40. Konyol

856 183 32
                                    

Sepanjang malam Lan XiChen yang gagal menenangkan dirinya harus berdiam diri di bawah salju untuk merenung, sementara itu Jiang Cheng yang semalam disibukkan untuk mengacaukan barang-barang Lan XiChen terbangun dari tidurnya di atas meja.

Jiang Cheng membuka matanya perlahan karena merasa pegal di daerah leher dan punggungnya, terlebih selimut yang merosot dari bahunya gagal menghalau dingin.

Mata bermanik abu-abu itu tampak kuyu karena baru bangun dari tidurnya, Jiang Cheng mengerjap beberapa kali sebelum meluruskan punggungnya dan melakukan beberapa peregangan. Tatapan mata itu masih kosong saat melihat banyak barang bertebaran di atas meja. Sepertinya Jiang Cheng mulai sadar jika ia telah mengacau semalam.

Jiang Cheng memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut, kenapa dia melakukan itu? Sekesal apa dia sampai harus melakukan tindakan yang begitu memalukan? Berapa umurnya!?

Jiang Cheng yang terhormat, kau mungkin lupa dengan usia mu, tetapi seharusnya kau bisa membedakan apa itu perilaku kekanak-kanakan dan apa itu bersikap dewasa. "Arrgh....Lan XiChen, rubah tua itu!" Umpatnya.

Sebenarnya Jiang Cheng tahu ia hanya ingin menyalahkan dirinya sendiri, tetapi dia mungkin akan terlihat lebih bodoh jika mengumpat dirinya sendiri.... mungkin? Jadi, ia memilih mengata-ngatai Lan XiChen dengan mulut manisnya itu.

Kaki Jiang Cheng menendang meja dengan kesal, tapi justru jari-jari kakinya yang sakit, "Akh! Brengsek..!"

Nyeri yang terasa menjalar lebih cepat dari cahaya, setidaknya begitu yang Jiang Cheng rasakan. Kemudian ia dengan kasar memasukkan kembali barang-barang Lan XiChen kedalam kantung qiankun pria itu. Jiang Cheng menghela napas kasar.

"Jiang Zongzhu, kau sudah bangun?"

Jiang Cheng terjengkang di tempatnya saat mendengar pemilik suara itu, jantungnya berdebar kaget dan buru-buru menuntaskan sesi merapikan barang. "Hm...masuklah." gumam Jiang Cheng serak, dia belum meminum apapun.

Suara pintu yang dibuka dengan sangat berhati-hati menarik perhatian Jiang Cheng, "Kenapa berjalan seperti itu. Cepat masuk."

Lan XiChen, "Apa...tidurmu nyenyak?"

Alis Jiang Cheng terangkat, seolah-olah bertanya apa pentingnya itu buatmu? Tapi, Jiang Cheng menjawab dengan baik lewat dengungan, "Mn."

Lan XiChen, "Aku tidak sempat pergi ke kota pagi ini. Semalam juga salju turun cukup lebat, pedagang menutup kios mereka lebih cepat dari biasanya. Jadi, kita tidak punya makanan pagi ini." Jelas Lan XiChen.

Yang sebagian adalah kebohongan mutlak, semalam memang turun salju, tetapi itu tidak cukup lebat untuk para pedagang menutup kiosnya. Dan yang lebih parahnya lagi adalah, Lan XiChen bahkan tidak menginjakkan kaki sedikitpun di kota semalam. Darimana sebenarnya sikap tidak tahu malu ini berasal?

Namun, Jiang Cheng yang malas memikirkan banyak hal hanya bisa mempercayai kata-kata Lan XiChen begitu saja.

Dua orang ini, astaga....yang satu sedang berusaha menahan malu dan yang lain sedang mencoba menyembunyikan perbuatannya yang kekanak-kanakan semalam.

Apa yang mendorong dua Zongzhu yang biasanya tidak tahu malu ini menjadi begitu diam?

Baik Lan XiChen dan Jiang Cheng sama-sama larut dalam pikiran mereka sendiri, sampai Jiang Cheng terjatuh dari posisinya yang separuh duduk itu, disertai beberapa semburan darah yang berasal dari mulutnya.

Rasa sakit seperti ditusuk oleh ribuan jarum mendera Jiang Cheng dengan sangat nyata, perubahannya terlalu cepat sampai membuat Jiang Cheng berguling-guling di lantai sambil mengerang kesakitan. Tangannya yang kapalan itu meremas tempat dimana dantiannya berada, rasanya panas dan perih.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now