RELLAWAY

Por AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... Más

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 52

910 127 8
Por AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Flashback on

"Tangan lo kenapa?" Tanya LV menunjuk lengan Zion dengan bibirnya sembari bersender di pintu mobilnya.

Zion merotasi matanya "Gakpapa"

LV menatap Zion lama lalu beralih menatap dua orang yang tak sadarkan diri di dalam mobilnya. 

"Hah...I like the girl, she's a VVIP. But... What about this guy? He's cute–"

*Hah... Gue suka yang cewek, dia adalah VVIP. Tapi... Gimana ama yang cowok? Dia imut sih–

"He's VIP" Haru memotong ucapan LV membuat pria yang di penuhi tato itu menatap Haru dengan sorot mata dingin khasnya.

"VIP huh...?" Tanya LV menaikan satu alisnya dengan senyum miring mencurigai gerak-gerik Haru.

"Alright, kalo gitu Rey... Yang cowok buat lo" Perintah LV yang hanya di angguki oleh Reynath yang sudah duduk di kursi kemudi, setelah itu LV kembali menatap Haru memperhatikan ekspresi dingin Haru yang terkesan sedikit kesal. Senyum LV semakin melebar.

"Kenapa Haru-chan, lo gak terima? Lagian Haru gak suka cowok, kan?" Sindir di akhiri lirikan pada Zion yang memalingkan wajahnya ke arah lain.

Haru hanya menggeleng dengan ekspresi dingin yang tak pernah pudar dari wajahnya.

"Bagus kalo gitu, itu berarti tuh bocah milik Rey sekarang"

"Hm"

"Yayayaya, now let's go back" LV masuk dan langsung menutup pintu mobilnya sedangkan Haru dan Zion menaiki motor mereka masing-masing mengikuti mobil LV yang melaju duluan di depan mereka.

Dan selama perjalan di mobil itulah Alexa mengalami mimpi yang sangat panjang.

Mimpi yang memperlihat sosok bocah arogan yang berujung menjadi seorang pecundang yang di perbudak dan berakhir di bunuh hingga akhirnya bocah itu kembali ke masa lalu.

Alexa memimpikan semua itu, ia tidak tau bagaimana caranya ia bisa memimpikan hal itu dan sejujurnya Alexa juga tak percaya dengan apa yang ia mimpikan. Alexa hanya berpikir bahwa itu...hanya bunga tidur hingga ketika ia melihat ekspresi Rakel sewaktu bocah itu membawanya melarikan diri.

Ekpresi yang jelas tak seharusnya ada pada anak seumuran Rakel. Dan saat itu jugalah Alexa mempercayai mimpinya... mimpi yang memperlihatkan bahwa Rakel...

Telah menjelajahi waktu....

Flashback off

***

"Tuan pagii~"

"...."

"Membalas sapaanku tidak akan membuat lidahmu putus"

"....Pagi"

"Kya! Kau membalasnya bagaimana dengan...eummm... ah! Tuan, I Love You~"

"...Omong kosong"

"Cintaku bukan omong kosong"

"Aku tidak mencintaimu, sudah jelas?"

"Hmph, kau terlalu jujur. Itu menyebalkan. Tapi tidak masalah aku akan membuatmu mencintaiku bahkan jika aku mati kau akan terus mencintaiku!"

"Terserah"

"Tuan! Akukan tengah mengandung anak keduamu, kau harus menepati janjimu ya... Kau harus menikahiku saat anak ini lahir!"

"Itu tergantung kualitas makhluk yang kau keluarkan dari tubuhmu itu"

"Makhluk? Kau sangat jahat, ini calon anakmu tau"

"Selama aku belum tau kualitasnya dia bukan anakku"

"Hmm, kau tidak perlu meragukan kualitasnya... Inikan dari bibit paling unggul di seluruh dunia. Sudah jelas kualitasnya terjamin! Anak ini akan jauh lebih hebat darimu maupun anak pertama kita!"

"Kenapa kau sangat yakin?"

