118. Segalanya untuk Lan XiChen

587 110 116
                                    

Jiang Cheng tidak peduli apa yang telah dilakukan Wei Wuxian untuk membuat Lan Wangji benar-benar menyingkir dari hadapannya dan Lan XiChen untuk sejenak. Pun, saat ini Jiang Cheng tidak bisa merasakan apapun, karena segera setelah ia membuka pintu kamar Lan XiChen, pria itu memang tidak lagi terbaring lemas, tetapi ia terduduk di balik ambang jendela yang terbuka, menatap kosong.

Untuk beberapa alasan yang tidak Jiang Cheng ketahui Lan XiChen tidak mengetahui sama sekali tentang kehadirannya saat ini.

Jiang Cheng mengulas senyum pahit di hatinya, 'Betapa tidak tahu malunya diriku, menemuinya setelah semua yang terjadi? Brengsek, Jiang Cheng, kau bajingan tidak berguna'.

Lihatlah dengan baik sekarang, ya, memang, pria bermarga Lan itu masih sama mempesonanya dengan dirinya di masa lalu. Memang benar jika Lan XiChen masih setampan dewa yang turun dari surga.

Sayang, kulit putih pucat yang seharusnya seindah giok kini lebih terlihat bak kulit pucat seorang mayat.

Sayang, tatapan yang dahulu selalu memancarkan kehangatan dan semangat, bersinar seindah bintang di langit malam, kini telah meredup dan semakin samar.

Helaian rambut hitam sepunggung Lan XiChen yang biasanya tertata rapi sekarang hanya bisa terurai bebas, beberapa bagian kusut bisa terlihat dengan jelas.

Jiang Cheng mendadak ingin segera menyembunyikan dirinya sendiri, berbalik dan pergi tanpa perlu memiliki sedikitpun percakapan dengan Lan XiChen. Namun, sepertinya sejak awal Lan XiChen hanya terlalu malas untuk menyapa Jiang Cheng, hanya ketika pria itu hendak berbalik dan lari, Lan XiChen menoleh dengan lemah.

Tidak ada suara yang terucap, tetapi berhasil menghentikan gerakan kaki Jiang Cheng. Entah kemana perginya semua kehangatan dan kerinduan yang berada di mata mereka sebelumnya. Hingga semua yang tersisa kini hanyalah kekosongan.

Itu adalah Jiang Cheng yang pertama kali memalingkan wajah setelah sekian lama senyap, dan ia mulai berujar, "Aku akan kembali hari ini."

Tidak ada respon sama sekali. Namun, bisakah Jiang Cheng menyalahkan Lan XiChen karena mengabaikannya? Terlebih saat ia kembali melirik pria itu, Lan XiChen telah menggigit bibir bawahnya dan berpaling pada jendela yang terbuka.

Salahkah Lan XiChen jika ia berperilaku seperti ini?

Apakah Jiang Cheng sakit hati? Ya.

Apakah Jiang Cheng ingin berteriak marah? Ya.

Tapi Jiang Cheng tahu ia pantas untuk merasakan sakit hati ini. Tapi Jiang Cheng tahu seseorang yang hendak ia teriaki sekarang adalah dirinya sendiri diatas semua tindakan menyebalkan Lan XiChen.

Pantaskah Lan XiChen untuk marah?

Beberapa orang di luar sana tentu tidak menganggap benar perilaku bajingan Lan XiChen ini. Dia bersedih. Setelah puluhan tahun berkultivasi, sekarang ia hanya bisa menjadi orang yang disia-siakan, bahkan lebih lemah dari orang biasa. Akan tetapi, bukankah semua ini sebenarnya adalah keputusan Lan XiChen untuk melakukan apapun demi Jiang Cheng?

Bukankah bahkan keinginan terakhirnya sebelum ia berpikir bahwa dirinya akan mati adalah....adalah....untuk melihat seekor kucing kecil pemarah yang telah ia lindungi selama ini?

Hah....terbukti sudah kata-kata Wei Wuxian sekarang, tidak ada lagi yang bisa disalahkan. Bajingan Wen itu sudah mati. Perang telah usai. Dan dalam setiap pertempuran, akan selalu ada pengorbanan.

Lan XiChen masih terdiam, ia menunduk hingga menyebabkan surai hitamnya jatuh menutupi sebagian wajahnya yang tampan. Hanya setelah ia merasa Jiang Cheng tidak lagi bisa melihat ekspresinya, barulah Lan XiChen mulai menunjukkan emosinya.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now