RELLAWAY

By AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 28

1K 113 13
By AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙

Bastian dengan sigap melesat menahan kepala Rakel sebelum kepala bocah itu menghantam tanah. Dan dari arah gerbang taman terlihat Sean, Zayan, dan Dafa berlari menghampiri mereka.

BUGH!

Tubuh Arga jatuh seketika ke tanah kala Billy entah dari mana menghantam wajahnya.

"LO NGAPAIN BANGSAT?!" Teriak Billy murka.

Namun bukannya merasa bersalah Arga malah tertawa dengan tatapan kosong.

"Hahaha, ini bukan salah gue. Ini semua kemauan dia, g-gue gak salah apa-apa hahaha" Oceh Arga ngawur.

Mendengar ocehan Arga Billy mengerutkan keningnya keheranan, ia langsung mencengkram kerah baju Arga masih dengan amarah yang meledak-ledak.

"NGOMONG APA LO BANGSAT?! INI SEMUA SALAH LO SIALAN!" Bentak Billy berteriak lalu kembali menghajar Arga. Sial! Padahal dia datang lebih dulu dari Dafa, ia sudah melihat jelas kala Arga berlari hendak menusuk Bastian. Harusnya dia bisa menghentikan Arga tapi.... Argh! Akibat kecerobohannya kini malah Rakel yang terkena serangan Arga.

Di saat Billy membabi buta menghajar Arga, Zayan, Sean, Dafa, dan Bastian kini panik karena Rakel sudah tak sadarkan diri. Wajah anak itu perlahan-lahan mulai memucat bersamaan dengan darah yang terus mengalir keluar dari tubuhnya.

"Rakel bangun Rakel! " Teriak Bastian menepuk pelan pipi Rakel namun tak ada sautan sama sekali.

"K-kita harus ngehentiin pendarahannya!" Ucap Zayan menekan luka Rakel yang tak berhentian mengeluarkan darah. Mendengar ucapan Zayan, Sean tanpa basa basi langsung membuka bajunya dan ikut menekan luka Rakel.

"G-gimana ini bisa... " Logan hanya bisa duduk lemas di tempatnya terjatuh tadi sembari memandangi tubuh Rakel yang sudah bersimbah darah. Tubuh Logan bergetar hebat, padahal baru beberapa menit lalu ia berpelukan dengan Rakel tapi sekarang anak itu sudah terbaring tak berdaya.

Ini semua karenanya, harusnya ia tak mempercayai ucapan bajingan itu begitu saja. Harusnya ia menuruti Rakel saja, dan Seharusnya sejak awal ia tidak masuk ke dunia sampah ini seperti yang Lizea bilang. Seandainya ia melakukan semua itu Rakel tidak mungkin mengalami hal ini, ini semua salahnya.

"Uhuk!" Rakel kembali batuk darah yang membuat seluruh orang di sana semakin panik.

"Dafa apa ambulance nya masih lama?!" Tanya Bastian semakin panik karena kondisi Rakel yang semakin memburuk.

"Mereka lagi di perjalanan" Jawab Dafa, pria itu hanya berdiri menatap Rakel dengan tatapan tak percaya. Dari awal Dafa tau kalau Rakel itu memiliki nyali yang besar, tapi ia tak menyangka Rakel akan segila ini.

"Goblok, tolol, bego, kampret...sebenarnya apa yang lo lakuin sialan. Kenapa lo gak lari aja bangsat" Umpat Sean matanya terlihat memerah menahan tangis dengan tangan yang terus menekan luka Rakel, sedangkan Zayan anak itu sudah menangis duluan.

Air mata Zayan tak henti-hentinya keluar meskipun anak itu sudah berkali-kali menyekanya dan menghapusnya air matanya tetap aja turun. Akhirnya Zayan berhenti menyeka air matanya dan melepaskan tangisnya sehingga taman itu kini di isi oleh isakan tangis Zayan.

Brrrmm! Brrrmm!!

Suara deru motor membuat jantung Dafa, Bastian, dan Billy terasa berhenti berdetak. Suara deru motor ini mereka sangat mengenalinya, ini adalah suara motornya...

"Rahel... " Lirih ke tiganya serentak, saat mereka menoleh ke pintu taman Rakel sudah ada di sana mematikan motornya dan bersiap untuk turun.

Dari Rahel mematikan motornya tatapannya sudah terpaku pada sosok yang terbaring dengan di kelilingi banyak orang di pangkuan Bastian. Bahkan sampai Rahel turun dari motornya ia tak mengalihkan seincipun tatapannya.

Rahel berjalan perlahan mendekati Bastian dan semakin dekat semakin jelas pula ia melihat sosok yang kini terkulai lemas di tanah itu.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Rahel masih dengan tatapan yang terfokus pada Rakel.

"Rahel gue-" Bastian menelan kata-katanya dan menunduk sembari menggigit bibir bawahnya, ia malu untuk sekedar menatap Rahel setelah apa yang ia perbuat pada adik sahabatnya itu, apa mungkin Bastian masih bisa berbicara pada Rahel?

Melihat Rahel yang mendekat Zayan inisiatif berdiri memberikan tempat untuk pria itu. Dan usai Zayan berdiri Rakel berjongkok di tempat Zayan sebelumnya dengan mata yang tak lepas dari Rakel.

"Rakel...lo ngapain tiduran di sini? " Tanya Rahel tersenyum sembari mengelus rambut Rakel dengan nada bicara yang sangat lembut. Mendengar ucapan Rahel seluruh orang yang ada di sana tertegun, sudah jelas tubuh Rakel mengeluarkan darah tapi kenapa Rahel bertanya seperti itu?

"Bang, Rakel dia-" Zayan hendak bersuara namun mulutnya di tutup oleh Dafa yang berdiri di belakangnya. Zayan mendongak menatap Dafa dan tanpa melihatnya Dafa menggeleng pelan dengan tatapan lurus pada Rahel dan Rakel.

"Ini juga kenapa muka lo kotor begini?" Tanya Rahel lagi mengelap darah yang ada di bibir Rakel.

"Lo ngapain sih?" Tanya Rahel lagi kali ini suaranya terdengar bergetar, tangan yang menyentuh wajah Rakel terkepal kuat. Bahkan rahang Rahel terlihat jelas megeras, siapapun tau Rahel saat ini tengah sangat marah tapi pria itu terlihat menahannya. Rahel menunduk aura di sekitarnya terlihat menggelap.
Rahel lalu menarik tubuh Rakel kedekapannya.

"Kel... Kita kerumah sakit ya... " Ucap Rahel lagi menggendong tubuh Rakel, dan saat ia mengangkat tubuh adiknya itu kepala dan tangan Rakel terkulai lemas layaknya orang yang sudah tak bernyawa. Tangan Rahel yang menyentuh tubuh Rakel mengeratkan pegangannya, seolah takut adiknya itu akan jatuh dari gendongannya karena tubuh Rakel yang sangat-sangat lemas sekarang. Rasanya Rakel seperti bisa jatuh kapan saja.

Namun walau begitu Rahel tetap mempertahankan ekspresinya seperti biasa, tanpa ada yang sadar bahwa tangannya kini bergetar hebat.

Rahel berjalan begitu saja hendak meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sana.

"Rahel lo mau kemana? Sekarang ambulance lagi menuju ke sin-" Dafa berhenti bicara kala Rahel melirik tajam dirinya.

"Menjelang ambulance datang lo pikir adik gue masih bisa di selamatkan?" Desis Rahel tak dapat di bantah oleh Dafa. Setelah mengatakan itu Rahel kembali melanjutkan langkahnya namun lagi-lagi ia di hentikan oleh seseorang, Rahel melirik bahunya yang di tahan lalu melirik sang pemilik tangan ini.

"Apa lagi?"

"Gue yang bawa motornya ya" Ujar Bastian dengan ekspresi serius.

Rahel menelan ludahnya sejenak lalu mengangguk "Hm...Tolong gue,Bas..." Lirih Rahel sembari melanjutkan lagi langkahnya untuk ke motornya dan pergi ke rumah sakit.

