47. Dage dan Xiao Didi

840 174 83
                                    

Ketegangan belum juga mengendur di antara dua pria dewasa yang sama-sama mengeluarkan aura mengerikan, baik Jiang Cheng maupun Lan XiChen tidak ada yang bersenjata. Tetapi layaknya seorang wanita yang telah tertangkap basah berbuat zinah, keduanya ditekan sampai batas tertentu. Dimana tidak ada lagi kepalsuan.

Jiang Cheng mengakui, ia mempercayai Lan XiChen, seutuhnya. Sesuatu yang ia rasa tidak mungkin ia katakan langsung pada Lan XiChen kini meluncur dengan begitu mudahnya.

Sudah terlanjur seperti ini, Jiang Cheng hanya bisa terus menatap Lan XiChen dengan keras kepala. Tidak berpaling atau bahkan mengalihkan pandangannya, "Aku mempercayaimu, tolong percayalah padaku." Pintanya.

Lan XiChen berkedip dengan sudut mata yang memerah, "Aku hanya kelelahan..." Mendengar alasan yang sama Jiang Cheng hampir sekali lagi meledak, namun Lan XiChen segera berbicara seolah-olah panik jika Jiang Cheng benar-benar marah. "Aku akan menceritakan alasannya, tolong duduk lah dan...jangan marah, oke?"

"Kau...!" Kau berani mempermainkan ku!? Sayang Jiang Cheng tidak mengatakan kalimat terakhir itu, mungkin saja itu bisa meringankan sedikit suasana.

Lan XiChen tampak ragu tapi masih bertingkah layaknya seorang pria terhormat, tangan halus Lan XiChen yang sedikit lebih kurus dari sebelumnya melingkar di pergelangan Jiang Cheng. "Tapi, bisakah kau panggil aku 'Dage' sekarang?"

'Dage? Dage!? Dage pantatku!' Namun menilik dari wajah serius Lan XiChen, Jiang Cheng takut pria rubah ini serius dengan perkataannya. Selama hidupnya Jiang Cheng yang memanggil Wei Wuxian dengan Shixiong bahkan kurang dari hitungan jari satu tangan.

"Aku tidak akan memanggil nama mu, jadi jangan banyak syarat." Balasnya ketus, meskipun ia sejujurnya tidak begitu keberatan dengan panggilan itu, hanya sedikit...canggung. "Semuanya harus dibiasakan, Liu'er ah Liu'er, panggil aku Dage, oke?"

"Semuanya akan baik-baik saja jika aku tutup mulut, bukan?"

"Semuanya akan baik-baik saja jika kau tutup mulut. Tapi, bisakah sepanjang perjalan kau menjaga bibirmu agar tidak berbicara?"

Jiang Cheng memutar matanya dengan marah, namun saat ia melihat noda darah samar di dagu Lan XiChen, Jiang Cheng menggigit bibirnya sendiri. 'Brengsek! Aku tidak akan mengampuninya di masa depan!' Umpat Jiang Cheng putus asa.

Akhirnya kebiasaan lama yang bangkit setelah mereka bersama sekian lama kembali, Jiang Cheng mengayunkan kakinya menendang tulang kering Lan XiChen, dimana Jiang Cheng sudah lama tahu bahwa dia sendiri yang akan kesakitan.

Tetapi bagi Lan XiChen ini tidak lebih dari jawaban 'Baiklah, aku setuju padamu sialan!' Yah seperti itu, sederhana namun begitu melegakan. Senyum Lan XiChen kembali terbit secerah matahari pagi, diiringi oleh guntur dan suara hujan yang memekakkan Lan XiChen memulai ceritanya.

Wajah seindah mutiara itu menunduk, "Sebenarnya aku harus mengunjungi keluarga cabang Sekte Lan kami beberapa hari belakangan. Di luar memang tidak terdengar kabar apapun, tetapi sebenarnya keluarga kami sedang mengalami sedikit kekacauan."

Jiang Cheng tidak berani menyela, takut jika Lan XiChen tersinggung dan menolak melanjutkan. Jadi, Jiang Cheng hanya bisa duduk dan sesekali tidak memperhatikan apa yang dikatakan Lan XiChen, melainkan memperhatikan wajahnya terlalu tampan.

Lan XiChen, "Bulan lalu masalahnya hanya beberapa murid yang tiba-tiba memiliki penyakit muntaber. Tidak begitu parah. Namun, beberapa Minggu kemudian mereka mulai sakit parah satu persatu, dan kemarin..."

"Ada apa dengan kemarin?"

Jiang Cheng sebenarnya menyukai keterbukaan yang diutarakan secara langsung, tidak memerlukan banyak tikungan untuk mengatakan suatu hal. Mendapati Lan XiChen sedikit berbelit hari ini, Jiang Cheng khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now