Demi apapun, Mauren sangat merindukan Andreas. Hanya pada lelaki itu dia merasa nyaman dan dicintai. Mauren menjadi orang normal pada umumnya, saling menghargai dan mengasihi. Mauren sangat mencintainya, semua kekacauan dalam hidupnya perlahan terkikis berkat Andreas.

Tapi semua telah berubah. Mauren tidak memiliki keberanian untuk menemuinya lagi. Mauren tidak sanggup melihat kecewa dan terluka Andreas. Meskipun selama ini yang Mauren lakukan untuk Andreas. Agar lelaki yang dia cintai itu tidak mendapatkan masalah yang lebih banyak lagi dari Alex.

Bersikukuh dan membongkar semua adalah bukan pilihan tepat bagi Mauren. Dia tidak sanggup kalau Andreas akan menyalahkan dirinya lagi. Lelaki hangat itu biarlah tetap menilai Mauren sebagai wanita yang tak pantas untuknya.

Ting!

Mauren tersadar dari lamunannya. Ponselnya berbunyi lagi, pesan dari Alex yang kesekian kalinya. Mauren menyeka wajahnya dan air mata kembali mengalir. Dia juga bangun dengan hati-hati untuk membukakan pintu pada layanan hotel yang mengantar makanan.

Mauren membuka pintu lebar dan mempersilahkan dua orang masuk dan menyiapkan makanannya. Mereka menunduk sopan dan mempersilahkan Mauren makan tanpa berani ingin tahu dengan keadaannya yang berantakan serta wajah bengkak.

"Terima kasih." Ucap Mauren pelan. Lalu keduanya pergi.

Mauren terjaga sejak subuh. Tidak bisa memejamkan mata lagi. Dia menyingkap tirai dan memandang matahari sampai meninggi. Mauren merasa pusing, memejamkan mata beberapa saat tapi tak kunjung bisa terlelap.

Tidak seperti saat di rumah sakit. Mauren tidur sangat nyaman dan bangun selalu siang. Di atas brangkar yang tidak nyaman harus berbagi lagi dengan Alex jauh lebih baik dibandingkan dengan hotel.

Masalah membuat semua keadaan berubah.

Beberapa hari kemudian keadaan Mauren mulau membaik. Dia juga tidak berantakan seperti awal-awal pindah ke hotel. Mauren sudah memutuskan yang terbaik, dia bersiap-siap pergi ke rumah sakit lagi.

Mauren datang tanpa kabar. Dia juga tidak pernah merespon Alex, Mauren benar-benar fokus memikirkan langkah apa yang selanjutnya dia tuju agar tidak lagi jatuh ke lubang yang sama.

Alex kaget menemukan Mauren tiba-tiba masuk ke ruang inapnya. Dia sedang makan, langsung berhenti dan meminta perawat untuk membereskannya serta meninggalkan hanya mereka berdua saja di dalam.

Alex tersenyum, dia juga merasa lega melihat keadaan Mauren secara langsung. Kodisinya jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Alex mengajak Mauren duduk di atas brangkar, tapi ditolak cepat oleh wanita itu.

Mauren menjaga jarak dengannya, membuat Alex harap-harap cemas. Mereka berakhir duduk di sofa saling berseberangan. Mereka diamcukup lama, Alex menunggu Mauren yang bicara duluan. Dia menunjukkan kalau Alex yang sekarang telah berubah. Menghargai Mauren dan tidak semena-mena lagi.

"Aku setuju menikah setelah kamu keluar dari rumah sakit." Ucap Mauren langsung pada intinya, membuat Alex kaget sekaligus bahagia. "Aku punya syarat."

Senyum Alex mendadak sirna. "Apa?"

"Aku hanya mau menikah di kantor catatan sipil. Setelah anak ini lahir, kita cerai. Buku nikah aku yang pegang. Kamu nggak boleh menuntut hak asuh. Hubungan kita berakhir setelah mereka lahir. Aku akan bertanggung jawab membesarkan mereka." Jelas Mauren dalam sekali tarikan nafas. "Aku juga nggak mau satu atap sama kamu. Nggak ada hubungan badan. Kamu nggak bisa melarang atau ikut campur dengan urusan aku."

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now