Bastian mengangguk tegas dan berjalan mengikuti Rahel.

Setelah melihat Rahel dan Bastian yang berjalan semakin menjauh Billy dan Dafa saling bersitatap lalu mengangguk.

"Panggil seluruh anggota Hellura, kita kerumah sakit sekarang!" Teriak Dafa berjalan pergi memgikuti Bastian dan Rahel.

Billy tanpa basa-basi langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seluruh anggota Hellura melalui grup chat mereka.

"Lo berdua mau ke rumah sakitkan? Ayo" Ucap Billy kepada Sean dan Zayan. Dan setelahnya mereka bertiga pergi mengikuti Billy, posisinya sama seperti tadi. Zayan bersama Dafa dan Sean bersama Billy.

Lalu bagaimana dengan Logan? Ya tidak ada yang peduli dengan Logan, semuanya memilih mengabaikannya untuk saat ini karena keselamatan Rakel jauh lebih utama. Logan bisa mereka urus nanti, lau pula jika Logan memang merasa bersalah ia pasti tau apa yang harus ia perbuat saat ini karena orang yang melukai Rakel kini masih terbaring tak sadarkan diri di sana usai di hajar oleh Billy. Logan pasti tau apa yang harus ia lakukan...

Saat di perjalan ke rumah sakit, setiap mereka melewati gang, persimpangan, dan lorong terlihat beberapa orang bermotor mengikuti mereka dari belakang yang sudah jelas orang-orang itu adalah Hellura. Zayan berdecak kagum saat menoleh ke belakang terlihat ramai orang bermotor mengiring mereka. Inikah yang namanya Hellura? Pikir Zayan.

Dan saat sibuk memperhatikan orang-orang itu perhatian Zayan terebut oleh motor yang tiba-tiba mendekati motornya dan Dafa.

"Lyan!" Teriak Zayan menyerukan nama sang pengendara motor itu. Iya, orang yang baru datang itu adalah Lyan.

"What happened?!" Teriak Lyan bertanya.

"Itu Rakel... " Zayan tak dapat mengatakan apa yang terjadi, karena nafasnya mendadak sesak saat ingin bersuara.

"Kita bahas ini nanti" Saut Sean yang saat ini tengah di bonceng oleh Billy. Lyan mengangguk paham dan ketiga motor itu semakin mempercepat laju motor mereka kala melihat Bastian semakin jauh di depan.

Sedangkan Rahel selama perjalanan ia hanya menatap wajah Rakel yang semakin pucat. Salah satu tangannya berada di luka Rakel untuk menekan luka anak itu yang di baluti baju Sean tadi.

Melihat Rakel yang berada di pelukannya membuat Rahel tiba-tiba saja teringat akan kenangan-kenangan masa lalunya dengan anak ini.

Dari mulai Rakel di lahirkan sampai anak itu bisa berbicara.

Jika di ingat lagi...Awalnya Rahel tidak tertarik dengan kehadiran Rakel, bahkan saat ibunya menyerukan bahwa ia akan memiliki adik ia benar-benar tidak peduli. Sampai Rakel lahirpun Rahel sama sekali tidak tertarik pada adiknya itu.

Ia hanya berpikir kenapa ayahnya yang gila kekuatan menghadirkan makhluk lemah seperti Rakel yang bergerak saja harus di gendong dulu. Rahel tidak memahami hal itu.

Bahkan sampai Rakel menginjak usia satu tahun Rahel tak pernah sekalipun menengok atau sekedar memikirkan sang adik, ia memang sebegitu tak pedulinya dengan kehadiran Rakel. Hingga terjadi sebuah insiden di mana mereka sekeluarga tiba-tiba di serang ketika sedang dinner di sebuah restoran mewah.

Rahel dan Rakel kala itu di sembunyikan di satu tempat yang sama, sedangkan kedua orang tuanya pergi keluar untuk menghabisi sang penyerang.

Selama bersembunyi Rahel selalu menjaga jarak dari Rakel yang saat itu berjalan satu dua langkah saja susah hingga mengharuskan bayi itu merangkak.

