RELLAWAY

Galing kay AdineNaylaara

106K 13.1K 3K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... Higit pa

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105

Chapter 49

906 116 56
Galing kay AdineNaylaara


‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


Di sebuah mansion yang sangat besar seorang pria paruh bayah berdiri di depan sebuah kaca besar menghadap ke belakang mansion itu.

"Alden...kekacauan apa yang terjadi di luar sana? Kenapa sejak kemarin koordinat keberadaan Rahel selalu bergerak tak tentu arah?" Pria itu bertanya tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya.

Alden yang sedang membaca bukunya di sofa ruangan itu berpikir sejenak lalu bersuara.

"Ah itu, Rakel di culik jadi Rahel mencarinya" Jawab Alden lalu kembali fokus membaca buku di tangannya

Pria paruh bayah itu mengernyit dan menoleh keheranan pada Alden.

"Rakel? Siapa itu?"

Mendengar pertanyaan itu Alden menghela nafas lelah dan langsung menutup buku yang ia baca dengan tatapan jengah pada pria itu.

"Dia anak keduamu paman, Rakel Orrion Gabridipta"

Pria itu atau pria yang di juluki Dewa perang itu terdiam beberapa saat sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada pemandangan di belakang mansionnya.

"Ah, produk gagal itu. Dia masih hidup?" Tanya 'ASTON' dengan nada yang sangat dingin seperti biasa-biasanya dan tersirat ketidak pedulian dari nasa bicaranya.

Alden memgedikkan bahunya acuh tak acuh "Ya, tapi sepertinya sebentar lagi dia mati. Karena sekarang dia berada di sarang Valcer"

"Ah... Anak itu memang benar-benar tidak berguna. Ya, jika ia mati di sana itu lebih baik. Dengan begitu aku akan mendapatkan pewarisku kembali" salah satu sudut bibir Aston terangkat ke atas membentuk senyum miring, khasnya yang membuat siapapun akan langsung merinding saat melihatnya.

Alden menatap pamannya itu cukup lama sebelum ia memalingkan wajahnya ke arah lain dan memilih untuk tidak ikut campur dengan pikiran licik pamannya itu.

***

Aneh... Aneh banget...

Gue berulang kali memikirkan hal itu selama gue melangkah menuju ke tempat kak Alexa berada. Bukannya apa, masalahnya sepanjang jalan gue gak nemuin siapapun padahal tadi Reynath bilang kalau banyak anggota Valcer di sini.

Apa dia bohong? Tapi gak mungkin dia bohong, terus... kemana ni orang-orang?! Gue males banget begini. Ntar tau-tau muncul pas gue gak siap, anjing-anjing.

Bikin deg degan aja, mana tempat kak Alexa jauh banget, padahal di denah keliatan dekat! Bangsat.

Gue kembali melihat denah di tangan gue.

"Ah, di ujung sana belok kiri" gue mengangkat kepala gue menatap ujung lorong rumah ini dan kembali melangkah.

Grep!

Gue membeku seketika saat merasakan sebuah tangan menyentuh bahu gue.

"who are you?" Darah gue berdesir saat gue mendengar suara asing.

*Siapa lo?

Nah! Ini yang gue maksud! Udah gue tebak pasti mereka bakal muncul tiba-tiba!

"Gimana lo bisa ada di sini? Lo...penyusup?"

"Akh!" Gue meringis kesakitan saat tangannya yang mencekram bahu gue semakin kuat. Bahu gue rasanya kayak remuk.

Gue perlahan berbalik menghadap nih cowok sembari mencoba melepaskan cengkramannya tapi susah banget! Tangannya kuat banget anj!

"Hm? Jaket lo, itu jaket Haru, kan?" Ia bersuara kembali dan cengkramannya perlahan melonggar "gimana lo bisa makek Jaket Haru?" Lanjutnya lagi bertanya.

Gue mengernyit sambil mijit bahu kiri gue yang kayak remuk abis di cengkram dia.

Haru? Apa nama pemilik jaket ini Haru? Gue harus jawab apa? Kalo gue bilang gue Haru ya gak mungkin! Udah jelas banget gue bukan tuh cowok, dari segi fisik juga beda jauh! Di tambah sekarang dia liat muka gue.

"Ah" Ekspresi sangar cowok tadi tiba-tiba berubah tertegun "...jangan bilang lo milik Haru yang selama ini dia sembunyiin?" Tebaknya dan saat dia ngomong matanya melotot seolah kaget.

Milik Haru? Apa maksudnya?

"Lo bener-bener milik Haru?" Dia nanya lagi.

Gue gak bener-bener paham apa maksudnya 'milik Haru' apa itu artinya gue babu Haru? Tapi kayaknya ini bukan hal buruk, apa gue iyain aja ya?

"I-iya gue milik Haru" bohong gue dan saat gue menjawab mata tuh cowok makin membesar dan tiba-tiba dia langsung sujud di depan gue.

"Maafin gue! Gue gak tau lo punya Haru, maaf! Tolong jangan bilang apapun ke Haru!"

Eh? Apa maksudnya ini? Kenapa dia sujud?!

"A-apa-apaan?"

"Lo milik Haru, kan?! Selama ini Haru selalu nyembunyiin miliknya karena katanya Haru sayang banget sama miliknya. Kalo Haru tau gue udah nyentuh miliknya gue bisa mati, gue mohon jangan bilang apapun ke Haru!" Teriaknya masih dalam posisi sujud.

Gue...gak paham sama sekali, Nih orang ngigau? Mabok, kah?

"Gue... Gak akan bilang apapun" lagian gue bukan bener-bener milik Haru.

Dia langsung ngangkat kepalanya dengan mata berbinar.

"Angel!" Tuh cowok tiba-tiba meluk kaki gue "Makasih banget, pantes Haru suka ama lo. Lo emang bener-bener keturunan Angel!" Ocehnya.

*Angel = malaikat

"A-ah iya-iya, tapi lo bisa lepas gak?" Ucap gue mencoba melepaskan pelukannya dan mendnegar ucapan gue dia langsung menjauh dengan ekspresi kaget dan takut lagi.

"Gue gak akan bilang ke Haru kok" ucap gue setelah sadar kenapa dia masang ekspresi begitu.

Mata tu cowok mendadak berkaca-kaca dengan tatapan memuja ke gue.

"Angel..." Ucapnya ngebuat gue mendelik geli.

Gila ni orang!

"Jangan panggil gue angel!"

"Baiklah angel ah! Maksud saya malaikat"

Tambah parah! Ah, udahlah!

"Eum... Lo anggota Valcer kan?" Tanya gue agak ragu.

"Ah iya saya anggota Valcer!"

"Lo tau kemana anggota Valcer yang lain? Kenapa di sini sepi banget?" Tanya gue lagi dan saat gue bertanya ekspresi cowok tadi mendadak mendatar dengan tatapan heran.

Eh? Apa gue salah tanya? Apa jangan-jangan dia curiga karena gue banyak tanya? Gawat...

"Kenapa lo nanya itu?" Dia balik nanya dengan ekspresi yang sama.

Seketika gue keringat dingin, kayaknya gue bener-bener salah tanya.

"Ah i-itu... Gue..." Gue menggaruk belakang kepala gue gugup, gue harus jawab apa. Kalo ketahuan sekarang gue harus bertarung. Sial, padahal gue harus nyimpan energi gue buat ngelawan ketua atau elite valcer. Anjing anjing!

"Ah! Apa lo nyari Haru?!" Tanya lagi ngebuat gue tersentak, ekspresinya sekarang berubah kembali jadi ekspresi bodoh penuh cengiran "Haru sekarang lagi ngumpul sama anggota Valcer yang lain, jadi makanya sekarang di sini sepi!" Lanjutnya.

Gue menghela nafas lega, kayaknya dia gak curiga sama sekali. Emang yah di setiap gengster itu ada yang goblok kayak gini.

"Ah gitu ya" gue tersenyum canggung tapi sesaat kemudian ekspresi gue berubah serius.

Valcer sekarang lagi ngumpul yah, itu artinya ini kesempatan gue buat kabur. Jadi tuh cowok emang bener-bener mau bantu gue kabur?

"Ah tapi malaikat ngapain di sini?" Tanyanya.

"Ah, ya lokan tau sendiri gue nyari haru, hahaha"

"Haru gak ada di sini, lebih baik malaikat balik ke kamar malaikat. Di depan sana itu udah daerah kekuasaan LV, jangan ke sana bahaya" tuh cowok nunjuk ujung lorong tujuan gue tadi dengan ekspresi serius.

LV.... Ketua Valcer yah.

"Bahaya kenapa?" Tanya gue menatap kembali cowok tadi menuntut jawaban.

"LV itu ada buat peraturan, 'milik siapapun kalo udah menginjak wilayah kekuasaannya bakalan jadi milik dia'. Dan rata-rata milik LV itu gak ada yang selamat, jadi lebih baik malaikat jangan ke sana. Kalo malaikat tetap ke sana bisa-bisa bukan malaikat aja yang dalam bahaya, kami semua juga karena kalo malaikat ke sana Haru dan LV pasti bakal berantem! Malaikatkan kesayangan Haru, Haru pasti gak terima malaikat di ambil LV. Jadi sebaiknya malaikat jangan ke sana, demi kedamaian semua orang" jelas tuh cowok panjang lebar.

Dan walau ada beberapa kata yang gak gue mengerti, kurang lebih gue paham maksudnya.

Jadi, gak ada yang selamat jika sudah menginjak wilayah LV. Sedangkan kak Alexa sekarang ada di sana. Udah jelas, gue hsrus ke sana.

Penjelasan ni cowok cuma ngebuat alasan gue buat ke sana semakin besar.

"Ah gitu yah, oke gue bakal balik ke kamar sekarang. Lo bisa balik ngumpul lagi" gue tersenyum ke tuh cowok, senyum yang biasa di pakek Lyan, 'eyesmile'. Gue senyum begitu ke tuh cowok. Senyum yang gak bisa di ketahui oleh siapapun maksudnya, senyum misterius.

"A-ah iya malaikat, kalo begitu gue duluan yah. Ingat jangan ke sana" dia melambai ke gue dan pergi begitu saja.

Setelah dia benar-benar pergi ekspresi gue kembali serius dengan tatapan yang langsung tertuju ke ujung lorong ini.

"LV...." Gumam gue dan tanpa ragu gue langsung melangkah ke sana untuk segera menemukan kak Alexa.

Sekarang mereka sedang ngumpul, jadi inilah kesempatan terbaik buat kabur dari sini dengan kak Lexa.

***

"Logan, kenapa lo keliatan resah banget?" Tanya Lizea menatap saudaranya itu dengan ekspresi datar, ia kembali mengunjungi Logan hari ini.

"Apa Rakel masih belum di temukan?" Tanya Logan dengan ekspresi serius.

Lizea menghela nafas "Entahlah, gue gak tau"

"Lo gak nanya gitu?"

"Kenapa gue harus?" Lizea balik bertanya dengan tatapan datar khasnya dan satu alis terangkat.

"Zeaa! Lo gak ingat apa yang sudah Rakel lakukan untuk kita?! Se enggaknya walau lo gak nganggap dia teman, lo punya hutang budi ama dia!" Logan terlihat marah dan melihat saudaranya yang sangat jarang marah itu kini marah Lizea keheranan namun ekspresinya tetap datar.

"Terus apa yang bisa gue lakuin hah? Lo mau gue datangi markas Valcer?" Lizea balik bertanya dengan nada tak suka dan mendengar pertanyaan Lizea Logan tersadar. Ah ya... Ini juga bukan salah Lizea.

"Arrghh!!" Logan mengacak rambutnya sendiri kesal.

Lizea menghela nafas "Kenapa lo khawatir banget dengan Rakel, Logan? Harusnya kakak Zayan lah yang perlu di khawatirkan di sini. Lo sendiri yang bilang kalau LV itu hypersex itu artinya kakak Zayan dalam bahaya, kenapa lo mengkhawatirkan Rakel? Dia pria Logan. Dia gak akan kenapa-kenapa" ucap Lizea menggelengkan kepalanya lelah.

"Zeaaa, masalahnya LV itu... Hah... Gini Zea. LV itu memiliki kelainan seksual dimana dia itu sebenarnya seorang.... biasexual" Logan menatap Lizea serius dan ucapan Logan membuat Lizea tertegun sekaligus terkejut.

*Biasexual : ketertarikan terdahap dua jenis kelamin baik yang berbeda maupun sama dengannya

"Ya?"

"Iya, LV itu seorang biasexual dan sialnya kelainannya itu lebih condong ke cowok. LV memang lebih sering melakukan dengan cewek tapi dia lebih menyukai cowok, terutama cowok kuat, punya daya tarik sendiri, dan memiliki aura berbeda. LV akan sangat terobsesi pada cowok seperti itu, dan sialnya lagi Rakel seperti itu" Jelas Logan kini memijit kepalanya sendiri.

Lizea diam sejenak lalu bersuara "Jadi... Itu alasan lo selalu ngehindari Valcer. Cowok kuat, punya daya tarik sendiri, dan memiliki aura berbeda, lo juga begitukan? Apa lo sebenarnya crush LV?" Tanya Lizea membuat wajah Logan memerah seketika.

"Stop! Jangan bahas itu! Cowok menjijikan itu bener-bener...arrrgghhh!!!" Logan berteriak geram membuat Lizea keheranan, tapi yah Lizea memilih abai sepertinya ada sesuatu yang terjadi antara Logan dan LV.

***

Gue menatap pintu di depan gue lalu kembali menatap kertas berisikan denah di tangan gue.

Ini dia tempatnya... Tempat kak Alexa berada.

Gue menggapai gagang pintu dan perlahan membuka pintu kayu coklat itu. Saat pintu terbuka gue melihat ruangan yang sangat luas, ada tv, sofa, kulkas, dapur, ini seperti apartemen padahal ini adalah kamar.

Gue memasuki ruangan itu dan mulai memgedarkan pandangan gue, ni ruangan benar-benar besar...

Di mana kak Alexa? Gue kembali mengedarkan pandangan gue dan tatapan gue terpaku pada sebuah ruangan berkaca hitam yang di tutupi tirai.

Tempat apa tuh? Mencurigakan banget.

Tanpa banyak mikir gue langsung ke sana membuka tirai dan...

"Hah...." Dengusan nafas keluar begitu saja saat gue melihat apa yang ada di balik ruangan kaca berlapis tirai itu.

Tubuh gue membeku di tempat dengan mata membelalak tak percaya.

Ruangan itu hanya berisikan sebuah meja kecil di sebuah kasur besar, dan yang membuat gue syok adalah sosok yang kini terkulai lemas di atas kasur itu dengan tubuh yang tak tertutupi sehelai benang pun.

Tubuh gue bergetar saat gue perlahan melangkah mendekat hingga ke sisi kasur dengan tatapan yang tak lepas dari sosok yang terbaring di atas kasur itu.

"Kak...Lexa?" Gumam gue saat sudah melihat wajah gadis itu dengan jelas. Tubuh gue benar-benar gak bisa di gerakan sekarang melihat kondisi kak Alexa yang sangat mengenaskan.

Pergelangan tangannya terlihat membengkak dengan warna kebiruan seperti habis di ikat dengan sangat kuat, begitupun juga dengan pergelangan kakinya, dan...lehernya.

Belum lagi di seluruh tubuh kak Alexa terdapat luka, dan bekas gigitan yang beberapa masih mengeluarkan darah, lalu kasurnya... Kasurnya kini di penuhi dengan bercak merah dan cairan kental bewarna putih, tanpa perlu di pikirin dengan keras pun gue tau itu cairan apa.

Gue... Harus bilang apa ke Zayan? Gimana gue bisa natap Zayan setelah ini?

Mata gue memanas, dada gue rasanya sesak banget bahkan gue perlu menggunakan mulut gue untuk bernafas.

Dan dengan tangan bergetar gue mengambil selimut yang terjatuh di lantai lalu menutupi tubuh kak Alexa.

"Kak...maaf" suara gue bergetar.

Saat gue sudah menutupi tubuh kak Alexa tiba-tiba saja mata kak Alexa terbuka lebar seolah kaget dan dia langsung menatap gue dengan mata melotot membuat gue terkejut.

"Kak lexa?" Ucap gue lirih entah kenapa ada sedikit rasa lega di diri gue melihat kak Alexa yang masih bisa membuka mata.

"Rakel?" Suara kak Alexa hampir tak terdengar.

"Iya kak, ini gue. Kita pergi dari sini sekarang, oke?" Ucap gue namun kak Alexa masih memasang ekspresi yang sama tangannya kini mencekram lengan jaket gue.

"Lo...kenapa di sini? Lo harus pergi!"

Gue tertegun sesaat namun dengan cepat gue menggeleng lalu mengangguk dengan senyum tipis pada kak Alexa untuk menenangkannya. Sepertinya kak Alexa masih trauma.

"Iya, ini aku di sini mau jemput kakak. Kita pergi sekarang" ucap gue dan kak Alexa menggeleng kuat.

"Tinggalin gue! Lo pergi secepatnya sekarang, sebelum dia datang!" Gue tertegun sekali lagi mendengar ucapan kak Alexa.

"Kak, kakak tenang dulu. Dia gak akan datang sekarang seluruh anggota Valcer lagi kumpul jadi kita bisa pergi dari sini sekarang. Kakak jangan takut, ada gue. Kita bakal pergi dari sini sekarang" ucap gue mencoba meyakinkan kak Alexa yang keliatan panik banget namun walau gitu kak Alexa tetap gak tenang. Dia menggeleng dengan kuat.

"Gak! Lo harus pergi sekarang, pergi sekarang Rakel... Dia... Dia ada di sin–

"Oya? What is this? Do I have a guest?"

*Eh? Ada apa ini? Apa gue kedatangan tamu?

Tubuh gue membeku saat mendengar suara lain dari arah tirai tempat gue masuk tadi. Kak Alexa melotot dan dengan panik ia duduk dan merangkak ke arah gue dan mendorong gue untuk ke belakangnya.

"Jauh-jauh lo! Jangan mendekat!" Teriak kak Alexa merentang tangannya di depan gue, gue menatap kak Alexa kaget lalu perlahan menatap sosok yang tiba-tiba muncul tadi.

Ssrrrr!!!!

Darah gue berdesir seketika dan detak jantung gue berdetak tak karuan. Aura dari cowok itu sama persis dengan aura yang gue rasakan saat bertemu abangnya Lyan.

Gue menahan nafas gue saat tatapan kami bertemu.

"Oho... Lil boy?" Ia menggaruk dagunya dengan senyuman paling nyeremin menurut gue. Dan perlahan dia melangkah mendekat.

*Lil boy = pria kecil

"Jangan mendekat! Rakel pergi sekarang!" Kak Alexa berteriak kuat menarik perhatian gue kembali.

Pergi? Emang gue pergi sekarang?

"Jang–Grep! Brukh!

Gue kembali membeku di tempat saat dengan sangat cepat tubuh kak Alexa di lempar begitu saja dari hadapan gue.

"Kak lexa!" Gue hendak mengejar kak Alexa yang kini terkulai lemas di atas lantai namun baru gue mau beranjak pergelangan tangan kanan gue di tahan dan rahang gue di cengkram ngebuat gue gak bisa bergerak.

"Eh? Lo pakek jaket Haru? Apa lo punya Haru? Hmm?" Nafas gue memburu saat wajah gue dengan wajah nih cowok sangat dekat, dia nahan rahang gue ngebuat gue gak bisa mengalihkan wajah gue.

"Ah... Bukannya lo bocah di malam itu yah? Bocah yang berhasil menyuduti Haru dan Zion? Gimana lo bisa sampai di sini? Bukannya lo sudah di tahan oleh Rey?" Ia memberikan pertanyaan beruntun pada gue tapi gue gak bisa jawab karena gue masih terlalu syok.

Gimana bisa dia ada di sini? Bukannya anggota Valcer lagi pada ngumpul? Kenapa dia bisa ada di sini? Lalu kak Alexa

Gue melirik tempat kak Alexa terkulai lemas tadi dan ternyata kak Alexa masih di sana. Kayaknya dia pingsan... Sial gue harus segera bawa kak Alexa pergi dari sini

"Hm... Oh? Lo cantik juga untuk ukuran 'cowok'" ucapan cowok tadi ngebuat gue kembali menatap dia dengan tatapan kaget.

Wtf?! Gue...beneran merinding sekarang.

"Lepasin gue!" Akhirnya gue bisa ngomong, tatapan gue menajam menatap 'LV'.

"Lepas? Hmmm" senyum LV semakin lebar "Gak mau~" 

Gue merasakan tangannya yang mencekram pergelangan tangan gue semakin kuat. Gak sakit, tapi udah pasti gue gak akan bisa ngelepasinnya.

Gigi gue bergemeletuk, rasa takut yang gue rasain tadi hilang seketika tergantikan rasa kesal.

"Lepasin gue!"

Bugh!

Gue menendang barang kebanggaan LV yang membuat cengkramannya pada tangan dan rahang gue terlepas seketika. Dan tak menyiakan kesempatan itu gue segera berlari mendekati kak Alexa.

"Kak!–Grep! Bugh! Akh!" Tubuh gue terbaring di kasur dengan tangan yang kini terkunci ke belakang. Sial! Dia cepet banget, padahal anu nya gue tendang sekuat tenaga tadi.

"Lil boy licik juga yah. Tapi sayang tendangan gitu udah sering gue dapatin jadi gue udah biasa~" tubuh gue merinding seketika saat LV berbisik tepat di telinga gue.

"Arrghh! Lepasin anjing! Lo Hentai! Mesum! Cabul! Gay!" Gue berteriak sembari memberontak mencoba melepaskan diri namun sia-sia karena LV kini berada di atas gue.

Posisi gue sekarang telungkup di atas kasur dengan tangan yang di kunci ke belakang dan LV di atas gue.

"Ahh~ lil boy kalau lo gitu, lo malah buat cacing alaska tegang~" gue diam seketika saat merasakan sesuatu yang keras di punggung gue. Gue tau itu apa karena gue juga punya!

"ANJING! KONT*L LO! ANJING!!!!! LEPASIN GUE! GUE COWOK BANGSAT!"  Gue berteriak histeris mencoba melepaskan diri.

"It's okay, I like guys too~" Dia kembali berbisik di telinga gue dan perlahan gue merasakan sesuatu menyentuh celana gue dan perlahan menurunkan celana gue.

*Gakpapa, gue suka cowok juga~

Fuck....Fuck....Fuck....

"STOP! STOP! AYO BUAT KESEPAKATAN! AYO BUAT KESEPAKATAN!!!!" Gue berteriak dengan sangat kencang dan teriakan gue membuat tangan LV yang mau nurunin celana gue langsung berhenti.

"Kesepakatan? Kesepakatan apa lil boy? You just want to stall for time, right?"

*Lo cuma mau ngulur waktu iyakan

Iya, sebenarnya itu tapi gue memang mau buat kesepakatan.

"Lepasin gue dulu!"

"ah~ so classic, after I let you go you'll run away right? It's so predictable"

*Ah klasik banget, setelah gue ngelepasn lo lo bakal kaburkan? Sangat mudah di tebak

"Gak! Lepasin gue dulu, gue bener-bener mau buat kesepakatan!" Ucap gue lagi dan cukup lama tuh cowok diam hingga akhirnya dia menyingkir dari punggung gue namun dia masih gak ngelepasin tangan gue.

"Baiklah, tapi gue gak akan ngelepasin tangan lo buat jaga-jaga kalo lo kabur" Gue menduduki diri gue dan menatap tangan gue yang di genggam ama ni orang laku mendelik geli tapi walau gitu gue gak berusaha ngelepasin tangan gue.

Ya, dari pada dia dudukin badan gue lagi ini lebih baik sih.

"Jadi apa kesepakatannya?" Ia bertanya dengan satu alis terangkat dan senyum mirung yang sangat menyeramkan. Khas banget orang cabul ekspresinya.

"Beri gue waktu 30 menit buat kabur dari sini" Ucap gue dan LV menatap gue tertegun beberapa saat setelahnya ia kembali tersenyum seperti tadi sembari mendekat ke gue.

"You're kidding, right lil boy?"

*Kau bercandakan, lil boy?

Gue melotot "tunggu dulu! Jangan mendekat! Gue serius!"

"Kesepakatan itu jelas ngerugiin gue"

"Ah eum... Gi-gini aja! Kalo dalam 30 menit gue gak bisa juga kabur dari sini maka gue... Hm... Gue bakal jadi cleaning service lo dalam seminggu! Setelah itu biarin gue pergi! Gimana?" Tawar gue lagi dengan satu tangan menahan dada LV agar gak main mendekat ke gue, dan setelah ucapan gue LV berhenti lagi dengan ekspresi kaget.

"What? Pfffthhahahahaha" LV menjauh dan tertawa terbahak-bahak sembari menutup wajahnya dan tak lama ia berhenti tertawa masih dengan senyum geli dan tatapan lurus ke gue. "you're so cute lil boy"

"Gini aja, gue beri lo waktu 30 detik buat pergi dari sini, dan kalau dalam 30 detik lo gak bisa juga pergi lo harus jadi milik gue dan lo harus melayani gue dan cacing alaska gue" ucap LV menunjuk celananya ngebuat gue reflek menatap arah tunjuknya dan saat itu gue bergidik ngeri sembari menggeleng kuat lalu kembali menatap LV.

"30 detik?! 30 menitlah!"

LV menopang dagunya "Ya atau gak sama sekali?" Tawarnya yang terdengar lebih seperti ancaman buat gue.

Shit! Ini jelas berisiko besar buat gue, tapi kalo gue gak nerimanya gue gak akan bisa kembali dan menyelamatkan kak Alexa.

Baiklah...

"Oke, tapi satu lagi. Kalau gue gagal... Cukup ambil gue dan Lo harus biarin dia pergi" ucap gue menunjuk kak Alexa, LV menatap arah tunjuk gue dna tersenyum miring.

"Baiklah, lagian gue udah bosan sama dia. So, fight on, my lil boy~" ucap LV dan dia melepaskan tangan gue tiba-tiba.

*Jadi berusahalah, my lil boy

Eh?

"One..." Gue membelalak saat LV mulai berhitung, sial! Ternyata udah di mulai!

Gue langsung berlari mendekati kak Alexa yang masih pingsan tanpa busana. Gue gak mungkin bawa dia pergi dalam keadaan telanjang begini. Gimana–

"Two~"

Shit! Ah iya jaket! Gue langsung melepaskan Jaket yang gue pakai dan membungkus tubuh kak Alexa dengan jaket itu lalu menggendong kak Alexa di punggung gue.

"three~" 

Gue menatap tajam LV lalu berdiri dengan susah payah sembari menggendong kak Alexa setelahnya gue langsung berlari pergi dan samar-samar gue mendnegar LV berucap.

"Hopefully it doesn't work, lil boy~"

*Semoga gak berhasil, lil boy

Rakel Pove Off

Setelah kepergian Rakel ekspresi LV mendatar ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seluruh anggota Valcer.

"Tangkap bocah yang hendak keluar dari mansion ini"

"Alright LV!"

Setelahnya LV menutup telponnya dan kembali tersenyum.

“You won't make it, lil boy. From the moment you walked into this room, you were mine"

*lo gak akan berhasil, lil boy. Sejak lo masuk ke kamar ini, lo milik gue...

To Be Continued...

HOLAAAA, akhirnya aku bisa up juga setelah sekian lama huhuhu! Double up lagi nieehhh!!! Semoga kalian enjoy yah dengan dua chapter ini.

Aku sejujurnya agak geli ngetik chapter ini😭 LV kampret!

Yaudah maaf yah guys kalo ada typo.

Jangan lupa vote dan komen.

See you in the next chapterrrr

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2.4K 275 24
Menceritakan seorang vampir arogan, tindakan seenak jidat, punya kuasa yang melindungi dari segala tuduhan negatif. Bangsawan terkenal psikopat sadi...
20.1K 2.6K 82
Tentang Akira dan Fero, dua adik-kakak yang kehilangan orang tua saat umur mereka bahkan belum seberapa. Akira, lelaki berumur 11 tahun yang sedari k...
64.7K 5.8K 52
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...
2.3M 265K 54
Alvan dan Alvin, mereka kembar. Namun, mereka tidak diperlakukan secara adil. Ayahnya hanya mementingkan Alvan, Alvan, dan Alvan. Ayahnya juga selal...