RELLAWAY

Por AdineNaylaara

107K 13.2K 3.1K

"Kita punya tujuan yang sama Hel, bedanya lo ngelindungi gue untuk masa depan sedangkan gue melindungi lo dar... Mais

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
CHAPTER 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chpater 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
ILUSTRASI VISUAL
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ILUSTRASI VISUAL (GIRL VER.)
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87 (Rahel Flashback)
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
Chapter 96
Chapter 97
BIODATA KARAKTER
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106

Chapter 46

817 108 9
Por AdineNaylaara

‧͙⁺˚*・༓☾RELLAWAY☽༓・*˚⁺‧͙



Gue berlari mendekati Jerry yang duduk di kursi kantin dalam keadaan babak belur.

"Jerry! Lo...apa yang terjadi?" Gue syok seketika waktu ngeliat baju Jerry memiliki warna yang hampir sama dengan celananya, yaitu warna merah tapi itu bukanlah darah baunya seperti....saus tomat?

Gue mengepalkan tangan gue kesal "Bilang ke gue! Siapa yang buat lo begini!" Teriak gue marah namun Jerry cuma diam menunduk melihat reaksi Jerry gue udah dapat nebak "Ah...gue tau, pasti Kaza kampret itukan? Sialan tu orang udah berkali-kaki gue peringatin gak berenti juga! Liat aja habis dia ama gue hari ini!" Dumel gue sembari menaikan lengan seragam sekolah gue dan bersiap melangkah pergi namun tiba-tiba saja Jerry menahan tangan gue.

"Rakel jangan pergi!" Teriak Jerry gue menatapnya dengan mata melotot.

"Lo mau ngehentiin gue setelah apa yang terjadi ama lo sekarang hah?! Gue gak bisa diam aja, bakal gue bunuh si Kaza itu!"

Jerry menggeleng kuat  "Jangan! Lupain soal itu sekarang" teriak Jerry ekspresinya terlihat sangat panik membuat gue kebingungan namun walau begitu gue tetap keuhkeuh mau ngehajar si Kaza kampret.

"Lupain?! Lo nyuruh gue diamin dia gitu aja?! Kalo di diamin dia bakal ngelun–"

"Bangun kel! Lo harus bangun! Kak Alexa sekarang dalam bahaya, lo harus bangun sebelum terlambat! Selamatkan kak Alexa!" Teriak Jerry membuat telinga gue berdengung seketika, ia menatap gue dengan tatapan yang sabgat serius dan gak terlihat seperti anak SD.

"Kak Alexa...? Siapa–" gue langsung terdiam saat sekitar gue seketika berubah menghitam, bahkan Jerry menghilang. Gue menatap sekeliling gue yang hanya di penuhi kegelapan.

Apa yang terjadi? Di mana gue?!

"Jerry! Lo di mana?!" Gue berteriak memanggil nama Jerry namun suara gue gak keluar sama sekali.

Sebenarnya di mana in–

"RAKEL BANGUN!"


"Hah!" Tubuh gue langsung terduduk.

Ngiingg!!

"Akh!" Gue meringis menyentuh kepala gue yang berdenging nyeri karena gue yang bangun dalam keadaan kaget.

Pandangan gue yang semula buram kini mulai jelas, gue menatap sekitar gue.

Di mana gue?

Dan juga tadi...

Gue terdiam kala tak sengaja menatap cermin yang memantulkan bayangan diri gue.

Apa tadi mimpi? Gue bermimpi saat gue masih SD dan gue bertemu Jerry... Apa-apaan mimpi gue tadi?

Lalu apa yang terjadi pada gue sekarang? Gue menatap pergelangan kaki gue yang di rantai.

"What the... Kenapa gue bisa ada di sini?" Gumam gue menatap sekitar gue yang di penuhi oleh funitur kamar pada umumnya, ada lemari, kasur, lacu kecil, lampu tidur, kaca dan lain sebagainya.

Gue lalu menunduk menatap tubuh gue yang sekarang di baluti piyama putih berlengan pendek, dan celana pendek.

"Fuck...kenapa gue makek baju kayak begini?" Umpat gue.

