102. Keinginan untuk Membunuh Rubah Licik

567 100 106
                                    

Sebagai seseorang yang selalu memperhatikan nama baiknya sendiri, Jiang Cheng tidak bisa menyangkal jika ia tahu bahwa sebagian besar orang yang berada di aula pertemuan sektenya ini tidak menyukai dirinya atas alasan kepribadian namun tetap terlalu takut untuk mencaci maki langsung di wajahnya.

Sebelumnya, saat pintu dibukakan dari luar, semua orang yang berada di dalam, termasuk Lan Qiren dan Nie Huaisang tidak bisa tidak menahan napasnya. Beberapa orang yang masih memegang cangkir teh pun terpaksa meletakkan kembali minumannya.

Jiang Cheng memasuki aula dengan percaya diri, mungkin karena Jiang Cheng mengubah hampir seluruh penampilannya, orang-orang memiliki keterkejutan yang lebih besar. Rambut ekor kuda Jiang Cheng mengayun seiring dengan langkah kakinya, matanya yang tajam itu menelisik wajah-wajah yang asing juga familiar di ruangan ini. Seakan berkata, 'Aku akan mengingat wajah kalian satu persatu dan membalaskan penghinaan suatu hari nanti'.

Lan Qiren duduk di posisi kepala, namun meja tempatnya duduk tidak lebih tinggi dari milik orang lain, menandakan jika dia bukanlah pemimpin dan tidak berniat menjadi pemimpin sama sekali. Sebaliknya, saat Jiang Cheng mencapai hadapan Lan Qiren, ia akhirnya berhenti melangkah dan memberikan penghormatan yang layak.

"Tuan Lan." Sapa Jiang Cheng dengan suara rendah dan mengancam.

Lan Qiren mengangguk, "Jiang Zongzhu." Balasnya.

Kepala Jiang Cheng sedikit menoleh ke arah kanan dan menemukan Lan Wangji serta Wei Wuxian duduk berdampingan. Jiang Cheng menganggukkan kepalanya, gerakan itu hampir tidak terlihat, namun Wei Wuxian masih membalasnya dengan senyum cerah dan Lan Wangji balas mengangguk ringan dengan tetap mempertahankan wajah datarnya.

Saat tatapan mata Jiang Cheng kembali bertemu dengan mata tua milik Lan Qiren, pak tua yang selalu dikatai kolot oleh semua orang itu segera bangkit dari tempat duduknya, menyingkir dari jalan Jiang Cheng.

"Tuan Lan...?" Suara bertanya-tanya beberapa orang langsung terdengar, Jiang Cheng sendiri hanya mengangkat sebelah alisnya dan berjalan lurus menuju tahta Zongzhu, yang jelas lebih tinggi dari letak meja Lan Qiren sebelumnya.

Baik. Dia memang lebih muda dari Lan Qiren, tetapi dia adalah tuan rumah, jadi ini seharusnya wajar. Setelah berlatih berbulan-bulan menggunakan pakaian lengan lebar milik Sekte Lan, Jiang Cheng menjadi lebih terbiasa dan tidak melakukan hal memalukan seperti tanpa sengaja menjatuhkan poci teh saat mengayunkan lengannya.

Jiang Cheng, "Kenapa? Apakah aku yang duduk di tempat ini adalah sesuatu yang aneh?"

"Jiang Cheng, kau...!" Pekik seseorang berjubah Sekte Jin. Jiang Cheng mendengus dan balas berkata, "Bahkan Pemimpin Sekte Jin masih diam. Tapi, kau, yang bukan siapa-siapa sudah berani angkat bicara?" Sembari berbicara Jiang Cheng melirik pada Jin Ling yang mencoba untuk tidak membalas tatapan matanya. Ia menghela napas dalam hati, sepertinya Jin Ling telah melalui banyak kesulitan selama mengambil alih Sekte Jin.

Lan Qiren, "Jiang Zongzhu, masalah yang tidak penting, harap jangan membuatnya terlalu berlarut-larut."

"Mhm....aku mengerti, terimakasih atas nasihatnya, Tuan Lan." Meski samar Jiang Cheng telah menambahkan sedikit nada kesopanan saat menanggapi Lan Qiren.

Penatua Sekte Jin tadi segera menempatkan dirinya kembali setelah mendengar kalimat Lan Qiren, Jiang Cheng tidak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola matanya dan mendengus dingin. "Aku tahu, baru kemarin saat kalian berbicara besar tentangku dan Lan XiChen, dimana salah satunya sedang dirantai dengan tidak terhormat dan yang lainnya hilang entah kemana."

Sunyi menyapa, tidak ada yang berani angkat bicara. Jiang Cheng duduk dengan salah satu tangannya menopang dahinya yang berkerut ringan itu, dan tangan satunya memainkan cangkir teh dengan cara yang....menyeramkan.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now