120. Huan-ge Bermain Bajingan

911 115 117
                                    

PERINGATAN NSFW!!!

Tidak perlu waktu lama bagi Jiang Cheng untuk memutuskan apakah dirinya akan menolong rubah kesayangannya atau tidak, bah! Tentu saja dia akan setuju untuk menyelamatkan Lan XiChen!

Bukannya hendak mengatakan bahwa Tuan Yun Shi bodoh dengan menanyakan pertanyaan seperti sebelumnya, hanya saja bagi Jiang Cheng Lan XiChen telah menjadi yang utama, bahkan jika ia harus melepaskan Sekte Jiang...mungkin Jiang Cheng akan benar-benar melakukannya. Abaikan sejenak mengenai konsekuensi dan janji macam apa yang harus ia terima serta tepati setelah semua tugasnya selesai, Jiang Cheng hanya akan memikirkan Lan XiChen untuk sekarang.

Baru kemarin saat Jiang Cheng akhirnya mengetahui tindakan apa yang harus ia lakukan, setidaknya untuk membuat Lan XiChen nya tetap hidup dan sehat. Dan hari ini ia telah selesai berbicara dengan Lan Qiren mengenai metode apa yang ia miliki, walaupun pada awalnya Jiang Cheng benar-benar tidak yakin jika Lan Qiren akan memberinya izin, Jiang Cheng lebih dikejutkan karena pak tua itu menyetujui permintaannya dengan mudah.

Entah perasaan macam apa yang harus dirasakan oleh Jiang Cheng saat ini, senang? Bisakah ia senang saat ia tahu bahwa dirinya akan segera menemui seekor rubah kesayangannya yang sedang sekarat? Khawatir? Astaga, dia tidak pernah bisa merasa khawatir lebih daripada saat ini. Namun, diatas itu semua, sebuah keraguan muncul. Bukan karena Jiang Cheng tidak bersedia memberikan dirinya pada Lan XiChen, bukan. Melainkan...bisakah ia benar-benar mengembalikan hutang budinya pada Lan XiChen dengan cara ini?

Begitu banyak pemikiran yang melintas di benak Jiang Cheng, membuat kakinya tanpa sadar telah membawa Jiang Cheng menuju pintu masuk Hanshi yang tertutup rapat. Sejenak, Jiang Cheng hanya berdiri diam tanpa melakukan apapun, bahkan tidak ada satupun helaan napas yang terdengar darinya.

Tatapan matanya kosong dan dipenuhi oleh kerinduan, namun tetap saja di dalam hatinya Jiang Cheng mencaci maki dirinya sendiri, tentang betapa tidak tahu malunya ia karena masih berani memiliki perasaan menjijikkan ini untuk Lan XiChen. Tangan kanan Jiang Cheng terangkat, entah apakah ia hendak mengetuk atau langsung menerobos masuk. Yah, jika itu mengikuti tabiatnya selama ini tentu saja Jiang Cheng hanya akan mengetuk sekali dan menerobos masuk di detik selanjutnya.

Namun dengan suasana asri dan tenang di Hanshi, kesunyian yang membuat seseorang bisa mendengar suara gemericik air terjun yang menenangkan, kicauan burung di pagi hari, matahari yang tidak terlalu terik atau mendung. Siapa saja sepertinya akan mematung untuk sesaat, menikmati setiap keindahan yang bisa mereka rasakan.

Jiang Cheng yang dalam hidupnya telah lama mengabaikan keindahan seperti musik dan sastra, lukisan serta puisi-puisi ternama lainnya, mulai menelan ludah dan memandangi sekitarnya. Seharusnya semua kejadian buruk itu tidak pernah terjadi, seandainya...ah lagi-lagi Jiang Cheng mulai mengandai-andai, sudahlah dia tidak punya waktu pagi.

Tanpa berpikir lebih banyak lagi Jiang Cheng mendorong pintu masuk dan melangkahkan kakinya di dalam Hanshi, itu hanya satu langkah sebelum Jiang Cheng dikejutkan oleh sosok laki-laki kurus dengan pakaian berantakan, terbaring tak sadarkan diri di lantai yang berdebu.

Jiang Cheng tidak tahu apakah dia akan mulai jatuh karena lemas atau melompat panik, namun pada akhirnya ia menyeret kakinya dengan lemah menuju tubuh lemah itu. Berlutut dilantai yang dingin saja bisa membuat Jiang Cheng bergetar kedinginan, apalagi pria ini sepenuhnya berbaring.

Meski Jiang Cheng tengah dipenuhi oleh kebingungan, ia tetap menarik tubuh Lan XiChen agar bangkit dari tempatnya berbaring sebelumnya. Bagian depan jubah dalam Lan XiChen bernodakan debu hingga kecoklatan, entah sudah berapa lama orang ini berbaring di sana. Seluruh tubuh Lan XiChen dingin seperti mayat, mungkin akibat terkena angin yang berhembus dari jendela. Hanya ketika Jiang Cheng telah mencapai titik paling panik karena takut sesuatu terjadi pada Lan XiChen, bajingan itu membuka kedua matanya.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now