Di tengah kericuhan yang terjadi di luar dan keheningan di dalam ruangan itu, Rahel di kagetkan oleh Rakel yang tiba-tiba saja merangkak ke pangkuannya dan memeluk erat tubuhnya. Rahel tidak sadar bahwa sedari tadi bayi itu gemetar ketakutan.

Untuk pertama kalinya saat itu Rahel memperhatikan dengan seksama wajah sang adik. Lucu adalah kata pertama yang terlintas di pikiran Rahel saat itu, dan mungkin karena insting seorang kakak Rahel memeluk tubuh mungil Rakel untuk menyalurkan perasaan aman ke bayi itu. Dan benar saja saat ia memeluk Rakel tubuh Rakel berhenti bergetar, bayi itu malah menyamankan posisinya di pelukan Rahel dan tak lama jatuh tertidur.

Sejak saat itulah, Rahel bertekad untuk melindungi adiknya yang kecil, lucu, dan lemah. Rahel bersumpah pada dirinya sendiri untuk menjamin Rakel hidup bahagia dan selalu aman.

Tapi apa yang telah ia lakukan sekarang? Ini bukan pertama kalinya ia gagal menjaga Rakel, adiknya kini kembali hendak bertemu maut. Kenapa ia begitu tidak becus sebagai seorang kakak?

Kenapa Rakel terus bertemu bahaya? Apakah ini salahnya? Apa ia telah gagal sebagai seorang kakak?

Rahel mengeratkan pelukannya pada Rakel.

"Gue mohon jangan tinggalin gue Kel... " Gumam Rahel dengan suara bergetar. Ia benar-benar takut sekarang, bagaimana jika Rakel meninggalkannya? Bagaimana ia bisa hidup setelahnya? Rahel takut... Ia sangat takut.

***

Sekarang anggota inti Hellura beserta Zayan dan Sean duduk di depan ruang operasi menunggu Rakel yang kini tengah berjuang di dalam sana. Dokter bilang luka tusukan Rakel lumayan dalam dan pendarahannya lumayan banyak sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tap! Tap! Tap!

Perhatian tujuh pria itu teralihkan kala mendengar suara langkah kaki yang mendekat, saat mereka menoleh terlihat tiga orang perempuan yang datang dengan tergesa-gesa. Mereka adalah Alya, Lizea, dan Alexa.

Alexa menghampiri Zayan dan...

Jtak!

"Main apaan lo sampe begini hah?!" Marah Alexa dan tak seperti biasanya di mana Zayan akan balik marah jika di kdrtin kakaknya, kali ini Zayan hanya menunduk dalam. Bahkan yang membuat Alexa semakin tak percaya adalah saat adiknya meminta maaf kepadanya.

"Maaf... " Lirih Zayan dengan suara parau.

"Lo!"

Jtak!

Alexa kembali menjitak Zayan "Makanya jangan aneh-aneh!" Mara Alexa lagi dan saat itulah Zayan kembali seperti biasanya anak itu menyentuh pucuk kepalanya yang terasa nyeri karena di jitak dua kali oleh Alexa.

Zayan menatap Alexa dengan mata berkaca-kaca dan sorot tak terima "Sakit tau! Hiks!" Ringis Zayan sembari terisak kecil. Alexa mendengus lalu berdiri di samping Zayan yang terduduk dan merangkul leher adiknya itu sembari menyenderkan tubuhnya di dinding.

Awalnya ya rangkulan kasar tapi semakin lama, Zayan merasakan tangan lembut kakaknya itu mengelus rambutnya membuat tangis Zayan kembali pecah.

Zayan memeluk tubuh Alexa dari samping, dan menangis sesenggukan dalam pelukan sang kakak.

"Rakel Kak, Rakel... Hiks" Isak Zayan mengadu ke Alexa yang tak berhenti mengelus rambutnya.

Sedangkan Alya anak itu juga menangis di pelukan Lizea yang hanya diam, ia tak tau harus bereaksi apa. Ya awalnya ia cukup terkejut mengetahui kondisi Rakel, tapi ia tak cukup dekat dengan anak itu sampai harus menangisinya. Ketimbang Rakel ada hal yang membuat Lizea lebih terkejut, yaitu sosok bocah berambut putih yang berjongkok di lantai dengan tatapan lurus padanya.

'Will?!'-Batin Lizea terkejut.

Satu jam sudah berlalu tapi operasi masih berlanjut di dalam sana. Beberapa anggota Hellura yang ada di luar juga sebagian pulang setelah di suruh Billy untuk pulang, Zayan dan Alya sendiri sudah tertidur pulas usai menangis, menyisakan Rahel, Bastian, Dafa, Billy, Sean, Lyan, dan Alexa yang masih terjaga menunggu operasi selesai.

Lizea? Anak itu sudah pulang setelah setengah jam berada di sana. Ya hanya karena orang yang tak ia kenal dekat Lizea tak bisa mengorbankan waktu belajarnya jadi ia pulang duluan.

"Lo bilang Bastian ada di gang. Tapi kenapa gue malah ketemu mereka di playground?" Tanya Sean membuka pembicaraan dengan Lyan, ya posisinya saat ini mereka misah dari para orang dewasa dan duduk di dekat Alya dan Zayan yang sudah tertidur.

"Lo udah rencanain semua ini, hah?" Tanya Sean lagi walau nada bicaranya datar. Lyan dapat mengetahui tersirat kemarahan dari suara anak itu.

Lyan mengangkat bahunya singkat "Gue cuma mau menguji Rakel, tapi untuk masalah Logan dan lima petinggi Twoll gue gak tau apapun. Gue juga kaget waktu sadar Shion gak ada di markasnya waktu itu" Ucap Lyan, Sean memandangnya lama mencari kebohongan dari tatapan Lyan tapi tak terlihat kebohongan maupun kejujuran dari anak itu.

Sean berdecak "Omong kosong" Dengusnya.

Lyan mengalihkan tatapan ke arah lain "Terserahlah" Dengusnya dan setelahnya mereka berdua kembali diam-diaman. Ya sejak awal Sean tak berniat berteman dengan Lyan begitupun sebaliknya, mereka mau berada di tim yang sama itu hanya untuk Rakel. Ya hanya itu saja alasan mereka mau bekerja sama.

Sekarang kembali lagi pada Rahel, pria itu hanya duduk termenung sendirian. Billy dan Dafa kini sedang berdiskusi di ujung lorong, Alexa gadis itu sibuk memainkan ponselnya di dekat colokan untuk mencharger. Sedangkan Bastian pria itu pergi untuk membeli makanan

"Hel makan dulu" Ujar Bastian yang ternyata sudah kembali, Rahel menatap roti yang di sodorkan Bastian dengan tatapan kosong lalu ia menggeleng pelan.

"Gak, makasih" Tolak Rahel.

Bastian menghela nafas "Hel, gue tau lo gak makan dari tadi siang. Seenggaknya lo makan sekarang, biarpun cuma roti" Bujuk Bastian lagi, dan Rahel hanya diam tak mengindahkannya.

"Hel... " Bujuk Bastian lagi tapi Rahel tetap mengabaikannya.

Tanpa kedua pria itu sadari, Alexa memperhatikan mereka sejak Bastian mengajak Rahel berbicara. Alexa mendengus sebal, ia tau tak seharusnya ia ikut campur. Tapi, Alexa tidak bisa diam saja. Apa lagi, ia mengenal Rahel.

Alexa berdiri dan menghampiri Bastian yang masih membujuk Rahel untuk makan, lalu tanpa berbicara sepatah katapun Alexa merebut roti di tangan Bastian membuka bungkusnya lalu mencengkram rahang Rahel dan memaksakan roti itu masuk ke mulutnya.

Semua orang yang ada di sana melotot, bahkan Billy dan Dafa yang berdiskusi di ujung lorong langsung berlari mendekat kala melihat aksi Alexa.

"Makan! Gak lucu kalo lo mati gara-gara kelaparan! Adek lo juga gak akan senang kalo tau lo mogok makan karena dia, sekarang lo makan! Makan! "

"Apa-apaan?! Woi cewek gila lepasin Rahel!" Teriak Billy hendak maju menghentikan kelakuan Alexa namun bahunya di tahan oleh Dafa.

"Dokter gak bilang kalo dia bakal matikan?! Terus kenapa lo bertingkah kayak dunia bakal kiamat begini?! Dia masih bisa selamat tolol! Jadi, Lo harus tetap makan! Kalo nggak untuk diri lo seenggaknya untuk Rakel, nanti kalo dio udah di operasi siapa yang bakal ngerawat dia kalo lo lemes begini?! Kalian cuma punya satu sama lain! Karena itu lo harus makan biar punya tenaga ngerawat dia nantinya! Terakhir kali dia ke sini juga lo gak makan seharian karena nunggu dia sadarkan?! sekarang lo juga gak mau makan hah?! Jangan jadi tolol! Adek lo pasti selamat jadi lo harus tetap sehat sampe dia keluar dari sana, goblok!" Omel Alexa memaksakan roti bulat itu memasuki mulut Rahel, membuat Rahel mau tak mau mengunyahnya. Bahkan air mata Rahel sampai turun entah karena aksi kasar Alexa atau karena hal lain gak ada yang tau. Rahel hanya terus menangis sampai terisak sembari mengunyah roti di mulutnya.

Alexa melepaskan cengkramannya pada pipi Rahel lalu menatap Bastian, Dafa, dan Billy bergantian.

"Udahkan? Gini caranya, di bujuk-bujuk sampai gue jadi presiden pun dia gak akan mau makan! Tolol! Cowok kok lembek!" Dengus Alexa melangkah kembali ke tempat duduknya semula dengan ekspresi dongkol.

Semua pria di ruangan itu terdiam saling bertatapan satu sama lain.

"Pffth!" Semuanya sontak menatap Sean yang kini menutup mulutnya untuk menahan tawa. Dan tak lama suara tawa tertahan juga keluar dari Dafa dan Billy. Sedangkan Bastian dan Lyan hanya tersenyum tipis.

Ah,..di tengah ketegangan operasi Rakel ternyata ada juga kejadian yang sedikit mencairkan suasana seperti ini.

Rahel yang sudah menelan roti di mulutnya dengan susah payah melirik Alexa yang duduk di sebrang sana dengan mata yang masih mengeluarkan air mata. Kala Rahel meliriknya Alexa ternyata juga sedang memperhatikannya.

"Cih!" Decih Alexa kembali fokus ke hpnya sedangkan Rahel langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Bas, air" Ujar Rahel dan Bastian dengan senang hati langsung memberikan Rahel air. Ah, walau agak barbar sejujurnya Bastian sedikit berterima kasih pada Alexa. Tak hanya Bastian seluruh orang di ruangan itu sangat berterima kasih padanya begitupun Rahel.

Rahel sangat berterima kasih pada Alexa karena gadis itu berhasil mengembalikan kewarasannya yang sempat hilang. Walaupun cara yang di gunakan gadis itu sedikit menyakitinya tapi Rahel bersyukur Alexa tidak menamparnya juga.

Setelah dua jam berada di ruang operasi dokter yang bertanggung jawab atas Rakel keluar dari ruang itu yang langsung mendapati serbuan dari Rahel dan lainnya.

"Dokter gimana keadaan adik saya?!" Tanya Rahel khawatir.

"Ah jadi anda keluarga pasien, baiklah saya akan menjelaskan kondisi pasien. Begini... Keadaan pasien masih belum stabil tetapi operasinya berjalan lancar. Luka pada perutnya memang dalam tapi beruntunglah tidak sampai mengenai titik vitalnya, yang menjadi masalah adalah pasien kehabisan banyak darah dan kemungkinan dalam beberapa waktu ini pasien tidak akan sadarkan diri. Tapi tenang saja, pasien sudah melewati masa kritisnya" Jelas dokter itu di akhiri senyuman.

Rahel tertegun, sudut bibirnya perlahan-lahan tertarik ke atas.

