Part 83 - Pecundang

Zacznij od początku
                                    

Di depannya, seseorang yang aman sangat dia rindukan sedang berdiri diam kaku sama seperti dirinya.

"Hai..., Mauren." Suara lelaki itu menyadarkan Mauren.

Mauren kaget sampai tidak bisa menyapa balik. Andreas sedang tersenyum dan mendekat tanpa memutuskan pandangan mereka.

"Ha-hai." Mauren menyapa balik dengan susah payah. Suaranya bahkan sangat serak dan bergetar.

"Kamu tinggal di sini?" Tanya Andreas. Mereka sangat canggung, bahkan Andreas juga mengepalkan kedua tangan untuk tetap terlihat normal.

"Iya." Mauren membenarkan sembari mengangguk. Memaksa senyum di wajahnya agar terlihat lebih normal. "Ka-kamu?"

"Ketemu client." Mauren kembali manggut-manggut. "Kamu apa kabar?" Tambah Andreas parau.

Mauren menahan nafas sejenak. Berusaha tetap tenang dan terlihat baik-baik saja. "Aku... baik." Jawabnya memelan di akhir.

Andreas juga ikut manggut-manggut. "Oke."

"Ya."

"Aku... aku..." Andreas bingung sendiri.

Tetapi Mauren paham. Dia mengangguk dan mengiyakan. "Iya. Aku juga..."

"Oke."

"Oke."

Keduanya sama-sama mengangguk dengan senyum terpaksa di wajah. Andreas dan Mauren tiba-tiba terihat sangat buru-buru. Wanita itu meletakkan cup kopi di samping stroller dan mencengkeram gagang stroller kuat-kuat. Mereka pergi berlawanan arah sebanyak beberapa langkah.

Andreas kembali mengepalkan kedua tangannya. Memejamkan mata sejenak kemudian berhenti. Begitu juga dengan Mauren, mengerjab sebanyak mungkin agar air matanya tidak mengalir. Dia bahkan lupa tujuannya, tidak tahu mau kemana sekarang. Mauren berhenti melangkah, memandang lurus ke depan dengan pikiran kosong.

Mauren menahan nafas dengan tubuh menegang kaku. Kedua bahunya berat namun menghangat. "Maaf." Andreas datang lagi. Memeluk Mauren erat dari belakang.

Air mata Mauren meluruh. Tetapi tidak berani memutar tubuhnya. Mauren sangat takut, perasaannya bercampur aduk tak keruan.

"Aku minta maaf." Andreas kembali berguman. Tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang menoleh dua kali pada mereka. "Aku mencari kamu."

Mauren kaget. Barulah berani memutar tubuhnya. Meletaskan kedua tangannya dari stroller dan memandang kedua mata Andreas meneteskan air mata.

Tangan Mauren bergetar, membelai pipi Andreas hati-hati. Lelaki itu benar Andreas, lelaki yang bersamanya selama sepuluh tahun. Lelaki yang mau menerima masa lalunya. Lelaki yang menjadikan Mauren seperti ratu. Mencintai dan menyayangi Mauren dengan sabar. Lelaki yang menjadi tunangan Mauren. Lelaki yang akan menikahinya dengan beberapa mimpi yang telah mereka wujudkan bersama-sama.

Bibir Mauren bergetar. Dia tidak salah. Dia adalah lelaki yang sangat Mauren cintai. Lelaki yang sangat Mauren rindukan. Lelaki yang Mauren inginkan.

"Kamu." Panggil Mauren serak.

Andreas mengangguk lalu mendekap Mauren sangat erat. Andreas mengecup dahu Mauren beruntun, dia sangat merindukan wanita itu. Dia membutuhkan Mauren dalam hidupnya.

"Aku mencari kamu." Bisik Andreas. "Aku minta maaf. Selama ini aku jadi pecundang."

"Nggak." Elak Mauren tidak setuju.

"Aku tahu semua." Tambah Andreas. "Kamu melakukan semua itu untuk menyelamatkan aku. Aku malu. Aku pecundang. Aku... aku nggak berguna. Aku nggak menyadari kamu menderita. Kalau aku nggak ada, mungkin kamu nggak akan seperti ini."

EMPTY [18+]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz