RELLAWAY

By AdineNaylaara

106K 13.1K 3K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105

Chapter 39

805 100 6
By AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙


"Yakin gak mau di anter?" Tanya Dafa lagi menaik turunkan alisnya ke gue ngebuat gue otomatis mendelik jijik.

"Gak perlu!" Dan sama kayak tadi jawaban gue tetap gak. Ya gue takut aja ntar gue di bawa ke tempat aneh-aneh lagi ama dia, enak gue jalan aja sendiri kerumah gue.

"Yaudah hati-hati ya" Ucap kak Dayen melambai yang gue balas lambaian juga sembari melangkah pergi menjauh.

"Langsung balik lo!" Teriak kak Alexa yang cuma gue balas dengan acungan jempol tanpa menoleh lagi ke belakang.

Gila aja masih jam 2 siang udah balik ke rumah, gue niatnya mau main bentar ke rumah Sean sekalian lanjut belajar bela diri sih. Udah lama juga gak latihan semenjak gue masuk rumah sakit hari itu.

Gue berjalan ke halte buat nunggu bus yang akan mengarah ke rumah Sean, ya kalo jalan kaki ke rumah Sean mati gue jadi ya gue putusin buat naik bus.

Brukh!


Gue mundur selangkah kala tubuh gue di tabrak cukup keras dari depan. Baru aja gue mau marah tapi ngeliat kondisi penabrak yang sekarang terduduk di tanah ngebuat gue mengurungkan niat gue buat marah.

"Lo gakpapa?" Tanya gue mengulurkan tangan berniat ngebantu dia.

Dia mengangkat kepalanya menatap tangan gue dan saat ngeliat mukanya gue agak kaget sih.

"Bela? Lo gakpapa?" Tanya gue lagi kala mengenali siapa tuh cewek, mendengar gue menyebut namanya dia langsung ngangkat kepalanya lebih tinggi buat liat wajah gue.

"Rakel? " Ucap Bela keliatan kaget juga waktu tatapan kami bertemu, Bela lalu menatap tangan gue yang masih terulur di depannya.

Plak

"Gue bisa berdiri sendiri!" Ketusnya menepis tangan gue.

Gue menatap tangan gue lalu menatap Bela yang kini sudah berdiri. Anjing, batin gue.

"Lo gakpapa?" Tanya gue lagi basa basi.

"Jangan sok peduli, kalo gue kenapa-kenapa emangnya lo mau apa?!" Sarkasnya ngebuat gue diam.

"Ya gak ngapa-ngapain, lagian gue bukan sok peduli cuma formalitas aja" Balas gue dingin.

"Kalo gitu gue gak butuh formalitas lo! Udah minggir lo sana!" Dengus Bela mendorong gue buat menyingkir dari jalannya dan dengan buru-buru dia melangkah untuk pergi.

Bersamaan dengan Bela yang melewati gue sekelebat ingatan di mana Sean bilang kalau Bela terlibat dengan Elang dkk kembali terlintas di kepala gue.

"Bela tunggu!" Seru gue membuat tuh cewek berhenti dan menoleh dengan ekspresi nyolot yang sangat jelas.

"Apa lagi?!"

"Lo... Masih berurusan dengan Elang, Erpan, dan Rangga?" Tanya gue dan dapat gue lihat ekspresi nyolot Bela sesaat tergantikan dengan ekspresi kaget.

"Apa peduli lo?! Jangan sok peduli ya" Ketus Bela tapi walau begitu dapat gue dengar nada gugup dari ucapannya.

Dari gerak-gerik dan cara bicaranya gue udah dapat jawabannya, dia masih berurusan dengan tiga iblis itu.

"Gue saranin lo buat menjauh dari mereka, mereka itu berbahaya"  Ucap gue serius dan sekali lagi terlihat ekspresi tertegun dari Bela tapi ya hanya sesaat.

Bela menunduk sembari mengepalkan tangannya, apa dia marah ya?

"Bacot!" Teriaknya dan langsung berlari ninggalin gue gitu aja. Dia marah beneran? Guekan bilang gitu demi kebaikan dia, lagian kalo dia dekat ama tiga setan itu gue yakin dia tau mereka gimana.

Tapi kenapa Bela tetap mau berurusan ama mereka? Apa dia suka ya ama salah satu dari mereka? Hah... Gak habis pikir gue bisa-bisa dia suka ama iblis begitu.

Tapi... Ekspresi dia tadi.

Gue kembali teringat ekspresi Bela saat menunduk tadi, gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan sorot mata yang keliatan sedih.

"Kenapa dia masang ekspresi begitu? Buat gue ngerasa gak enak aja" Gumam gue menggaruk tengkuk gue sembari kembali berjalan menuju halte.

