"Congratulation, Rani. Semoga menjadi keluarga bahagia dan saling mengasihi." Ucap Mauren tulus.

"Makasih, Mba. Aku seneng banget Mba datang ke pernikahan kami." Jawab Rani sambil terkekeh. Mauren juga menyalami suami Rani sambil tersenyum kecil. "Ini lho, ma, Mba Mauren yang bikin cake wedding Rani. Nanti kalau ada acara lagi, kita wajib pesen sama Mba Mauren." Lanjut Rani mengenalkan Mauren pada keluarganya.

"Wah, pantesan kuenya enak, yang bikinin cantik begini. Udah berapa bulan dedeknya?" Wanita yang dipanggil mama oleh Rani mengelus perut Mauren lembut sambil tersenyum lebar.

"Enam bulan, Bu." Jawab Mauren, mengelus perutnya lagi.

"Kembar ya?"

"Iya."

"Olahan, bahagianya langsung punya dua." Puji wanita itu. "Sehat-sehat ya, nak. Lancar sampai lahiran."

"Aamiin, terima kasih, Bu." Jawab Mauren terharu akan kebaikan wanita itu.

"Dan, ini..." Wanita itu menoleh pada Alex di samping Mauren.

"Suami saya." Jawab Mauren pelan.

Alex kaget. Menoleh pada Mauren dengan jantung berdebar. Pengakuan Mauren menghangatkan perasaan Alex. Dia segera menguasai diri, berjabat tangan dengan wanita berumur itu sambil mengenalkan namanya.

"Nanti si kembar pasti cakep-cakep. Mamanya cantik, papanya ganteng."

Mauren dan Alex tersenyum tipis. Mereka berbincang sebentar lalu pamit pulang. Keadaan Mauren yang sedang hamil besar membuatnya gampang lelah. Rani dan keluarga mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Mauren yang telah menyempurnakan pernikahan dengan kue uang enak serta cantik.

"Capek banget?" Tanya Alex.

Keduanya berada di dalam mobil yang Alex beli kemarin hendak jalan pulang. Mengulurkan tangannya untuk mengelus-elus puncak kepala Mauren lembut.

"Lumayan." Jawab Mauren singkat.

Setelah itu, tidak ada obrolan di antara mereka hingga sampai di rumah. Alex kembali membantu Mauren turun dengan hati-hati.

Mauren langsung masuk ke kamarnya dan menyimpan hand bag pada laci. Mauren merasa gerah dan ingin mandi. Membuka resleting kancing gaunnya dengan sedikit bersusah payah. Resletingnya ada di bagian belakang, tangan Mauren tidak sampai.

Dia memutar tubuhnya dan refleks memeluk gaun tetap menempel di badannya saat Alex tiba-tiba masuk kamar tanpa mengetuk pintu lebih dahulu.

"Tolong ketuk pintu kalau mau masuk ke sini!" Pinta Mauren tegas.

"Maaf." Ucap Alex. "Kubantu buka." Alex melihat Mauren kesusahan membuka gaunnya. Sama seperti sebelumnya berangkat tadi. Tapi Mauren menolak bantuannya, Mauren berusaha sendiri.

"Nggak! Aku udah selesai! Tolong keluar sekarang!" Usir Mauren.

Alex tidak langsung menurut, dia melirik Mauren sebentar kemudian menarik kenop pintu. "Baiklah."

Mauren kesal lagi pada Alex yang sembarangan. Perjanjian mereka sudah tertulis, hubungan mereka hanya sebatas kontrak. Mereka adalah orang asing yang terpaksa bersama sementara waktu.

Mauren mencoba menggapai lagi, akhirnya gaun itu lepas dari tubuhnya. Menyimpan ke tempat pakaian kotor lalu masuk ke kamar mandi.

Alex mengetuk kamar Mauren seperti yang diminta tadi. Wanita itu sudah selesai mandi dan sekarang sedang mengoles skincare ke wajahnya di depan cermin.

Alex berinisiatif sendiri mengambil pengering rambut dari laci. Mauren melotot dan menjauhkan kepalanya yang digulung handuk.

"Aku bisa sendiri!" Decak Mauren.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now