Gue mendengus dan perlahan turun dari kasur gue, ya kebetulan rantai di kakiku gue lamayan panjang.

Krek!

Gue tersentak kala menginjak sesuatu.

"Baskom? Kenapa di bawah tempat tidur?" Gumam gue heran memandangi baskom berisi air bewarna merah tepat di samping tempat tidur gue.

Gue bergidik ngeri, merah apaan tuh? Darah kah? Anjing....

Sebenarnya gue di mana?!

Gue mencoba berdiri dan bertepatan saat gue berdiri kepala gue berdengung kembali dan pandangan gue memburam bersama ingatan yang ikut masuk ke kepala gue.

Ingatan dari gue yang mengejar kak Alexa, bertemu dengan dua Elite Valcer hingga saat di mana gue pingsan.

Gue melotot dengan satu tangan yang meremas rambut gue. Tunggu dulu... Jangan bilang ini di markas Valcer?!

Gue sontak menatap sekitar, tempat ini benar-benar asing, lalu gue kembali menatap pergelangan kaki kiri gue yang di rantai.

Dari kondisi gue udah jelas banget, gue emang di bawa ama mereka ya istilah yang lebih mudah di pahaminya sih, gue di culik.

Tapi.... Penculik mana yang ngasih fasilitas sebagus ini buat korbannya?!

Kasur ukuran kingsize, ada ac juga, kamarnya bersih, lemarinya juga gede banget! Ketimbang di culik mah ini keliatan lebih seperti nginap di hotel!

Sebenarnya gue di mana?!!

Dan juga...

Gue kembali melotot "Kak Lexa... Di mana kak Lexa?!" Gue menatap sekitar mencari keberadaan kak Alexa namun nihil, di kamar besar ini cuma ada gue sendirian.

Apa kak Alexa lolos? Tapi gue ingat sebelum pingsan tubuh kak Alexa terbaring tak jauh dari badan gue... Gak mungkin mereka ngelepasin kak Alexa gitu aja.

Lalu...di mana kak Alexa?

Apa dia ada di kamar lain?

Gue menatap pintu kamar ini, dan mencoba berjalan ke sana namun, sekitar tiga langkah lagi mencapai pintu rantai yang ada di kaki gue sudah mencapai batasnya.

Sial... Jadi rantai ini memang untuk mencegah gue keluar dari kamar ini?

Gue bisa menjelajahi seisi kamar ini tapi gue gak bisa menggapai pintu, bangsat.

Gue menduduki diri dan berusaha melepaskan rantai itu.

"Sial, kenapa keras banget?!" Kesal gue mencoba menarik rantai itu dan meregangkannya namun tak berhasil, terlalu keras dan juga di kamar ini gak ada alat yang bisa membuat gue ngehancurin rantai ini.

Gak ada satupun benda tajam di kamar ini.

Apa yang harus gue lakuin?

Ceklek

Jantung gue berdetak sangat cepat saat suara pintu dari belakang gue terdengar seolah terbuka, nafas gue terasa tercekat kala merasakan tatapan tajam yang seolah menusuk punggung gue.

Perlahan gue menoleh ke belakang dan mendongak ke atas.

"Hmm? Looks like the little mouse has woken up huh" ucapnya membuat darah gue berdesir seketika, gue hanya bisa diam mematung memandangi tubuh kekar tinggi yang menjulang di depan pintu.

Mampus gue....


***

Kini kekacauan terjadi di fancy midnight karena ulah dua pria yang tiba-tiba saja datang dan mengamuk menghajar pegawai serta menghancurkan barang-barang di tempat itu.

Srett!

Rahel menjambak rambut salah seorang pelayan yang baru saja ia hajar.

"Jawab gue ke mana adek gue kalian bawa?" Tanya Rahel dengan tatapan yang sangat dingin.

"Apa...apa maksudnya? Kami gak tau" jawab pria itu terengah-engah.

Bugh!

Rahel meninju wajahnya lalu kembali menarik rambut pria itu agar kepalanya tetap terangkat ke arahnya.