***

Bela berlari menyusuri sebuah gang sempit yang seolah tak berujung, ia sudah sangat telat sekarang apa lagi karena kejadian tabrakan dengan Rakel tadi membuat waktunya terbuang sia-sia.

Bela semakin mempercepat langkahnya kala matanya menangkap tiga sosok pria yang ada di ujung gang itu.

"Datang juga princess" Ledek Erpan dengan tatapan malas.

"Bisa-bisanya lo ngebuat majikan lo nunggu, nantangin?" Desis Elang mendekati Bela yang masih ngos-ngosan.

"Ingat Bela, gue masih belum maafin lo soal kejadian di depan mini market itu. Walaupun gue udah buat semua ini" Elang menarik tangan Bela lalu menyingkap lengan bajunya memperlihat beberapa luka sayatan dan beberapa luka bakar yang masih basah "Rasanya nyayat leher lo aja masih belum bisa ngereda in amarah gue hari itu" Lanjut Elang melotot menyeramkan.

"Tapi... Kalo gue nyayat leher lo sekarang, semuanya bakal selesai. Gak seru kalo gitu, dan saat gue pikir apa yang seru sebuah ide terlintas di kepala gue. Bela... Jari lo cantik ya" Elang yang tadi melotot kini tersenyum sangat manis sembari menyelipkan jemarinya di antara jemari Bela lalu mengangkat tangan gadis itu di depan wajahnya.

"Lo mau ngapain? " Tanya Bela waswas.

Elang mendekati punggung tangan Bela ke bibirnya "Budak gak seharusnya punya jari secantik ini... Jadi... " Tangan kiri Elang masih terus menggenggam tangan Bela dengan tangan kanan yang kini bergerak menyentuh jari telunjuk Bela.

Jantung Bela berdegup tak karuan, ia takut, ia sangat takut sekarang.

Elang memainkan jari telunjuk Bela dengan senyum sikopat khasnya, terkadang ia memijitnya pelan, ya bagi orang asing tindakan Elang sama sekali tidak mencurigakan tapi bagi Bela ia tau Elang akan melakukan sesuatu yang jahat.

Bela menatap Erpan dan Rangga yang masih di tempat mereka dengan kekehan pelan, keduanya tidak mendekat dan Elang juga tidak memakai senjata. Lalu apa yang akan Elang lalukan pada jarinya sekarang?

Apa yang akan pria itu lak–

KREK!


"AAAAKKKHHHH!!!" Bela berteriak kencang kala jarinya di tekan Elang ke arah punggung tangannya hingga menghasilkan suara tulang yang patah.

"Hah! Hah! Sakit hiks! Hahh!! hiks!!" Bela menarik tangannya dan menggenggam erat jari telunjuknya yang kini melentik mengarah ke punggung tangannya.

Jarinya benar-benar patah...

Bela menangis sejadi-jadinya karena kesakitan sekaligus syok melihat jarinya yang kini bengkok ke belakang.

"Lebay banget" Dengus Erpan dengan tatapan datar.

"Siapa yang ngebolehin lo narik tangan lo hah?!" Amuk Elang dan seolah sepemikiran kini Rangga dan Erpan mendekat lalu menahan kedua tangan Bela memberikan keleluasaan bagi Elang untuk menyiksa gadis itu.

Bela yang tengah menangis kini menggeleng kuat kala Elang mendekatinya.

"Jangan... Jangan... Gue mohon hiks jangan... " Mohon Bela dengan tatapan memelas yang berharap di kasihani, namun Elang malah tersenyum lebar melihatnya.

Elang lalu mengeluarkan sebuah tang dari saku hoodienya membuat mata Bela membelalak sempurna.

"Jangan Lang gue mohon jangan!" Mohon Bela semakin memberontak untuk melepaskan diri kala Elang menarik tangannya dan mengarahkan tang itu ke kukunya.

"Tenang aja Bel, kuku bisa tumbuh lagi kok" Ucap Elang dengan senyum manis dan sedetik setelah ia mengatakan itu ia menyentak tang itu membuat kuku Bela ikut tertarik.

"AAKKKHHH!!!" Bela berteriak kencang lalu menangis dengan keras. Sakit, rasanya sangat sakit hingga Bela ingin pingsan detik itu juga

"Huhuhu hah... Hiks ampun... Ampun... " Tangis Bela, ia tidak sanggup lagi jika Elang ingin melanjutkan hal itu.

"Sakit?" Tanya Elang dan Bela mengangguk kuat "Baru juga dua jari, lo pengen gue berhenti?" Tanya Elang lagi dan Bela lagi-lagi mengangguk kuat.

"Kalo lo mau gue berhenti, lo harus jalanin satu tugas dulu" Ucap Elang menegapkan tubuhnya yang tadi condong ke Bela.

Elang merogoh saku hoodie nya lalu mengeluarkan sebuah kertas dan mengarahkan kertas itu kedepan wajah Bela.

"Bawa ni cewek ke gue, gue butuh dia buat masuk ke Valcer. Kalo lo gak bisa maka lo yang akan gue serahin ke Valcer, paham? " Ucap Elang.

Bela yang tadi menangis kini langsung berhenti kala melihat sosok di foto yang di sodorkan Elang.

"Alya?"



***



Sean mencengkram kedua bahu gue begitupun gue, ya sekarang gue ama dia lagi sparing. Saat gue baru tiba tadi dan gue bilang mau lanjut latihan, kita pemanasan bentar tadi lalu setelahnya Sean langsung ngajak gue sparing.

Keringat mengucur dari dahi gue, ya kalo posisinya begitu jelas Sean yang di untungin karena tenaga tu anak lebih gede dari gue. Tapi ya gue gak mau nyerah juga, gue harus ngalahin Sean.

"Hah...Ayo selesaikan ini" Ucap Sean ngebuat gue heran, apa dia nyuruh gue lepas cengkramanny–

Ah...

Entah bagaimana seketika dunia gue beputar, gue menatap Sean yang hanya memandang dingin gue dan gak lama tubuh gue membentur lantai.

Brugh!

Apa yang terjadi barusan?

Gue terdiam dengan posisi terlentang masih kaget dengan apa yang barusan terjadi. Gue di banting sama Sean, ya? Tapi gimana caranya? Kapan?

"Can you see?" Tanya Sean sembari mengulurkan tangannya ke gue.

"Gak... Gue gak liat apapun" Jawab gue.

Sean mengangguk "Gue liatin, berdiri lo sekarang" Suruh Sean yang langsung gue turutin gue berdiri dan Sean kembali mencekram bahu gue.

"Perhatikan baik-baik Rakel, saat lo di posisi ini tadi. Mungkin keliatannya kita seimbang tanpa celah sedikitpun, tapi lo harus perhatikan baik-baik. Kedua kaki lo terbuka lebar" Ucap Sean ngebuat gue langsung menunduk menatap celah kaki gue

Ah... Apa itu yang di manfaatkan Sean?!

"Saat celah terlihat gue ngelakuin ini" Kali kanan Sean menelusup masuk di antara kaki gue, dan seketika gue kembali merasakan dunia gue berputar.

Brugh!

Tubuh gue kembali tergeletak di lantai dengan Sean yang masih berdiri tegap di atas gue.

"Lo bisa lihat sekarang?" Tanya Sean lagi dan kali ini gue mengangguk.

Saat kaki Sean masuk di antara kaki gue, kaki kirinya tertekuk dan dia memutar tubuhnya se arah dengan kaki kirinya sembari mengangkat tubuh gue keatas lalu membantingnya ke bawah.

Itu... Cepat banget.

Kalo Sean gak ngejelasinnya pelan-pelan gue mungkin gak bisa nangkap apa yang dia lakukan tadi.

"Itu... Judo kan?" Tanya gue memandang Sean yang lagi menghampiri Edward.

Sean melirik gue "Lo tau banyak juga soal jenis-jenis bela diri" Ucap Sean.

Ya jelas gue tau, karena papa mengajarkan semua jenis bela diri pada Rahel dan gue... Selalu nontonin mereka latihan.

Gue menduduki tubuh gue sembari memijit pelan kepala gue, pusing juga di banting dengan tubuh yang di putar 90° begitu. Bahkan waktu ngebanting gue tadi, tubuh Sean juga beputar dengan kepala yang mengarah ke bawah dan kaki kiri di atas.

Wow... Kalo di ingat lagi keren juga.

"Kita istirahat dulu" Ucap Sean berbalik berjalan ke arah gue sedangkan Edward berjalan keluar, kayaknya sih dia ngambil minum.

"Sekarang jam berapa?" Tanya gue sembari membaringkan tubuh gue.

"Jam 4 lewat, kenapa lo mau balik?"

"Bentar lagi, gue mau istirahat bentar" Jawab gue memejamkan mata gue, sudah sejam lebih ternyata gue sparing ama Sean. Pantesan Sean langsung nyelesaiin sparing kami tadi, kayaknya dia capek. Ya gue juga capek sih.

"Oh ya Sey, tadi gue ketemu Bela" Gue langsung membuka mata gue dan langsung mengganti posisi gue jadi duduk.

"Terus?" Tanya Sean keliatan gak tertarik sama sekali.

"Ya gak ada sih, tapi kayaknya dia masih berurusan ama tiga orang itu" Jawab gue lalu termenung mengingat pertemuan gue dengan Bela tadi.

"Ya itu urusan dia" Ucap Sean dan gue cuma diam dengan pikiran yang masih memikirkan ekspresi Bela tadi. Hah, walaupun gue mau bodo amat ama dia. Tapi ekspresinya tadi ngebuat gue gak bisa abai gitu aja.

Apa lagi dia berurusan dengan tiga iblis itu, ngebuat gue semakin gak bisa bersikap bodo amat gitu aja.

"Lo mau bantu dia?" Tanya Sean ngebuat gue tersentak.

"Hah? Ah itu, entahlah. Gue gak tau apa yang dia alamin jadi gue gak bisa bertindak gitu aja, dan juga tadi kayaknya dia baik-baik aja" Jawab gue menyengir.

Sean menghela nafas "Jangan ikut campur urusan orang lain, dia masih berurusan ama tiga sampah itu karena pilihannya sendiri. Lo gak perlu ikut campur " Ucap Sean dengan tatapan dingin kayak biasanya tapi ya gue tau dia lagi serius sekarang.

"Orang kayak dia gak perlu di kasihani, gue yakin dia sekarang lagi nyariin orang lain buat gantiin posisi Kanaya" Lanjut Sean.

"Gak mungkinlah, gue yakin dia udah intropeksi diri" Ucap gue, ya gak mungkin ada orang yang ngelakuin kesalahan yang sama dua kali.

Apa lagi ke salahan Bela terakhir kali itu fatal banget, gue yakin dia udah memperbaiki diri sih.

"Rakel gak semua orang punya kesadaran kayak lo. Kadang ada orang yang memilih mengulang kesalahan yang sama karena itu menguntungkan baginya. Dan asal lo tau kesalahan Bela itu tipe kesalahan yang nguntungin, karena itu gue yakin dia pasti bakal ngelakuinnya lagi" Ucap Sean ngebuat gue bener-bener bungkam, gue gak bisa ngebantah lagi karena semua ucapan Sean itu bener.

Dan sekarang gue mulai memikirkan siapa orang yang akan di korbankan Bela kali ini? Tapi gue harap Bela gak akan ngelakuin kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Karena kalo dia ngelakuin itu, gue bener-bener bakal ilang respect ke dia.

Tapi ya entah kenapa gue yakin Bela gak akan ngelakuin hal itu. Ya dia pasti gak akan ngerugiin orang lain lagi.


***


"Alya! Bantu aku dong!" Seru Ariel membuat Alya yang sibuk dengan ponselnya beralih menatapnya.

"Bantu apa?" Tanya Alya.

"Cuci piring hehehe" Cengir Ariel membuat Alya mendengus dengan kekehan tak percaya.

"Yaudah ayo" Ucap Alya melemparkan hpnya yang masih menyala ke atas kasur lalu berlalu pergi beriringan dengan Ariel untuk mencuci piring.

Drrrt! Drrrt!

Ponsel Alya kembali bergetar kala sosok yang menjadi teman bertukar pesannya tadi kembali mengirimkan pesan berupa sebuah lokasi.

Isabela

Besok jam 4 sore di depan cafe aporia





To Be Continued...

HAAAIIIII aku up lagi guys!

Hiks! Aku terharu banget belakangan ini makin banyak yang baca dan ngevote cerita aku ini hiks. Jadi pengen update terus! Tapi sayangnya otakku gak bisa menandingi niatku hiks.

Aku pengen rajin update tapi masalahnya ada di otakku hiks! Ngerangkai katanya sulit banget padahal alurnya udah tercetak jelas di otak tapi ngejelasinnya ngerangkai syulit banget hiks. Tapi aku bakal usahain buat rajin up.

Dan juga buat kalian yang udah vote makasih banget hiks! Terlop yu lop yu deh buat kalian apa lagi yang udah ngikutin cerita aku dari awal hiksss!!!! SARANGHAE GES! SARANGHAEYO! AISITERU! DAISUKIDAYO! LOVE YOU!

Lebay banget aku, tapi ya aku gak tau lagi gimana cara ngungkapin rasa terima kasih ke kalian selain begini. Hehehe.

Yaudah jangan lupa vote dan komen

Sorry jikalau ada typo yawh, namanya juga human.

Yaudah

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER GUYS!👋😘

Ilustrasi visual Bela

° ISABELA CRISTINE °




Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 45.6K 26
Seorang atlet silat yang bertransmigrasi ke dalam Novel sebagai ketua geng motor yang terkenal pembuat onar PART TIDAK LENGKAP ❗❗ Cerita murni hasil...
92.6K 6.7K 53
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...
197K 33.4K 48
On going Bagaimana jadinya jika Andre si cowok bobrok nan playboy cap badak itu bertransmigrasi ke tubuh seorang cewek yang sudah berimage buruk di m...
64.6K 5.8K 52
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...