22. Kritis

1.1K 236 21
                                    

Jiang Cheng berdiri diam di tepi dermaga, menatap lautan cahaya dari lentera yang diapungkan di atas air. Bahkan, saking banyaknya hingga tidak muat lagi, orang-orang berganti menerbangkan lentera ke langit malam penuh bintang.

Tanggal lima belas bulan dua, semua orang mengadakan perayaan besar, terutama Sekte Jiang. Jiang Cheng berdiri sendirian, hanya sebentar karena setelah itu seseorang memanggilnya lembut. "A-Cheng," dan Jiang Cheng menoleh.

"A-Jie...kau."

Sosok lembut itu tersenyum pada Jiang Cheng, "A-Cheng, udaranya dingin jangan lupakan mantel mu." Peringat orang itu. Yang tidak lain adalah Jiang Yanli yang diingat oleh Jiang Cheng sepenuh hati.

Jiang Cheng tidak bereaksi, hanya melihat jauh ke belakang dan mendapati Ayahnya dan Ibunya berdiri bersisian, wajah acuh Yu Ziyuan dan senyum pasrah Jiang Fengmian.

Bibir Jiang Cheng terkatup rapat, menyembunyikan ribuan kerinduan. Persetan jika itu semua hanya mimpi bawah sadarnya, setidaknya...ia mengingat kembali wajah-wajah itu.

Baru saja Jiang Cheng ingin melangkah, lehernya dikunci dan membuatnya terhuyung ke belakang. "Jiang Cheng! Ayo kita pergi minum di kedai, aku yang bayar!"

Tubuhnya mengingat dengan jelas siapa ini, "A-Cheng, A-Xian kemari dan kenakan mantel kalian. Berapa umur kalian, melupakan hal sederhana seperti ini?"

"Hahaha, Shijie, murid-murid sekte sebelumnya sangat bersemangat sampai menarik ku keluar tanpa bersiap. Lagipula aku berkeringat disini, menerbangkan lentera untuk orang-orang."

Jiang Yanli memberi senyum pahit yang dibuat-buat, tapi tidak memarahi lebih lanjut. Karena Wei Wuxian sudah menarik Jiang Cheng mendekat dan melakukan keinginan Jiang Yanli.

Mata persik Jiang Yanli menatap pada Jiang Cheng, "Kau baik-baik saja? Hidung mu merah seperti tomat." Sembari tangannya mengikatkan tali mantel pada dada Jiang Cheng.

Jiang Cheng, "Ya, A-Jie." Dengan suara serak.

Namun, seakan tidak mempermasalahkan itu Jiang Yanli mengajak keduanya untuk mendatangi ayah dan ibunya.

Di masa lalu, Yu Ziyuan tidak akan sudi untuk keluar merayakan festival seperti ini, tetapi dalam bayangan Jiang Cheng ia selalu melihat ibunya menemaninya dan ayahnya menonton pesta lampion.

Tatapan Yu Ziyuan seperti yang selalu dikenali semua orang, tajam yang menusuk, namun dengan perhatian khusus saat melihat Jiang Cheng. "Jiang Cheng, kemari dan duduk di restoran itu."

Jiang Fengmian menunjuk sebuah tempat di lantai dua restoran tempat Jiang Cheng sering berkunjung, "Ayah, di sana itu..."

Yu Ziyuan memberi tatapan tidak suka, "Cepat. Aku tidak mau menunggu semua orang berkumpul seperti orang bodoh."

Jiang Cheng hendak mengatakan, jika tempat itu adalah tempat yang paling dibenci ibunya. Usia restoran itu sudah puluhan tahun, sehingga memiliki sejarah panjang, terutama pertemuan antar orang tuanya.

Namun, Jiang Cheng tidak bisa menyangkal jika lidahnya begitu cocok dengan masakan restoran itu. Sehingga ia sering kali diam-diam pergi ke sana dan menghabiskan waktu.

Ibunya seharusnya membenci itu.

Tidak peduli sebesar apa keinginan Jiang Cheng untuk membawa kedua orang tuanya kembali berkunjung ke sana.

Ayahnya seharusnya sejak awal tidak pernah memilih tempat itu.

Wei Wuxian, "Apa yang kau lihat?" Kemudian menelusuri arah pandang Jiang Cheng, sialnya....ya sialnya di sisi lain dari tempat yang sudah dipesan oleh Jiang Fengmian duduk seorang gadis bercadar merah.

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now