GREP!

Tubuh Rahel terhuyung kala Billy memeluknya dari samping, di ikuti Dafa dan Bastian yang juga memeluknya.

"YAASSS!" Teriak mereka kegirangan.

"Tapi bisakah keluarga pasien ikut dengan saya? Ada beberapa hal yang harus saya jelaskan tentang kondisi pasien saat ini pada anda" Ucap sang dokter menyela kesenangan Rahel dan teman-temannya.

Rahel mengangguk cepat dan tanpa basa basi langsung mengikuti dokter itu untuk keruangannya.

"Tuh bocah kayaknya di tabrak trukpun gak akan mati" Dengus Dafa yang langsung mendapati sikutan dari Bastian.

"Jangan ngomong sembarangan" Marah Bastian di balas cengiran oleh Dafa.

"Cih, tapi gue tetap gak suka sama dia ya" Decih Billy bersedekap dada.

Dafa mendelik "Tadi yang teriak paling kencang siapa?"

"Bu-bukan gue!"

"Alah! Jelas-jelas elu" Ledek Dafa sedangkan Bastian hanya bisa menghela nafas.

Krieet!

Suara besi berdenyit kala Sean menyandarkan tubuhnya di kepala kursi, Sean lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangannya kala perasaan waswas yang menghantuinya sejak tadi hilang seketika.

"Lo hidup... Lo masih hidup... " Gumam Sean merasa sangat amat lega, jujur saja sejak kematian Jerry Sean agak takut hal yang sama akan terjadi lagi pada orang terdekatnya. Tapi syukurlah, syukurlah Rakel selamat.

Setelah kejadian ini Sean bersumpah tidak akan meninggalkan anak itu sendirian lagi, Sean akan selalu berada di sisi Rakel sampai tujuan Rakel terwujud. Sean bersumpah.

Grep!

"SEAANN!!!! HUWAAAA RAKEL SELAMAT!! HUWAAAA!!! GUE SENENG BANGET!!!" Teriak Zayan memeluk tubuh Sean dari samping, ya Zayan terbangun saat Rahel dan teman-temannya teriak tadi. Dan saat bangun Zayan sudah dapat menebak apa yang terjadi.

"Lepasin gue!" Marah Sean mendorong Zayan namun bukannya lepas anak itu malah makin lengket. Dan di saat Sean sibuk mencoba melepaskan pelukan Zayan ia kembali mendapati pelukan dari arah lainnya dan itu dari Alya.

"Hiks... Aku bersyukur Rakel selamat dan kalian gak kenapa-kenapa hiks!" Isak Alya menangis. Jika sudah begini ya Sean hanya bisa pasrah. Baru saja Sean ingin membalas pelukan dari kedua orang itu, ia langsung mengurungkan niatnya kala Zayan bersuara.

"Lyan ayo sini pelukan juga!" Ajak Zayan merentang tangannya ke Lyan, Lyan tersentak kaget begitupun Sean. Keduanya saling bersitatap dan saat bisa mencerna ucapan Zayan Sean langsung mendorong Zayan beserta Alya menjauh darinya.

"Najis anjing!" Teriak Sean berdiri dan melangkah pergi sembari menghentak-hentakan kakinya.

"Apaan sih?! Perasaan tadi gak masalah!" Dengus Zayan mengelus pinggangnya yang sakit akibat dorongan Sean. Begitupun Alya gadis itu hanya bisa meringis tak berani untuk menggerutui Sean.

"Jelas masalah! Kalian bertiga cowok mau pelukan ama satu cewek hah?!" Marah Alexa menjewer telinga Zayan yang membuat anak itu langsung meringis kesakitan.

"Lepas kak! Akh sakit! Baru tadi baik sekarang balik lagi demitnya!" Dumel Zayan membuat Alexa menguatkan jewerannya.

"AKH! Ah iya! Iya! Sakit kak maap! Lepasin tolong lepasin!!!" Teriak Zayan namun bukannya berhenti Alexa yang tadi menjewer Zayan dengan jarinya kini beralih menggunakan kukunya.

"AAAAAKKKKHHHHH!!!!!"

***

Sedangkan di tempat lain Logan terduduk lemas di atas ayunan, tangannya sudah kotor oleh noda darah dan di sekelilingnya 500 anggota Twoll sudah terbaring tak sadarkan diri. Tadi ia memang memanggik mereka untuk berkumpul di sini, dan saat semuanya berkumpul Logan menyerang mereka dengan membabi buta.

Logan menundukkan kepalanya sembari menghembuskan nafas panjang, ia menggenggam tangannya sendiri. Ingatannya kembali ke saat Rakel tertusuk tadi.

"Apa yang udah gue lakuin?" Gumam Logan mengepalkan tangannya.

"Ah... Gak ada yang matikan?" Logan sontak mengangkat kepalanya kala mendengar suara Lizea, dan benar saja saat ia mengangkat kepalanya ia menemukan Lizea yang berjalan mendekatinya sembari menghindari beberapa tubuh yang berserakan di seisi taman.

"Z-zea... " Melihat sosok Lizea Logan tanpa basa basi langsung berlari dan menerjang tubuh Lizea dengan pelukan.

"Sukurlah, sukurlah lo baik-baik aja Zea. Sukurlah... " Racau Logan memeluk Lizea dengan sangat erat.

Tangan Lizea terangkat mengelus punggung Logan "Gue gak kenapa-kenapa. Gue baik-baik aja... " Ucap Lizea mencoba menenangkan Logan.

"Hiks... Zea... Rakel terluka karena gue...ini semua salah gue" Ujar Logan menangis, Lizea masih mengelus punggung Logan sembari menggeleng.

"Gue gak tau apa yang terjadi, tapi gue yakin yang terjadi pada Rakel bukan salah lo" Ujar Lizea membuat Logan tambah menangis.

"Zea..Gue udah buat keputusan...Gue...bakal Keluar dari The kingdom" Ucapan Logan membuat elusan Lizea terhenti, tubuh Lizea seakan membeku.

"Lo serius?" Tanya Lizea dan Logan mengangguk dalam pelukannya, Lizea lalu mendorong tubuh Logan untuk melepaskan pelukan mereka dan mencengkram kedua bahu Logan.

"Tapi bukannya untuk keluar dari The kingdom itu lo harus... " Lizea tak melanjutkan ucapannya saking tak percayanya dengan apa yang ia dengar.

Loga mengangguk tegas "Iya, gue harus di penjara"

To Be Continued...

HOLAAAA!!! Im back guys! Hehehe, nah mungkin aku bakal up satu chapter lagi sebelum hiatus sejenak guys :>
Gak lama kok, cuma selama ujian ini aku bakal hiatus gess. Mohon pengertiannya ya, soalnya aku takut gak fokus belajar kalo ujian sambil ngetik ini. Ini aja selama beberapa hari aku selalu kepikiran Rellaway, dan selalu pengen up terus. Hiks, jadi aku putusin buat hiatus sejenak karena ini ujian kenaikan kelas guys. Aku minta maaf yaa😭🙏🙏

Jujur aja aku juga senang bisa ngetik cerita ini, tapi aku juga gak bisa lupain status aku sebagai pelajar :) hiks padahal aku lagi semangat-semangatnya ngetik ini. Tapi dengan terpaksa aku harus hiatus bentar. Aku harap kalian ngerti ya. 😉😚

See you in the next chapter.

Dont forget vote and comment😘

LUV YUU!!!❤❤❤














Continue Reading

You'll Also Like

45.4K 3.8K 34
Zee seorang anak ke 4 dari 5 bersaudara, ia dibenci oleh tiga kakaknya karena kesalahan pahaman, tetapi berbeda dengan adiknya, adiknya percaya kalau...
2.4K 302 56
Firmi bukanlah murid biasa. Tak ada yang tahu siapa dia, bahkan dirinya sendiri pun tak tahu. Namun, kedatangannya ke Sma Bukit Cahaya membawa badai...
97.9K 7K 54
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...
67.3K 5.9K 52
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...