"Jangan bohong, gue tau kalau kalian ada hubungan dengan Valcer... Jadi jujur aja,  di mana adik gue sekarang" tekan Rahel lagi dan dapat ia lihat ekspresi pria itu seketika kaku. Ia meneguk ludahnya susah payah dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"A-apa maksudnya? Gue gak tau apa itu Valcer... Siapa Valcer?" Rahel mendengus sebal dan hendak meninju pria itu namun ia terhenti kala tubuh Dafa melayang melewatinya dan menabrak sebuah meja.

BRAKH!

"Dafa?!"

"Are? You've just been here for a while, already like this"

Rahel terdiam dan perlahan menoleh ke belakang ke arah suara yang ia dengar barusan.

Di arah pintu masuk/keluar bangunan ini Rahel melihat pria berjaket boomber bewarna hijau dan celana jeans hitam tengah berdiri tegap dengan kedua tangan yang bersemjunyi di balik saku celananya dan mulut yang penuh oleh permen lolipop.

Dari wajahnya pria itu terlihat seperti orang china? Jepang? Korea? Yah antara tiga negara ini.

"Siapa lo?" Rahel berdiri dengan tatapan dingin ke pria itu.

"Me? I'm Kazuya Yoshigura, the owner of this place. Omae wa dare da?" Ia bertanya dengan ekspresi songong. Yah dari bahasanya Rahel rasa pria yang berdiri beberapa meter di depannya itu adalah orang jepang.

(Omae wa dare da = lo siapa?)

"Jadi lo pemilik tempat ini? Kalo gitu lo taukan di mana adek gue?" Tangan Rahel terkepal ia tak begitu paham maksud bahasa jepang yang di ucapkan pria itu, ia hanya mengerti sebatas bahasa onggris yang di ucapkannya. 

"Adek? You mean little brother?"

Rahel mengangguk dengan sorot mata tegas, membuat siapapun akan menunduk jika bersitatap dengannya.

"How do I know, there are lots of people coming and going. How do I know who your little brother is?"

Rahel menarik nafas dalam lalu bersuara kembali "Last night, didn't something happen?" Tanya Rahel memancing orang tersebut untuk membuka suara. Tapi Rahel tidak berharap banyak setelah lebih dari 20 pegawai tempat ini yang ia hajar tak satupun yang membuka suara, apa lagi pria aneh yang mengaku sebagai pemilik tempat ini.

"Last night?" Kazuya mengeluarkan permen lolipop yang mengisi mulutnya tadi sembari memiringkan kepalanya "What do you mean that little boy and a beautiful girl, huh? So that little boy is your brother?" Tanyanya dengan tatapan polos.

Mata Rahel melebar "So it's true that you kidnapped my brother?" Rahang Rahel mengetat dengan tangan yang sudah terkepal kuat.

Awalnya ia dan Dafa menyerang tempat ini hanya karena intuisi mereka yang mengatakan bahwa tempat ini terlibat, dan jelas itu murni hanya intuisi tapi siapa sangka ternyata intuisi mereka benar. Tempat ini memang terlibat dalam penculikan Rakel dan Alexa.

"Hmm? This can't be called kidnapping, it's reciprocity. They made our stuff run away so we took them instead" jawabnya santai seolah apa yang ia ucapkan adalah hal yang benar.

(Trans : Ini gak bisa disebut penculikan, ini timbal balik. Mereka membuat barang kami kabur jadi kami mengambil mereka sebagai gantinya)

"Ternyata insting gue gak pernah salah yah" Dafa yang tadi duduk di antara potongan kayu kini sudah berdiri dengan beberapa luka lecet di tubuhnya.

"Lalu apa tebakan gue kali ini juga bakal benar? Kalau... You're a member of Valcer, right?" Tanya Dafa dengan senyum miring sembari berjalan mendekat.

Kazuya mengangguk dengan mudahnya tanpa ragu sama sekali.

"I'm Valcer, Elite 6 Kazuya Yoshigura"

***

"Fuck!" Mike mengumpat kesal sembari membanting tubuhnya ke sofa di ruangan berlapis besi itu.

"Jangan ngumpat di depan gue, lo buat mood gue buruk" Dengus Nicholas sembari memainkan puzzle bergambar mickey mouse yang cukup besar yang merupakan mainan keponakannya.

Satu potongan lagi hingga puzzle itu sempurna, Nicholas tersenyum senang saat ia berhasil menyempurnakan puzzle otu namun tak sampai dua detik...

Brakh!

"Damn it!" Meja itu di gebrak oleh Mike membuat puzzle yang di susun Nicholas selama 3 jam lebih hancur berantakan lagi.

Mike yang tadi terlihat membara kini langsung kebingunga kala merasakan sesuatu lengket pada tangannya ia mengangkat tangannya dan melihat potongan puzzle yang sudah rusak menempel di tangannya.

"what the fuck is this?" Ocehnya sembari membuang potongan puzzle itu dari tangannya tanpa rasa berslaah sedikitpun.

Mike lalu menatap Nicholas yang menunduk dengan bahu naik turun.

"Hey kids, are you crying?" Tanya Mike melipat kedua tangannya di depan dada sembari menyilangkan kakinya.

"DAMN YOU! DIE YOU! DIE!" Nicholas tiba-tiba berteriak histeris dengan gunting yang mengacung hendak menikam Mike namun Mike dengan mudahnya menangkap tangan Nicholas yang menggenggam gunting itu.

"what the hell?! You are crazy?!" Mike keheranan sembari berusaha menahan Nicholas yang dengan brutal hendak menikamnya menggunakan gunting itu.

Di saat keduanya sedang seperti itu pintu terbuka menampilkan sosok Jed yang membawa laptopnya dengan telinga yang di tutupi oleh earphone.

Jed menatap keduanya yang terbaring di sofa dengan kedua tangan nicholas yang di genggam oleh Mike.

"How romantic" puji Jed dengan nada datar lalu berjalan menuju ke sebuah single sofa dan mulai berkutat dengan komputerya mengabaikan kerusuhan yang di perbuat oleh Mike dan Nicholas.

"Romantic you ass! Help me! Here he goofy!" Mike berteriak mengumpati Jed namun hanya di abaikan oleh pria itu, yah lagian Jed tengah memakai earphone jadi yah dia tak terlalu mendengar apa yang di katakan Mike ah...ralat sebenarnya sih pura-pura tidak mendengar.

Jed menopang dagunya dengan senyum miring.

"Hey kalian, menurut kalian siapa yang akan menang di antara Rahel dan Kazuya?" Tanya Jed dan pertanyaannya membuat dua sepupu itu berhenti bergelit dan menoleh padanya.

"Kazuya? That madman?" Tanya Nicholas sembari menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh Mike dan kembali ke tempat duduknya semula.

"Jed lo harus memperbaiki kebiasaan lo nyadap kamera orang lain, gue jadi takut lo nyadap kamera kamar mandi gue" Mike bergidik ngeri, ya ia sudah paham apa yang Jed lihat sekarang di laptopnya itu. "Tapi yah, If you ask who will win between Rahel and Kazu i think it's kazu. But, do not rule out the boy who won. Fighting with Kazu will be the greatest experience of his life." Mike ikut terdenyum miring di akhir ucapannya.

(Trans : kalau lo nanya siapa yang bakal menang antara Rahel dan Kazu, gue pikir itu adalah Kazu. Tapi, gak menutup kemungkinan bocah itu yang menang. Bertarung dengan Kazu akan menjadi pengalaman terbesar dalam hidupnya)

"Yah... Ini akan menjadi tontonan yang menyenangkan. Tapi, sepertinya Rahel sedikit menganggap remeh Kazuya yah"

"Course, tu anak gayanya tengil banget" nicholas menyaut.

Jed dan Mike kompak menatap Nicholas.

"You have to buy a mirror" ucap Mike mendelik.

"Tapi ya lo ada benarnya Nick, And that's what will be backfire on his enemies. Sekarang apa yang akan Rahel lakukan untuk melawan bocah kilat itu...?hmm, ah~ gue jadi bersemangat" jed terlihat sangat antusias menatap layar laptopnya.

