Biru menyapa Alex begitu dia masuk ke ruangan dan memberikan beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan hari ini. Tidak lama setelah itu, Violet juga masuk mengantar kopi. Tidak lupa menggoda Biru dengan kedipan mata genit.

Biru berusaha professional, tidak terpengaruh dengan gadis sengklek itu. Sedangkan Alex meringis kecil dengan kelakuan sekretarisnya. Kalau pekerjaan Violet tidak beres, sudah pasti dari dulu-dulu gadis itu ditendang dari sana.

Violet lebih dulu keluar dari ruangan Alex, dan di susul oleh Biru setelah menyelesaikan pekerjaannya. Alex tidak langsung menyibukkan diri, dia menyeruput kopi lalu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.

Sebuah benda bulat melingkar berbentuk pipih yang diyakini sumber paniknya Mauren sejak tadi pagi. Benda itu ada di tangan Alex, memperhatikan cincin tunangan Mauren yang dia temukan di bawah ranjang, terselip di pinggir karpet kamarnya.

Cincin sederhana dengan satu permata kecil yang indah. Harganya mungkin tidak seberapa, namun Mauren sangat panik saat cincin itu hilang. Alex tidak suka saat bersamanya, Mauren mengenakan cincin tersebut, seakan Mauren adalah selingkuhan baginya. Meskipun kenyataannya seperti itu.

Cincin kecil itu sangat berharga bagi Mauren. Sebuah simbol lamaran Andreas padanya dua tahun yang lalu. Cincin yang sudah lama disimpan Andreas untuk Mauren, dibeli dari hasil keuntungan memulai bisnis. Tapi, Andreas tidak berani memberikannya, menunggu Mauren sipa menerimanya. Bertahun-tahun Mauren hanya fokus kuliah dan bekerja, meskipun ada Andreas di sisinya. Mauren tetap jaga jarak dengannya.

Andreas sering menghadiahkannya perhiasan, namun hanya cincin itu yang tersisa. Semua sudah dijual untuk modal usaha. Mauren sudah mencari-cari di semua sudut apartemennya, membongkar semua barang-barang sampai pagi.

Mauren tidak menemukannya. Bolak-balik bongkar tetap saja tidak menemukan petunjuk. Mauren tidak ingat kapan cincin itu dia lepaskan dari jarinya. Berusaha mengingat-ingat sampai kepalanya pusing, tetap saja tidak menemukan petunjuk.

Dia yakin cincin itu ada di apartemen Alex. Sehingga tadi pagi sengaja bangun subuh-subuh untuk mencarinya. Mauren frustasi sekaligus panik, dia sangat menyukai cincin itu meskipun hanya sederhana.

"Mauren!"

Alex memanggil Mauren tegas. Begitu sampai di apartemen, Mauren terang-terangan mencari sesuatu di sana. Begitu selesai mandi, langsung mencari-cari lagi, bahkan sampai lemari piring diperiksa, di belakang televisi LCD yang menempel pada dinding tidak ketinggalan.

"Sebentar." Jawab Mauren masih sibuk, kali ini dia mengganti semua taplak meja sekalian bersih-bersih dengan kemoceng.

"Ketemu?"

"Nggak."

"Apa yang hilang?"

"Bukan apa-apa." Mauren tidak mau jujur.

Wajahnya mulai memerah, dia pergi ke kamar untuk mencari lagi meskipun sudah membongkar semuanya. Lalu keluar menuju dapur, menggeser semua meja-meja dan lemari sehingga suara berisik makin menjadi-jadi.

Alex memperhatikan dari ekor matanya. Dia sedang melanjutkan pekerjaan di ruang tamu. Alex bangkit dari tempatnya saat mendengar suara pecahan yang jatuh di lantai. Buru-buru menghampiri Mauren sedang jongkong membersihkan beling gelas.

"Aku yang bersihin." Larang Alex.

Mauren tidak mendengarkannya, dia nekat mengumpulkan beling dengan tangan kosong. Alhasil tangannya yang gemetaran mengeluarkan darah segar. Alex jadi kesal, ikut jongkok dan menghentikan tangan Mauren.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now