karena gue tau lo gak salah tapi gue nyalahin lo. Dan juga... Kalo gue nyalahin lo gue bakal mati di tangan Sean" Ucap Zayan semakin membuat Rakel tertegun.

"Lo... Gak marah?"

"Gue marah... Gue marah banget tapi bukan ke Lo" ekspresi Zayan seketika berubah sangat serius anak itu menggenggam tangannya satu sama lain dengan sangat kuat dan Rakel bisa melihat dengan jelas rahang Zayan yang mengeras.

"Gue... Bakal balas dendam... Gue bakal ngehancurin Valcer.... Bakal gue buat mereka sujud meminta ampun di kaki gue.... Bakal gue hancurin mereka berkeping-keping" ucap Zayan penuh penekanan yang menunjukkan seberapa besar tekadnya untuk balas dendam saat ini.

Dan Rakel hanya bisa diam di tempatnya.

***

Sedangkan di rumah berkabung beberapa anggota Hellura sibuk berjalan ke sana kemari melayani para tamu yang datang tak terkecuali Lyan.

Anak itu sedari tadi berjalan mondar mandir ke sana kemari, ya dia tidak melayani tamu tapi dia tengah mencari seseorang. Dan langkah Lyan terhenti saat ia menangkap sosok Sean, Lyan segera berjalan mendekati Sean.

"Hey... Have you seen Rakel?" Tanya Lyan membuat Sean menatapnya.

*Woi... Lo ada liat Rakel?

"Gak" jawab Sean singkat.

"Ouh, Okay then" balas Lyan mengangkat bahunya singkat acuh tak acuh. Sean hanya mengangguk dan hendak melangkah untuk pergi.

"Ah wait, Sean, i have something to ask" Sean yang baru saja mau melangkah keluar mendadak berhenti mendengar pertanyaan Lyan.

*Ah tunggu, Sean. Gue ada pertanyaan

"Apa?" Tanya Sean dengan dengusan malasnya.

Lyan tersenyum miring " I just wanna know, how do you know Rakel in the forest?"

*Gue cuma pengen tau, gimana lo bisa tau Rakel ada di hutan itu?

"Itu cuma kebetulan doang" Balas Sean dengan ekspresi dingin.

Lyan mangut-mangut paham "Kebetulan ya... Kebetulan yang tepat sekali ya. Apa lo yakin itu cuma kebetulan?" Tanya Lyan lagi mencondonglan tubuhnya ke depan Sean dengan senyum remeh seperti sebelumnya.

Sean tak menanggapi pertanyaan Lyan dan hanya terus menatap bocah itu dengan sorot dingin seperti biasanya. Ya siapapun yang melihatnya akan percaya kalau Sean jujur.

Tapi untuk orang seperti Lyan, jelas ia sudah tau Sean menyembunyikan sesuatu.

"Sebelum lo ngomong nyuruh nyari di area hutan gue liat lo bukak hp dulu. Siapa yang lo hubungi, Sean? Apa lo punya mata-mata di Valcer?"

Mata Sean membesar sesaat sebelum kembali sinis seperti semula membuat senyum Lyan semakin merekah hingga menampilkan eyesmilenya.

"Gak ada, lo salah paham" Balas Sean dengan ekspresi yang amat dingin seolah memperingati Lyan kalau anak itu memperpanjang masalah ini, ia akan benar-benar kehabisan kesabaran.

Lyan mendengus sembari menjauh dari Sean "Salah paham ya... " Ucap Lyan mengulang perkataan Sean tadi sembari mengalihkan tatapannya ke arah lain namun tak lama dari ucapannya Lyan kembali menatap Sean dengan smirk yang entah kenapa membuat Sean merasa sangat tidak nyaman.

"Lalu, gimana dengan Ha.ru?" Tanya Lyan lagi menekan nama yang ia sebut sedangkan Sean walau ekspresinya dingin seperti biasanya tubuhnya membeku di tempat dengan nafas yang terasa tercekat di tenggorokannya.

Ya, sejak awal Lyan sudah merasa curiga dengan Sean bagaimana anak itu mengetahui lumayan banyak informasi soal The Kingdom. Bagaimana ia selalu melihat hp saat pencarian Rakel, semuanya sangat mencurigakan. Dan sekarang... Lyan tau jawaban dari semua rasa curiganya.

Ya jawabannya sudah jelas, Sean memiliki kenalan di The Kingdom lebih tepatnya di Valcer. Dan setelah ia menyuruh Jed mencari informasi tentang anak ini, Lyan tau bahwa Sean bersaudara dengan.. Haru.

"Bukannya dia abang lo?" Lanjut Lyan lagi bertanya dan Sean tetap bungkam, Lyan lalu memamerkan lagi eyesmilenya dan kembali mendekati Sean "bener ya? Padahal gue udah percaya dengan biodata lo yang menunjukkan lo anak tunggal, tapi ternyata lo punya saudara?" Sambung Lyan.

'Kita bukan saudara'

Sean mengepal kan tangannya kuat kala sederet kalimat kembali terngiang di kepalanya.

"Kami bukan saudara... " Desis Sean.

Dan desisan Sean sudah cukup sebagai jawaban untuk Lyan. Lyan menunduk dengan mata yang tak lepas dari Sean dan senyum miring yang kembali menghiasi wajahnya.

"Ah bener juga... Pasti sulit mengakui orang yang gak mau mengakui diri kita, kan? "

"Udah gue bilang kami bukan saudara!" Bentak Sean yang malah membuat Lyan semakin bersemangat.

'Dia bahkan gak sedarah ama gue' batin Sean dengan ekspresi yang perlahan berubah terlihat menyedihkan.

"Ya, yaudah kalo lo gak mau ngakuinya lagian gue cuma mau mastiin aja. Kalo gitu gue bakal pergi, bye" Pamit Lyan melangkah begitu saja meninggalkan rumah berkabung itu.

"Sial..." Umpat Sean menatap kepergian Lyan dengan sorot yang sangat dingin.

***

Sedangkan di markas Valcer kini, Haru berdiri menghadap LV yang duduk sembari melipat kakinya di atas kursi kebanggannya.

"You didn't think you'd get away with it, did you?" Tanya LV menaikan satu alisnya yang lebih terdengar seperti sindiran bagi Haru.

*Lo gak berpikir kalo lo bakal lolos gitu aja, kan?

Haru hanya diam namun keterdiamannya sudah cukup menjadi jawaban bagi LV.

"Lo pasti taukan apa hukuman lo?" Tanya LV lagi dan Haru diam cukup lama hingga akhirnya mengangguk.

"Bagus, pergilah ke kantor polisi sekarang. Serahin diri lo, bilang kalo lo yang udah memperkosa dan membuat Alexa mati" Ucap LV dengan senyum miring.

Haru mengangguk dan setelah itu LV tersenyum lebar sembari mengangkat tangannya ke belakang kepalanya.

"Good Boy...."

To Be Continued...

KIW KIW! Ipdate lagi niech!!! Sukha kan kalian?! Hohoho tenang aja karena kalo aku update berturut-turut begini, itu artinya affah???

Ya! Seribu untuk anda! Jawabannya Aku akan slow update lagi XIXIXIXIXI

Enjoy reading yah zheyeng²ku, jangan lupa makan eaaa

Jangan lupa vote & komen, dan untuk yang udah ngevote serta ngomen maacih banyak. Aku suka loh baca komenan kalian.

Ku pantau kalian, Hohohoho

Yaudah segini aja dulu! Sorry kalau ada typhoo

See you in the next chapter guysss~

Continue Reading

You'll Also Like

166K 12.6K 23
"GILA! LEPAS!" Anessa memberontak namun cengkeraman itu semakin kencang dan membuat kesadaran Anessa kepada jalanan yang sekarang dia lewati hilang...
1.7M 134K 52
[PART LENGKAP] 1. Namanya Nino. Remaja 15 tahun yang saat ini hanya tinggal bersama saudara kembarnya. Mereka berdua tinggal selama kurang lebih 3 ta...
20.1K 2.6K 82
Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari k...
41.8K 7K 27
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk