RELLAWAY

By AdineNaylaara

106K 13.1K 3K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105

Chapter 40

849 102 6
By AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


"Alyaa! Alyaa main yok!" Teriak Zayan di depan teras rumah bang Tian. Gue, Lyan, dan Sean cuma geleng-geleng doang memaklumi sifat Zayan.

Gak lama dari teriakan Zayan pintu rumah itu terbuka menampakkan sosok Bang Tian dengan kaos setengah lengan dan celana jeans selutut.

"bang Tian sore!!" Sapa Zayan melambaikan tangannya semangat

Bang Tian memandangi kami satu persatu lalu ber o ria "Sore, kirain tadi siapa. Kalian ada apa ke sini?"

Gue dan yang lain berjalan menaiki teras untuk mendekati bang Tian.

"Nyari Alya, kita mau ngajak nginap di rumah Zayan, boleh gak?" Jawab gue sekaligus bertanya.

"Ooh, boleh tapi sekarang Alya lagi gak ada di rumah" Ucap Bang Tian ngebuat ekspresi kami berempat kompak keheranan ya gue ama Zayan aja sih, Sean ama Lyan yah kek biasa datar.

"Lah kemana Alya sore-sore begini?" Tanya Zayan.

"Ah dia bilang temennya ada yang ngajak ketemuan, jadi dia sekarang lagi nemuin temannya" Jawab Bang Tian menjelaskan.

Teman? Teman yang mana ngajak Alya ketemuan? Ya Alya bukan ansos sih tapi gue rasa gak ada temennya yang sedekat itu sampai ngajak dia ketemuan di waktu libur begini selain kami berempat.

"Siapa bang? Cewek cowok?" Saut gue.

Bang Tian yang mendengar pertanyaan gue terkekeh pelan lalu mengacak rambut gue.

"Cewek kok, tapi gue gak tau siapa namanya" Ucap Bang Tian.

"Mereka ketemuan di mana?" Tanya Sean membuat kami memindahkan perhatian kami padanya, ya gak nyangka aja dia penasaran juga.

Bang Tian berpikir sebentar "Hm... Kalo gak salah di cafe aforia? Aporia? Ya pokoknya di cafe"

"Aporia? Cafe bang Dayen!" Ucap gue.

"Iya Cafe bang Dayen!" Zayan tersenyum lebar menyetujui ucapan gue dengan semangatnya namun sedetik kemudian ekspresinya menjadi kebingungan "eh? Dari mana lo tau bang Dayen?" Tanyanya tapi ya gue abaikan karena ajakan Sean.

"Yaudah ayo kita ke sana" Ajak Sean melangkahkan kakinya pergi mendahului kami di ikuti oleh Lyan.

"Eh iya, bang balik dulu ya" Pamit gue melambai pada bang Tian.

"Dadah bang Tian!" Pamit Zayan berlari mengejar Sean.

Saat kami berempat telah beriringan gue membuka suara bertanya pada Sean.

"Kenapa gak nunggu aja?" Tanya gue.

"Cewek lo sekarang itu dalam bahaya, lo mau diam aja?" Jawab Sean balik bertanya.

Gue mengernyit heran, kenapa Alya dalam bahaya? Diakan cuma nemuin temannya dan itupun cewek, di mana letak bahayanya?

Menyadari kebingungan gue Sean menghela nafas dan kembali bersuara "Yang di temuinya itu Bela"

"Lo tau dari mana itu Bela?"

"Three lil rat that day kembali mendapati undangan dari Valcer. And untuk gabung ke Valcer mereka harus memenuhi syarat khusus, dan itu adalah brought a girl" Bukan Sean yang menjawab melainkan Lyan.

Dan kala Lyan menjawab gue mulai paham semuanya, artinya Bela akan menumbalkan Alya untuk di berikan pada Valcer.

Apa-apaan? Bela gak mungkin ngelakuin itukan? Dia gak sejahat itu sampai melakukan kesalahan yang sama dua kali. Bela... Apa dia memang sesampah itu?

"Udah gue bilangkan, kesalahan dia itu jenis yang menguntungkan dirinya. Lo terlalu naif Rakel" Ucap Sean lebih seperti sindiran buat gue.

"Sekarang kita harus cepat nemuin Alya" Sambung Sean mempercepat langkahnya begitupun gue dan yang lain.

"Eh ngomong-ngomong, sejak kapan lo bedua dekat?" Tanya Zayan ke Sean dan Lyan.

"Kita gak dekat"

"Eeeh?"

***

Setelah kepergian bocah-bocah tadi Bastian kembali memasuki rumahnya dan kembali menemukan sosok Ariel yang masih cemberut dan menghindarinya. Melihat hal itu Bastian sontak mendekati adik ketiganya itu.

"Masih marah?" Tanya Bastian duduk di samping Ariel, dan gadis itu segera bergeser menghindarinya.

"Pikir aja sendiri!"

"Ya gimana coba? Alyakan nemui temennya gak mungkin abang larangkan? Kalo temennya cowok ya ada alasan tapi inikan temennya cewek" Ucap Bastian.

Dan Ya Ariel itu ngambek karena Alya yang pergi untuk menemui Bela.

"Hish! Tapi harusnya gak usah abang bolehin! Bela itu jahat tau!"

"Kamu tau dari mana dia jahat?" Tanya Bastian dengan senyum geli.

"Dari sifatnya! Sifatnya aja buruk, ada waktu itu Alya mau nolongin dia di bilangnya Alya sok peduli. Terus sekarang sok sokan mau minta tolong Alya, apa-apaan tuh?! Emang abang gak curiga kalo dia ada maksud tersembunyi?! Ariel yakin dia ada maksud buruk sama Alya!" Omel Ariel lagi dan itu bertepatan dengan saudarinya yang lain lewat di antara mereka.

"Alay lebay ewh!" Ledek Riana kala mendengar omelan Ariel.

"Bacot Na! Bacot!" Ketus Ariel membuat Riana cekikikan sembari melangkah ke dapur.

Bastian cuma geleng-geleng doang memaklumi keduanya yang memang suka saling ejek.

"Kamu gak perlu khawatir, Bela gak mungkin ada maksud buruk ke Alya dan kalopun ada abang yakin Alya bisa mengatasinya sendiri karena... Alya itu kuat" Ucap Bastian meyakinkan.

Ya sampai saat ini Bastian masih belum melupakan sosok Alya yang pertama kali ia temui. Sosok gadis yang berdiri angkuh dengan seorang pria yang terduduk tak sadarkan diri di hadapannya dan bersimbah darah. Bastian masih tak bisa melupakan hal itu.

Karena itu jugalah Bastian memberikan kebebasan pada Alya karena ia tau gadis itu bisa menjaga dirinya sendiri dan kalaupun Alya tidak bisa...

Masih ada Raya.

***

Alya mengedipkan matanya beberapa kali memandang tiga orang pria yang ada di hadapannya sekarang.

"Mereka siapa? Temen kamu?" Tanya Alya pada Bela yang hanya berdiri menunduk di belakangnya.

Dan Bela hanya diam tak menjawab.

"Waw ternyata aslinya lebih cantik ya, good job Bela" Puji Elang sembari meloncat turun dari atas mesin cuci yang sudah rusak tadi.

"Kalo gini mah, pasti termasuk VVIP" Saut Erpan memperhatikan Alya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Alya mencengkram lengan kirinya merasa tak nyaman di perhatikan seperti itu, ia lalu menatap ke arah tangan Bela yang di balut perban dengan jari telunjuk yang di ikat dengan kayu lalu kembali menatap tiga pria tadi.

"Apa mereka ngebully kamu?" Tanya Alya membuat Bela tersentak menatapnya dan kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain tanpa menjawab pertanyaan Alya.

Ya dari gerak gerik Bela, Alya sudah tau jawabannya.

Jadi gadis itu benar-benar di bully? Apa Bela ingin meminta tolong untuk ini?

Alya menarik Bela kebelakangnya dan menatap tiga pria itu tajam ketika salah satu dari mereka hendak menarik Bela

"Jangan coba-coba dekati Bela" Ucap Alya memperingati.

"Pffthhahahahaha" Ketiganya tertawa kencang kala mendengar ucapan Alya membuat Alya keheranan, apa yang lucu? Kenapa mereka tertawa?

"Lucky you Bella, lo selalu di kelilingi oleh orang-orang baik tapi.... Poor you Alya karena di sekitar lo ada orang licik kayak dia" Ucap Elang menunjuk Bela dengan senyum miringnya.

"Apa maksudnya?"

"Pffthahahaha hah... Gue seneng banget sama dram-drama kayak begini. Denger Alya, lo tau kenapa lo bisa ada di sini?" Elang tak langsung menjawab dan malah balik bertanya pada Alya.

"Bela minta tolong ke gue buat ngejauhi dia dari kalian... Kan?" Jawab Alya agak ragu, entah kenapa sebuah pikiran negatif terlintas di kepalanya namun Alya berusaha menepisnya karena Bela tidak mungkin melakukan hal itu.

Elang mengangkat kepalanya ke atas dengan senyum yang sangat lebar seolah menikmati apa yang terjadi sekarang.

"Pffthh, sebenarnya kenapa kalian sangat mempercayai jalang itu?" Heran Elang kembali menunjuk Bela yang terus menunduk "Nih, denger baik-baik ya Alya... Alasan lo bisa ada di sini sekarang karena gue yang minta" Ucap Elang dengan mata melotot sedangkan Alya ia merasa detak jantungnya mulai berdetak tak karuan walau sudah sudah jelas maksud perkataan Elang entah kenapa Alya masih tak ingin mempercayainya.

"Gue nyuruh Bela buat bawa lo ke sini, ya mungkin lo pernah denger soal Kanaya. Posisi lo sekarang sama dengan tuh cewek, lo lagi di tumbalin ama si jalang ntuh. Kami butuh cewek untuk masuk ke Valcer, kami udah ngasih pilihan ke Bela dia mau bawa lo ke sini atau dia yang bakal gue kasih ke Valcer dan pilihannya... Lo tau sendirikan?" Jelas Elang di akhiri senyum lebar hingga matanya membentuk bulan sabit.

Alya jelas terkejut mendengar hal itu, genggamannya pada tangan Bela sontak terlepas dan kepalanya langsung menunduk mencerna ucapan Elang tadi.

"Jadi... Gue di manfaatin ya?" Lirih Alya bertanya dan bisa di dengar oleh semua orang yang ada di sana.

"Nah bener! Lo di manfaatin, untuk keselamatannya sendiri dia ngorbanin lo" Ucap Elang lagi semakin mengompori.

Ucapan Elang tak lagi di indahkan oleh Alya gadis itu menunduk dalam dengan mulut yang terus bungkam. Dan entah kenapa tiba-tiba saja Bela merasakan perasaan bersalah yang teramat hingga membuat dadanya sesak.

Melihat Alya yang berada di hadapannya sekarang membuat perasaan bersalah Bela semakin menjadi-jadi. Alya bahkan mencoba melindunginya tadi padahal yang sedang dalam bahaya sekarang adalah dirinya.

Dan juga mendengar penjelasan Elang tadi membuat Bela sadar betapa berdosanya dirinya saat ini. Dan selintas terdengar cacian Sean di telinganya.

Bela menarik nafas dalam lalu menghembuskannya serentak bersamaan dengan dirinya yang menarik tubuh Alya untuk mundur dan kini beralih ia yang berdiri di hadapan Alya.

"Pergi lo dari sini" Suruh Bela berbisik pada Alya yang masih menunduk.

"Eh? Apa-apaan nih, lo berubah pikiran?" Tanya Elang lebih seperti ejekan.

Bela mengangkat kepalanya angkuh membalas tatapan Elang.

"Ya, gue yang bakal nemuin Valcer. Jadi kalian lepasin Alya" Jawan Bela tegas.

Dan untuk seseorang seperti Elang, ia sangat tidak suka melihat budaknya terlihat berani padanya. Elang merasa harga dirinya tercabik-cabik, mengapa Bela berani mengangkat dagunya di hadapannya? Gadis itu harusnya menunduk dan berbicara dengan terbata-bata, kenapa ia bisa berucap tegas seperti itu? Apa Bela tidak takut lagi padanya?

"Lo tau lo di sana bakal di apainkan?" Tanya Elang dengan mata melotot dan tubuh yang agak di condongkan ke Bela untuk membuat gadis itu takut namun Bela tetap geming di posisinya.

"Tau, dan gue gak takut. Lagian gak akan ada yang bakal merasa kehilangan gue" Jawab Bela santai.

Dan jawaban Bela sayangnya tak membuat Elang senang, gigi Elang saling bergesekan marah.

"Gak, gue gak bisa ngasih orang cacat kayak lo ke mereka"

"Tangan gue bisa sembuh dan seperti yang lo bilang, kuku bisa tumbuh lagikan?" Balas Bela membuat Elang benar-benar kehabisan kata-kata.

Tidak, ia tidak terima Bela terlihat berani seperti ini kepadanya. Gadis itu harusnya ketakutan ia harusnya gemetar sekarang. Kenapa Bela biasa aja? Kenapa Bela terlihat santai sekali?

"Apa-apaan?" Perhatian mereka langsung teralih ke pada Alya yang bertanya lirih, gadis yang tadi menunduk itu langsung mengangkat kepalanya kala semua mata tertuju kepadanya dan kala itu Bela langsung tertegun melihat raut wajah Alya yang berbeda dari biasanya.

Terutama pupil mata gadis itu, apa sebelumnya pupil mata Alya memang bewarna abu-abu?

"Padahal lo sendiri yang bawa gue ke sini tapi lo mau sok jadi pahlawan? Munafik" Sarkas Alya menatap Bela sinis membuat Bela tersentak.

Elang mendadak bersemangat lagi mendengar ucapan Alya dan respon Bela "Ya! Lo benar dia munafik! Cewek muna–

" Bacot, gue gak ngomong sama lo" Ketus Alya memotong ucapan Elang, ia lalu kembali menatap Bela dan sekitarnya.

"Ngeselin... Ngeselin... Ngeselin! Ngeselin! Ngeselin!!!!" Teriak Alya terdengar sangat kesal "Kenapa hal pertama yang gue lihat itu harus bajingan-bajingan kayak kalian?! Guekan mau ketemu Rakel, udah lama gue gak muncul dan yang pertama gue liat malah sampah-sampah seperti kalian! Ngeselin!" Oceh Alya atau lebih tepatnya... Raya?

"What?! Siapa yang lo bilang sampah?!" Erpan mendekat gak terima di hina oleh Raya dan baru tiga langkah ia hendak mendekati Raya, tangan Raya terangkat ke arah  yang entah kenapa membuatnya langsung berhenti melangkah.

"Diam di sana kalo lo gak mau mati" Ancam Raya dengan tatapan yang amat dingin membuat Erpan merinding sesaat.

"Dasar sampah masyarakat! Kenapa sih setiap gue muncul ketemunya sama sampah-sampah begini, guekan mau ketemu Rakel!" Dumel Raya sembari melangkah hendak pergi meninggalkan ke empatnya yang keheranan setengah mati.

Setelah beberapa langkah Raya pergi barulah Elang tersadar dan langsung mengejar gadis itu.

Grep!

Elang menahan bahu Raya membuat gadis itu mau tak mau berhenti.

"Siapa bilang lo boleh pergi hah?!"

"Siapa bilang lo bisa pegang gue?" Tanya Raya dan belum sempat Elang menjawab ia melihat dunianya berputar seketika dan...

Brukh!

Tubuh Elang menghantam tanah.

"Lang!" Teriak Rangga dan Erpan hendak berlari mendekat namun tak jadi kala Raya memelototi mereka.

"Jangan mendekat kalo lo gak mau tangan temen lo ini patah" Ucap Raya menarik tangan Elang.

Ya Elang yang tadi posisi terbaring sehabis di banting oleh Raya kini di paksa duduk oleh gadis itu, dengan tangan kiri yang di tarik ke belakang dan tubuh yang di dorong ke depan oleh lutut Raya.

"Argh! Jangan berhenti dia ngegertak doang! Ni cewek gak mungkin berani!" Teriak Elang kepada Erpan dan Rangga membuat kedua temannya itu kembali hendak mendekat namun Raya kembali lagi bersuara.

"Ngegertak? Gue? Asal lo tau aja... Gue pernah ngebuat anak orang koma, waktu itu gue matahin kaki tangannya doang sih. Niatnya mau gue bunuh tapi pas gue mau matahin lehernya pak polisi datang duluan" Ucap Raya.

"Gak mungkin! Lo pasti bohong!" Teriak Elang sembari meringis kesakitan karena Raya yang sesekali menarik tangannya.

Raya memiringkan kepalanya dengan tatapan sok polos lalu ia tersenyum sangat manis.

"Bohong ya?" Sindir Raya sembari semakin menekan tubuh Elang dengan kakinya dan menarik tangan pria itu ke belakang.

"ARRGGHHH! STOP! STOP! LO BAKAL PATAHIN TANGAN GUE! STOP! " Teriak Elang namun Alya tak juga berhenti, tiga orang lainnya yang ada di sana hanya bisa diam mematung mereka masih bingung apakah Elang serius atau hanya berpura-pura hingga.

Krek! Tek!

Suara itu terdengar gurih membuat jantung mereka seolah berhenti berdetak.

"AAAARRRGGGHHHH!!!" Elang berteriak sangat kencang.

"OMG! Bohong aku kelewatan yah?" Ucap Raya menutup mulutnya seolah-olah terkejut setelah mendorong Elang hingga tersungkur. Di detik berikutnya Raya tertawa kecil "makan tuh bohong"

"L-lo! Dasar cewek gila!" Teriak Erpan berlari menghampiri Elang yang menggeliat kesakitan.

Mendengar hal itu Raya mendelik jijik, padahal mereka sendiri melakukan hal seperti itu ke orang lain. Pikirnya.

"Alya awas!" Teriak Bela dan saat Raya menoleh ke arah teriakan itu sosok Rangga sudah melayangkan tinjunya ke arah Raya.

"Mati lo!" Teriak Rangga namun Raya dengan mudahnya menghindari tinjunya dan berbalik menghantam dadanya dengan lutut.

Bugh!

Rangga langsung jatuh terduduk karena lutut Raya mengenai tepat ulu hatinya yang merupakan titik lemah manusia.

Alis Raya mengerut melihat kondisi tiga pria yang berserakan di depannya sekarang.

"Kalian ini... Lemah ya" Ucap Raya yang langsung menusuk hati pria-pria itu, bagaimana bisa seorang perempuan mengatai mereka lemah?! Rasanya harga diri mereka terinjak-injak.

"Gue gak mau sih mengakuinya tapi Zayan jauh lebih kuat dari kalian. Hufth, gue pikir Zayan manusia paling lemah ternyata ada yang jauh lebih lemah. Ck ck ck" Oceh Raya sembari melangkah pergi begitu saja dengan kedua tangan yang menyangga belakang kepalanya.

"A-alya!" Teriak Bela namun Raya tak kunjung berhenti ataupun menoleh.

Ya gadis itu pasti sangat marah namun jika tidak sekarang kapan lagi Bela akan mengatakannya, setelah ini Bela tidak tau apa yang akan ia alami. Jadi walaupun Alya tidak akan memedulikannya lagi Bela harus tetap mengatakannya.

"Gue minta maaf!!" Teriak Bela dan hal itu membuat Raya seketika berhenti dan menoleh. Melihat itu Bela sudah sangat gugup membayangkan seperti apa jawaban 'Alya'.

Namun sayangnya jawaban Alya jauh dari perkiraannya.

"Gue bukan Alya" Ucap Raya dengan tangan yang membentuk V di bawah bibirnya dan lidah yang menjulur.

"Apa maksudnya?" Heran Bela namun Raya tak menjawab dan kembali melangkah untuk pergi meninggalkan Bela yang keheranan, Elang dan Rangga yang kesakitan, lalu Erpan yang panik menelpon ambulance.

Benar-benar sore yang kacau.

***

"Alya!" Teriak Rakel kala melihat gadis yang ia cari sedari tadi berjalan santai di pinggir jalan memdemgar teriakan Rakel Alya menoleh cepat dan langsung berlari semangat ke arah Rakel.

"Rakel! I miss you!!!" Teriak Alya sembari meloncatkan ke arah Rakel untuk memeluk pria itu dan karena gak menduga pergerakan Alya Rakel kehilangan seimbangan membuat keduanya jatuh ke tanah.

"Akh... Jadi... Raya ya?" Gumam Rakel dan ia rasakan gadis itu mengangguk.

"Eeh?! Raya?! Ck, kenapa dia sih!" Dengus Zayan mendekat begitupun Sean dan Lyan yang ikut mendekat. Mereka lalu membantu Rakel dan Raya untuk berdiri bahkan setelah berdiri Raya kembali menempel pada Rakel dengan memeluk lengan pria itu membuat para pria itu hanya bisa menghela nafas.

Setelahnya mereka memutuskan untuk duduk sejenak di cafe tempat Dayen bekerja untuk mendengar cerita tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Alya tadi.

Dan setelah mendengar cerita Raya pria-pria itu setuju bahwa... Kelakukan Bela yang menumbalkan orang lain itu benar-benar sampah. Mereka benar-benar kehilangan respect pada gadis itu.

Namun apa Bela benar-benar pantas di salahkan di sini?




To Be Continued....

HOLAAA GUYS! HUH! Rasanya udah lama banget aku gak up, hadeh... Satu chapter ini aja mikirnya berhari-hari.

Dan kalian tau apa yang buat lama? Aku tuh lebih fokus ke konflik selanjutnya gitu dari pada yang ada sekarang huaa maapin aku yaaa😭🙏

Tapi emang tiba-tiba ku kepikiran konflik selanjutnya dan karena takut lupa aku fokus ke situ dulu, dan yang sekarang malah aku tunda-tunda. Dan juga hal yang ngebuat lama itu aku sibuk mikirin soal perkelahian Alya gitu loh, aku juga nyari referensi bela diri dari IG juga buat nyari yang pas untuk Alya gitu.

Ini bener-bener kepala aku syakit pisan...

Dan untuk chapter selanjutnya bakal slow update juga soalnya aku lagi nyiapin cerita yang pas untuk masuk ke konflik utamanya yang malah udah aku siapin dari lama :)

Emang ya berantakan banget kerjaan aku hiks TT

Yaudha enjoy reading ya guys!

Jangan lupa vote dan komen

See you in the next chapterrrr🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

160K 12.4K 23
"GILA! LEPAS!" Anessa memberontak namun cengkeraman itu semakin kencang dan membuat kesadaran Anessa kepada jalanan yang sekarang dia lewati hilang...
2.4K 275 24
Menceritakan seorang vampir arogan, tindakan seenak jidat, punya kuasa yang melindungi dari segala tuduhan negatif. Bangsawan terkenal psikopat sadi...
35.9K 6.2K 25
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk
133K 3.5K 19
TAHAP REVISI Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya publish sebanyak 12 Bab di akun @aim_Key dengan judul My Childish Boyfriend __________-----_____...