"Hehehe karena kita melakukannya seharian untuk membuat anak ini! Jadi tentu saja kualitasnya sangat bagus! Dia pemenang di antara ribuan bibit lainnya, dia pasti yang terbaik dari yang terbaik... Dia...adalah calon penerus seluruh gelarmu"

"... Kau terlihat menyayanginya, ada apa denganmu? Kau tidak seperti ini saat mengandung anak pertamaku. Ini tidak seperti dirimu"

"Ah mungkin saja ini memang bukan diriku, dan ya... Aku menyayangi anak ini maupun anak pertama kita. Mereka berdua adalah pangeranku... Anakku tersayang, Rahel Ellion Gabridipta dan... Rakel Orrion Gabridipta. Mereka berdua adalah pangeranku"

"Hah!!" Gue menarik nafas dengan rakus, pandangan gue bergerak tak tentu arah saat mata gue baru terbuka. Suara siapa itu?! Apa gue mimpi? Dan...

Di mana gue?

Gue memandang sekitar, banyak pepohonan. Gue masih di hutan? Apa gue...

"Masih hidup?" Gumam gue dengan suara yang hampir tak terdengar.

"Gue... Masih hidup?" Gue mengangkat tangan gue dan saat itu gue melihat tangan gue yang sudah di penuhi luka robekan dan beberapa lecet.

Jadi gue bener-bener masih hidup?

"Hah...hahaha...hahahaha gue masih hidup hahahaha" gue tertawa hambar dan tak lama gue menghentikan tawa  gue.

Ah ya benar juga, di mana kak Alexa? Gue menoleh ke kanan tapi tak menemukan kak Alexa di sana, gue lalu beralih menatap ke kiri dan dk sana gue menemukan sosok kak Alexa yang terbaring di tanah memunggungi gue.

Kak Lexa...

"argh!" Gue meringis saat gue mencoba untuk duduk, kaki gue rasanya sakit banget.

Gue menatap kaki gue dan gue melihat luka robekan yang lumayan besar di betis gue dan tulang yang agak menonjol keluar dari luka itu.

Kaki gue...patah.

Kalo gini gimana cara gue jalan? Gue juga harus bawa kak Alexa.

"Akhhh ssshhh" gue memaksakan diri gue buat duduk dan itu ngebuat gak hanya kaki tapi seluruh tubuh gue seolah berteriak kesakitan. Fuckk...

Yah... Mustahil gue baik-baik aja setelah jatoh dari ketinggian kayak gitu. Pasti ada beberapa tulang gue yang patah. Hah...

Gue kembali menatap sosok kak Alexa dan dengan susah payah gue mencoba merangkak mendekati kak Alexa. Gue gak tau sekarang jam berapa tapi sekarang sudah sangat gelap, situasi ini bahaya gue harus membangunkan kak Alexa.

"Ugh bau apaan nih?" Gumam gue entah dari mana gue mencium bau amis seperti darah, ya mungkin itu bau darah gue sendiri.

Ah sudahlah gue harus membangunkan kak Alexa sekarang.

"Kak bangun kita udah selamat!" Ucap gue tersenyum lebar sembari menggoyangkan tubuh kak Alexa pelan tapi tak ada respon.

Apa dia pingsan?

"Kak, Kak Lexa...." Gue gak tau kenapa tapi jantung gue mulai berdetak tak karuan, gue mendadak takut.

Gue menarik tubuh kak Alexa agar menghadap ke gue.

Brukh...

"Kak Lexa...." Suara gue hampir tak keluar sekarang. Gue gak salah lihatkan? Apa benar ini kak Alexa.

Kenapa... Kepalanya hancur sebagian? Gue...

"Ugh!" Gue merasa isi perut gue seolah hendak keluar, bau darah yang menyengat dan pemandangan di depan gue sekarang benar-benar ngebuat gue mual sekaligus pusing.

Apa bener ini kak Alexa? Gak...ini gak mungkinkan? Mustahil kak Alexa berakhir begini... Gue pasti salah orang, ini pasti bukan kak Alexa...

"Ini bukan kak Alexa... Ini bukan dia... Gue yakin...ini bukan..." Tangan gue terkepal kuat sembari menggigit bibir bawah gue, mata gue terasa memanas, dan pandangan gue mulai kabur karena air di pelupuk mata gue.

Sial... Walau gue berusaha keras menyangkalnya jaket yang di pakek ni cewek sekarang adalah jaket yang di pakek kak Alexa... Dan mustahil ada orang lain di sini selain gue dan kak Alexa...

Gue... Gak bisa nerima ini, kenapa kak Alexa bisa begini? Mustahil kak Alexa jadi begini. Kenapa kak Alexa bisa sampe begini?! Kenapa??

"Kenap–ah..."

Saat jatuh tadi... Kak Alexa memeluk gue dengan menekan kepala gue di perutnya dengan posisi begitu jelas... Kepala kak Alexa akan lebih dulu menghantam tanah. Dia melindungi kepala gue agar gak menghantam tanah.

Dia...

Gue mengeratkan gigi gue, tubuh gue bergetar seketika, dan dapat gue rasakan setetes air mata mengalir keluar dari pelupuk mata gue.

"Dia...ngelindungi gue... Dia...ugh..." Gue mencoba sekuat tenaga menahan air mata gue.

Dada gue mendadak terasa panas dan sesak, gue kesulitan bernafas. Tangan gue tanpa sadarpun mulai menyambak rambut gue sendiri.

"Kenapa kak Alexa bisa sampe begini?.... Ka-karena gue...semua ini karena gue...?"

Gue gak bisa merubah apapun... Gak ada yang bisa gue ubah, baik dulu maupun sekarang. Gue gak bisa merubah apapun.

Kematian Jerry, dan sekarang kak Alexa... Sebenarnya kenapa? Kenapa gue harus ngulang kehidupan lagi kalo gue gak bisa ngerubah apapun?!

Apa ini... Hukuman? Sebenci itu Tuhan ama gue sampe ngebuat gue menderita berulang kali? Sebenarnya kenapa?

"Apa...salah gue???" Suara gue bergetar, gue kembali menggigit bibir bawah gue dengan mata yang melotot mencoba agar air mata gue gak turun.

"...Maaf Rakel, gue gak berniat merubah masa depan gue. Jadi jangan menyalahkan diri lo setelah ini, gue memilih buat tetap...mati di sini"

Gue seketika teringat ucapan kak Alexa sebelum membawa gue loncat dari atas tebing itu. Haha...mengulang kehidupan.... Itu bukan sebuah anugrah... Ini kutukan... Gue...

"APA YANG BISA GUE UBAH?! AAARRRGHHH!!!! BANGSAT! BANGSAT! BANGSAT!!!!"

Gue meninju tanah berulang kali.

"Kenapa gue harus hidup lagi? Arrghh..." Gigi gue bergesekan hingga menimbulkan suara gemeletuk yang sangat kuat.

"Kak Lexa...maafin gue...maafin gue...maafin gue...Zayan..." Gue terus memukul tanah dengan suara yang semakin lama semakin melirih, kepala gue juga sekarang tanpa sadar sudah menyentuh tanah.

"Teman lo? Gue dong?"

"Lo pecundang ya, Lo gak bisa terus melarikan diri Rakel"

"Kalo itu lo gue percaya hehe!"

"Gue bakal bantu lo kan kita temen hehehe"

"Gue selalu percaya sama lo Rakel..."

Gue langsung berhenti saat tiba-tiba aja gue keinget setiap ucapan Zayan ke gue.

Zayan... Gue gak tau gimana gue bisa berhadapan dengan dia nantinya. Setelah hal ini terjadi gimana gue bisa natap muka Zayan nantinya?

Tapi...gue harus tetap membawa tubuh kak Alexa ke hadapannya, seenggaknya Zayan bisa ngeliat kakaknya untuk terakhir kali.

Walau mungkin aja nanti dia bakal benci sama gue, atau mungkin aja dia gak mau lagi temenan ama gue.... Walau gitu gue harus tetap membawa kak Alexa ke hadapannya. Ya... Kalo Zayan benci gue mau gimana lagi, ini memang salah gue.

Tapi... Kenapa tangan gue bergetar sekarang? Apa gue takut? Apa gue takut kalau Zayan bakal membenci gue dan gak mau lagi temenan ama gue?

Arrgghh...

Gue mencekram tangan gue sendiri dan memejamkan mata gue erat-erat. Lupakan soal diri lo dulu Rakel, Lo harus bawa kak Alexa pulang dulu!

Ini bukan waktunya gue buat meratapi kondisi gue sendiri atau larut dalam ketakutan gue, sejak awal memang gak ada yang berjalan sesuai kemauan gue. Ini hal biasa... sudah biasa gue menderita.

Kenapa gue bersikap sok terpukul banget ama kejadian ini?

Lagi pula jika setelah ini Zayan benci ama gue, yaudah... Kenapa gue bersikap seolah ini pertama kalinya?

Gue udah pernah ngerasain sendirian jadi kenapa gue takut bakal sendirian lagi?

Haha... tolol.

