109. "Bawa Zidian bersamamu."

567 107 90
                                    

Tidak mungkin Jiang Cheng tidak mendengar kata-kata Lan Wangji barusan, dia berkata, "Jangan khawatir. Aku juga bersalah sebelumnya." Entah apa Jiang Cheng harus mulai bersyukur atau memaki pria itu dalam hatinya.

Jiang Cheng membuang muka, bahunya yang bidang bergetar pelan saat angin dingin kembali bertiup dari arah pintu yang terbuka. Mungkin Lan Wangji kini benar-benar merasa bersalah, maka dari itu ia memperlakukan Jiang Cheng dengan baik. Menarik selimut di pangkuan Jiang Cheng dan menyelimuti bagian atas tubuhnya.

Bibir Jiang Cheng sudah terbuka untuk mengeluarkan sedikit bentakan, tapi Lan Wangji sudah berpaling dan berjalan menuju ambang pintu dan menutup pintu kamarnya untuk menghalangi angin yang masuk.

Jiang Cheng sontak teringat pada Lan XiChen. Ah... lagi-lagi Lan XiChen nya, sepertinya Jiang Cheng telah terikat sampai mati oleh orang itu. Persetan jika Lan XiChen telah menolaknya, membuat hatinya terombang-ambing dan akhirnya tenggelam dalam badai yang tiada akhir. Persetan dengan seberapa sakit hatinya dan seberapa besar Jiang Cheng membenci dirinya sendiri karena telah jatuh cinta pada seorang bajingan tidak tahu malu bernama Lan XiChen itu.

Karena setelah semua itu, Jiang Cheng tetap takut saat kegelapan mencoba merenggut semua kenangan indahnya bersama Lan XiChen. Kasih sayang yang ia miliki untuk pria itu bahkan mencegahnya melupakan betapa sakitnya penolakan, hah!

Lan Wangji, "Jiang Wanyin, ada banyak...."

Belum sempat Lan Wangji berbicara, suara genderang yang menggetarkan seluruh Dermaga Teratai terdengar.

Pupil Jiang Cheng mengecil seketika, matanya melotot oleh kejutan yang melanda dirinya. "Serangan....Dermaga Teratai dalam bahaya," bukan Jiang Cheng yang mengatakannya, melainkan Lan Wangji.

Kemudian pemilik langkah kaki yang terburu-buru mendobrak pintu yang telah ditutup oleh Lan Wangji kurang dari lima menit, "Jiang Zongzhu! Jiang Zongzhu!"

Jiang Cheng mengabaikan penampilannya saat ini dan menyentak keras, "Apa yang terjadi!?"

Orang itu mengenakan pakaian Sekte Jiang yang berwarna ungu pucat, seluruh tubuhnya gemetaran, "Itu adalah...itu adalah...PASUKAN MAYAT HIDUP!!!"

"APA!?"

Jiang Cheng melompat turun dari kasurnya, kakinya langsung lemas, namun Jiang Cheng menyangga dirinya sendiri dengan berpegangan pada dipan kayu. "Aktifkan formasi pertahanan Sekte Jiang, kumpulkan semua pasukan dari Sekte-sekte kultivasi yang berkumpul di sini untuk diskusi cepat mengenai apa yang harus kita lakukan."

"MENJALANKAN PERINTAH ZONGZHU!!!" Pria itu balik kanan dan berlari secepat yang ia bisa.

Jiang Cheng mendengus kasar, dia tahu siapa dalang dibalik penyerangan tiba-tiba ini. "Bajingan Wen itu..." Desisnya galak.

Lantas Jiang Cheng mengambil sebuah pita rambut dan mengikat untaian surai panjangnya menjadi ekor kuda tinggi. Manik abu-abu Jiang Cheng melirik Lan Wangji yang sudah mengencangkan genggamannya pada Bichen.

Keduanya mengangguk pada satu sama lain, percikan tipis dari petir ungu milik Zidian serta aura hitam samar yang melingkupi Sandu menyertai penampilan buruk Jiang Cheng.

Ya, tentu saja penampilannya sangat buruk. Jiang Cheng baru saja bangun dari 'mimpi buruk' yang hampir menelan kesadaran jiwanya, wajahnya pucat mirip orang mati, suasana hatinya berantakan, bagaimana bisa Jiang Cheng memiliki penampilan yang layak?

Akan tetapi, kesampingkan sejenak urusan itu. Karena masalah yang sesungguhnya menunggu mereka di luar gerbang Dermaga Teratai. Lan Wangji jelas dalam kondisi jauh lebih baik daripada Jiang Cheng, sehingga ia langsung menggunakan qinggong untuk mengatur berbagai hal. Sementara Jiang Cheng dibiarkan berjalan cepat seorang diri dengan tubuh sakit-sakitan.

Our Secret Affair 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang