101. Jiang Zongzhu Kembali

562 101 67
                                    

Hari ini Wei Wuxian adalah pengunjung terakhir yang mendatangi kamar Jiang Cheng untuk mengganggu istirahatnya, selepas itu hanya ada seorang pelayan yang membawa pergi nampan berisikan mangkuk obat yang telah kosong.

Kamar Jiang Cheng sangat luas, wajar bagi seorang Zongzhu, namun tidak memiliki begitu banyak perabotan hingga membuatnya terkesan sangat kosong. Bahkan setelah Jiang Cheng menambahkan beberapa barang ke dalamnya, itu masih terlihat begitu luas.

Ranjang yang tidak bisa dibilang besar atau sempit itu menampung tubuh meringkuk Jiang Cheng di balik selimut tebal. Rambut hitam panjangnya terurai berantakan, dan sepertinya kebiasaan mengernyit milik Jiang Zongzhu itu tidak hilang bahkan ketika tertidur. Sinar matahari senja menembus dari ventilasi kamar, terjatuh tepat di wajah pucat Jiang Cheng yang bagaimanapun juga tetap sangat tampan.

Jiang Cheng tertidur begitu lelap setelah meminum obatnya, mungkin karena kelelahan dan juga tubuhnya yang belum sepenuhnya pulih. Dan itu membuat Jiang Cheng sesekali melihat secara samar sosok pria yang ia rindukan meski baru saja berpisah.

Alis Jiang Cheng berkedut, ia ingin menggapai wajah kabur itu dengan tangannya. Akan tetapi, tubuhnya enggan bergerak, ujung jemarinya hanya bergetar pelan karena usaha Jiang Cheng untuk tetap keras kepala menggapai orang itu.

Tidak lagi bisa membedakan antara yang nyata dan ilusi semata, "....Lan..." Gumam Jiang Cheng dalam tidurnya, dimana semakin ia mengingat sosok itu maka semakin dalam ia meringkukkan tubuhnya.

"Lan..."

Tidak tahu seberapa banyak Jiang Cheng telah menggumamkan marga Lan dari mulutnya, begitu gelisah hingga mengeluarkan keringat dingin. Sampai seseorang cukup baik hati, atau justru kurang ajar, membangunkan Jiang Cheng dari mimpi buruknya.

Pipi pucat itu ditepuk berkali-kali dengan lembut, jari-jari lentik itu mencoba membangunkan Jiang Cheng dengan sangat sabar. "Jiang Xiong...Jiang Xiong..."

"Nngh....pergi...!!" Balas Jiang Cheng, yang tentu saja disertai bentakan kesal.

Namun, orang itu berdecak malas, "Jiang Xiong...bangunlah. Penatua pertama Sekte Jiang mengadakan makan malam bersama hari ini, sekaligus untuk membahas masalah di Yiling."

Yiling....Yiling....Yiling.....!!!! Kenapa semua orang terus menyebutkan nama tempat itu!? Tidak tahukah mereka jika Jiang Cheng sekarang lebih membenci mendengar kata Yiling dan Bukit Luanzang daripada mendengarkan Wei Wuxian mengoceh seharian!!?

Jiang Cheng langsung saja ditarik menjauh dari alam bawah sadarnya dan mendengarkan suara berisik itu samar-samar. "Nie...Huai...Sang!" Pekik Jiang Cheng dengan suara serak yang keras, membuat Nie Zongzhu itu terlonjak di tempatnya.

Nie Huaisang mengelus dadanya pelan, seakan berkata 'Jiang Xiong, kamu tidak perlu menjadi begitu marah' sambil menelan ludahnya dengan kesulitan dia berkata, "Jiang...Jiang Xiong, ayolah...kau harus ikut denganku, oke? Atau, jika tidak orang-orang di aula pertemuan akan mulai menyalahkan ku..."

"Mereka yang berbicara, apa urusannya denganmu. Kalau memang dihina telan saja mentah-mentah, abaikan setelahnya. Sebagai Zongzhu kau bahkan tidak tahu hal ini?" Gerutu Jiang Cheng yang jelas bisa didengar oleh Nie Huaisang, tapi wajah jelek Jiang Cheng yang baru saja bangun tidur membuat Si Pengocok Kepala ini menggeliat penuh rasa gusar.

Nie Huaisang, "Jiang Xiong..." Panggilnya sekali lagi.

Jiang Cheng, yang sialnya langsung terkena sinar matahari di matanya, menyipit dan melirik kesal pada Nie Huaisang, ia merasakan sedikit rasa nyeri samar berasal dari dadanya ketika mencoba untuk bangkit. Jiang Cheng tanpa sadar menyentuh tempat dimana jantungnya berdetak, dengan pandangan kosong Jiang Cheng bertanya-tanya, "Apa yang terjadi selama aku tertidur? Mengapa semua orang berkumpul di aula pertemuan?"

Our Secret Affair 1Where stories live. Discover now