Dan juga kalo emang gak ada yang bisa gue ubah yaudah, mau gimana lagi... Mungkin gue udah di takdirin buat menderita. Tuhan bener-bener benci gue ya...

Gue mengangkat kepala kak Alexa dan saat itu tangan gue langsung basah oleh darah. Gue hanya menghela nafas lalu menggendong tubuh kak Alexa di punggung gue.

Dan tanpa ragu gue langsung berdiri seolah tubuh gue baik-baik saja, gue mengabaikan sakit di kaki gue dan mulai berjalan dengan terseok-seok menyeret kaki kanan gue yang patah.

Kalo gak salah dari atas tebing ini gue ada liat jalan di ujung hutan ini. Gue tinggal lurus ke sana dan akan langsung sampai di jalan.

Ya setelah sampai di jalan gue bakal ngehentiin siapapun yang lewat dan numpang buat ke kota lalu gue bakal ngantar kak Alexa ke rumahnya.

Ah mungkin gue bakal dapat tamparan atau makian pas di sana. Ya...gak masalah, itu lebih baik.

Dan setelah itu gue...gak akan ketemu Zayan lagi. Itu juga...gak masalah. Jauh dari gue bakal bagus buat keselamatan dia.

Jadi gak masalah... Gak masalah...

***

Brrrmm... Brrrmm...

Segerombolan pemotor melaju dengan kecepatan tinggi menyusuri jalanan gelap yang harang terlewati.

"RAHEL KITA UDAH DEKAT!" Teriak Billy membuat sosok Rahel yang melaju paling cepat langsung memelankan laju motor kebanggannya.

Rahel melirik Ricko menyuruh pria itu untuk menjelaskan lebih rinci.

"100 meter lagi kita sampai di jalan masuk ke dalam hutan ini!" Teriak Ricko dan Rahel mengangguk, ia kembali mempercepat laju motornya namun tak sampai semenit Rahel tiba-tiba mengerem mendadak dan hampir terjatuh membuat anggota Hellura yang lain yang berkendara di belakangnya ikut mengerem mendadak bahkan ada yang hampir menabrak satu-sama lain.

"Fuck! Kenapa berenti?!!" Tanya Billy sembari turun dari motornya.

"Rahel berhenti" jawab salah satu anggota Hellura.

Billy mengernyit lalu berjalan ke depan untuk melihat alasan kenapa Rahel berhenti mendadak.

"Ada yang tiba-tiba ngehadang jalan Bill" saut salah satu anggota Hellura membuat alis Billy menukik heran.

"Hah? Siapa?" Tanya Billy yah dia tidak tau karena posisi Billy berada di barisan paling belakang.

"Rakel..." Lirih Lyan membeku menatap sosok bocah yang berdiri berhadapan dengan Rahel sekarang.

"Apa?"

***

Beberapa saat sebelumnya.

Rakel terus berjalan dengan menggendong Alexa, ekspresi anak itu seolah tak bernyawa. Matanya memerah dan bibirnya memucat di tambah tatapan kosongnya.

Rakel bahkan tak memperdulikan lukanya yang mulai kemasukan ranting dan tanah. Ia hanya terus berjalan mengabaikan rasa sakitnya ah... Bukan mengabaikan tapi lebih tepatnya Rakel sekarang merasa mati rasa.

Ia tak bisa merasakan apapun selain rasa sesak yang tak berhentian menggerogoti dadanya. Pikiran Rakel bahkan terasa sangat kosong, ia merasa seolah berjalan di tengah ruangan kosong dan gelap.

Hingga...

Brrrmm! Brrrmm!

Tatapan kosong itu seketika terlihat sedikit bercahaya saat ia mendengar suara derum motor dan cahaya-cahaya oren yang terlihat samar-samar.

Mata Rakel membesar dan ia mempercepat langkahnya, jika ada suara motor itu artinya ia sudah berada dekat dengan jalanan.

Ia harus cepat, setidaknya Rakel harus berhasil menghentikan pemotor itu agar ia bisa mendapatkan tumpangan.

Brukh!

Tubuh Rakel jatuh tersungkur, ia terlalu terburu-buru tanpa menyadari bahwa kakinya tengah terluka sekarang.

Rakel menatap tubuh Alexa yang ikut terjatuh di sampingnya.

Ia lalu kembali menatap lurus ke depan di mana ia sudah bisa melihat jalanan dan beberapa meter dari arah kiri Rakel dapat melihat lampu-lampu motor yang mendekat.

"Kak, kakak tunggu di sini dulu ya" ucap Rakel pada Alexa yang tubuhnya sudah mengkaku dan semakin dingin.

Tak lama setelah mengatakan itu dengan terseok-seok Rakel berlari ke arah jalanan itu bersamaan dengan pemotor itu yang semakin dekat.

Dan saat Rakel sudah berada di luar hutan dan di pinggir jalan ia tanpa ragu langsung berlari ke tengah jalan di saat pemotor itu sudah sangat dekat dengannya.

Kemunculan tiba-tiba Rakel tentu saja mengejutkan pemotor itu yang tak lain adalah ketua dari Hellura, Rahel.

CKIIIITTTT!!!!!

Suara ban yang bergesekan dengan aspal terdengar sangat kuat, Rakel tetap berdiri tanpa rasa takut padahal ia bisa saja mati jika tertabrak namun beruntungnya pemotor itu berhasil menghentikan laju motornya.

"GILA!" Umpat pemotor lainnya.

"Ketua! Lo gakpapa?!"

"Ketua ada apa?!"

"Sial dari mana datangnya tuh bocah?!"

Suara riuh terdengar panik seolah megkhawatirkan sang ketua yang hampir menabrak Rakel tadi, sedangkan Rahel ia awalnya juga terkejut sekaligus kesal namun saat melihat sosok yang berdiri di tengah jalan itu ekspresinya berubah tertegun seketika.

Begitupun dengan Rakel matanya membesar kala melihat sosok Rahel, dan tiba-tiba saja ingatan kematian Rahel terputar di kepalanya.

'Kalau gue gak bisa merubah apapun artinya gue gak bisa nyelamatin dia. Rahel bakal tetap mati?'–Batin Rakel, dan saat itulah Rakel benar-benar mendapati pukulan besar yang benar-benar menghancurkannya.

"MATIIN LAMPU MOTOR KALIAN SEKARANG!" Teriaknya dan walau kebingungan seluruh teman-temannya langsung mematikan lampu motor mereka.

"Rahel sebenarnya kenap–" Bastian langsung terdiam dan langkahnya melambat saat ia berdiri tepat di belakang Rahel, matanya ikut terfokus pada sosok bocah berpiyama putih? Coklat? Merah? Entahlah pakaian bocah itu sangat berantakan.

"Rakel?" Ucap Bastian dengan nada tak percaya dan bersamaan dengan ucapan Bastian Rahel berlari kesetanan mendekati Rakel dan memeluk bocah itu dengan sangat erat.

"Ra-rakel... Rakel... Rakel... Rakel... Rakel... I-ini beneran lo... Adek gue... Ini lo Rakel..." racau Rahel memeluk Rakel dengan sangat erat dan mata yang perlahan memerah.

Melihat hal itu seluruh anggot Hellura mendekati keduanya.

"Rakel?" Beo Lyan dengan mata membelalak terkejut, Lyan sangat terkejut begitupun anggota Hellura yang lain. Bukannya apa hanya saja... Ekspresi Rakel sekarang membuat mereka ragu apakah benar bocah berwajah dingin itu Rakel?!

"Ra-rahel, tolong lepasin Rakel dulu. Dia terluka" Bastian yang tadi tertegun mulai tersadar saat melihat luka-luka di seluruh tubuh Rakel.

Dan mendengar ucapan Bastian Rahel sontak melepaskan pelukannya namun ia masih menggenggam bahu Rakel.

"Ah maaf, lo—" Rahel tak dapat melanjutkan ucapannya saking terkejutnya, ia tadi tak menyadari bagaimana kondisi Rakel tapi sekarang ia bisa melihat dengan jelas kondisi adiknya itu.

Wajah Rakel terdapat banyak darah, di lehernya ada beberapa goresan, tangan kirinya ada luka robek yang lumayan besar dan perut bagian kiri Rakel mengluarkan banyak darah yang membuat bajunya memerah, dan perut bagian kiri Rakel adalah tempat di mana anak itu tertusuk yang artinya luka tusukan itu kembali terbuka. Tak sampai di situ kaki Rakel... Salah satu kaki adiknya itu patah dan terdapat banyak luka goresan dan beberapa lebam.

Srrrr!

Seluruh orang yang ada di sana seketika merinding kala merasakan aura yang sangat besar dan penuh tekanan tiba-tiba saja keluar dengan tak terkontrol.

"Apa ini perbuatan para sampah itu?" Tanya Rahel matanya melotot terlihat nyalang dan rahangnya mengeras.

Rakel tak langsung menjawab, bocah itu diam dengan tatapan lurus ke tanah hingga akhirnya bersuara.

"....gue, gagal" dua kata dari Rakel membuat aura mencekam yang di keluarkan Rahel perlahan memudar.

Rahel beserta anggota Hellura lainnya kebingungan. Apa yang gagal?

"Gue gagal, Hel..." Ulang Rakel lagi.

Ucapan Rakel semakin membingungkan, dan tepat saat Rahel hendak bersuara untuk bertanya suara dari arah hutan di mana Rakel muncul tadi menarik perhatian semuanya.

"Gue sempat bingung kenapa tuh bocah sendirian, gue pikir 'dia' terluka parah dan gak bisa jalan. Ternyata....mati, yah?"

Lagi-lagi seluruh orang yang ada di sana di buat terkejut saat melihat Dafa keluar dari hutan itu dengan menggendong sosok Alexa yang sudah ia tutupi dengan jaketnya.

"Dafa..." Lirih Rahel dengan mata membesar, Rahel langsung memalingkan wajahnya kembali menatap Rakel dan ekspresnya mendadak serius. Sedangkan beberapa anggota Hellura lainnya langsung mendekati Dafa.

"Ini bukan salah lo!" Tekan Rahel.

"Gue gagal... Gue gak bisa merubah apapun" Gumam Rakel.

"Rakel... Ini di luar kendali lo, jangan nyalahin diri lo sendiri"

"Ini memang salah gue.... Gue gak bisa ngelindungi kak Alexa ini salah gue. Gue gak bisa ngerubah apapun" Rakel mulai mengoceh tak jelas dan tatapan adiknya itu terlihat seperti kosong tak bernyawa membuat Rahel tertegun, sekaligus takut, ia takut Rakel akan kembali seperti saat bocah itu di tinggal Jerry. Ia tidak mau hal itu terjadi lagi.

"Ini salah gue, Kak Lexa harusnya masih bisa hidup kalo aja gue bisa ngelindunginya, Ini salah gue. Seandainya aj–

"Rakel sadar!!" Rahel menyentak tubuh Rakel membuat adiknya itu seketika sadar "Semuanya udah terjadi! Lo gak bisa merubah apapun!"

Pupil mata Rakel membesar saat mendengar ucapan Rahel.

"Lo gak bisa ngerubah apa yang udah terjadi Kel... gak ada yang bisa lo ubah" lanjut Rahel namun ucapannya membuat tatapan Rakel menajam seketika.

"HARUS BISA! HARUS ADA YANG BERUBAH! HARUS ADA YANG BERUBAH!!"

Rahel membeku di tempatnya, kenapa... Apa yang sebenarnya terjadi pada Rakel? Kenapa adiknya ini sangat terobsesi mengubah sesuatu yang jelas tidak bisa di ubah. Karena tidak ada yang tau apa yang terjadi di masa depan, jadi tidak ada yang bisa merubahnya. Tapi kenapa Rakel bersikap seolah ia tau masa depan hingga membuatnya tergila-gila untuk merubah masa depan?

"Bakal gue lakuin apapun bahkan kalau gue harus berhadapan dengan Tuhan gue bakal tetap ngerubah semuanya... Bakal gue ubah....ini janji gue" Sambung Rakel dengan tatapan berapi-api, nafas yang memburu, dan tangan yang terkepal kuat.

"Gua bakal ngerubah masa depan!"

To Be Continued...

AYYYOOOO aku up lagi nich xixixixi. Aku harap kalian enjoy yah ama chapter ini. Dan sori dori stroberi kalo chapter ini gak sesuai ekspetasi kalian yawwhh

Kalo ada yang gak terima hayu sini gelud!

Pusying loh nyusun katanya, tak segampang itu ges!

Yaudah enjoy reading ya guys, maafkeun kalo ada typo dan jangan lupa apa?

Vote, komen, and Like!! Awokawokawok!

Yaudah sekian~

Sampai jumpa di next chapter zheyeengg!!!!

Seguir leyendo

También te gustarán

46.3K 1.8K 47
Semenjak kecelakaan itu Rayyan bukan lagi Rayyan, segala nya menjadi berbeda. Penasaran sama cerita nya? Kuyy!
98.2K 7K 54
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...
20.1K 2.6K 82
Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari k...
67.8K 5.9K 52
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...