Mike mendelik "You really need to fix your craziness and your weird habits, I'm starting to get scared of you" ucap Mike yang hanya di abaikan oleh Jed.

***

Sosok pria berambut hitam, bermata biru dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya terlihat berdiri membeku di depan sebuah pagar besar yang menjulang di depannya.

Ia meneguk ludahnya susah payah dengan tubuh yang sudah bergetar.

Pria itu adalah Dayen, Dayen memejamkan matanya sembari meneguk ludahnya susah payah menyiapkan hatinya untuk menghadapi apa yang akan terjadi nantinya.

Jika ia memasuki pagar itu nanti hanya ada dua kemungkinan, pertama ia tidak dapat keluar lagi dan yang kedua dia keluar namun sudah menjadi mayat.

Hah! Datang ke rumah ayahnya ini sama saja menyerahkan dirinya pada malaikat maut secara suka rela. Dayen belum siap untuk mati namun jika ia tidak melakukan ini maka Alexa atau Rakel yang akan dalam bahaya.

Lagi Dayen menarik nafas panjang untuk memantapkan hatinya setelah merasa keberaniannya cukup untuk membuka pagar itu, Dayen segera melangkah mendekati pagar itu lalu menggenggam besi dingin bewarna hitam itu dengan keringat dingin yang sudah mengucur deras.

Dayen lalu mencoba mendorong perlahan pagar besar itu untuk membukanya dengan mata tertutup rapat. Ia takut...

"Dayen?" Aksi Dayen langsung terhenti kala sebuah suara memanggilnya dari belakang, seketika tubuh Dayen merinding dan dengan kaku ia berbalik dengan kepala menunduk.

"Loh beneran kak Dayen?" Dayen sedikit terdiam mendengar nada bicara dari orang yang memanggilnya tadi, nadanya walau terkesan dingin namun terdengar bersahabat.

Perlahan walau sedikit ragu Dayen mengangkat kepalanya untuk melihat siapa sosok yang berbicara kepadanya.

Deg!

Jantung Dayen terasa berhenti berdetak saat matanya menangkap sosok bocah berambut putih dengan mata biru yang tengah menatapnya heran.

"L-lyan? Kamu ngapain di sini?" Dayen bertanya dengan mata membelalak terkejut.

Kepala Lyan memiring bingung "ngapain? Nothing, this is my house of course I'm here" Jawab Lyan membuat kelopak mata Dayen semakin melebar.

"R-rumah kamu?"

Lyan mengangguk singkat "eh? Kenapa kak Dayen kelihatan kaget banget? Bukannya kakak tau kalo gue Mackenzie? Nama gue aja Willyan Mackenzie" heran Lyan saat melihat reaksi Dayen

"...itu, kamu gak pernah bilang nama lengkap kamu"

"Iyaya? Ah...my bad. Jadi? Ada urusan apa kakak ke sini?" Pertanyaan Lyan menyadarkan Dayen dari keterkejutannya ia menggeleng pelan menghilangkan keterkejutannya dan mencoba tersenyum walau sangat sulit.

"Ah itu kakak nyari kamu... Gimana perkembangan pencarian Alexa dan Rakel? Apa kalian udah tau siapa yang nyulik mereka?" Tanya Dayen, beruntunglah ia bisa bersikap biasa saja saat ini.

Lyan mendecih pelan dengan senyum miringnya lalu berjalan mendekati Dayen.

"Kakak gak perlu khawatir, kami udah tau siapa penculiknya dan lagi berusaha nyari lokasinya. Jadi jangan nekat datang ke sini, ini bukan tempat yang bisa kakak datangi gitu aja" Jawab Lyan dengan senyum miring membuat tubuh Dayen membeku ia bahkan sampai menahan nafasnya.

Lyan benar ini bukan tempat biasa yang bisa ia datangi begitu saja. Tapi...

"Begitu ya..." Dayen diam sejenak lalu tersenyum ke pada Lyan "ya sepertinya kakak emang udah lancang datang ke sini, maaf ya Lyan" ucap Dayen dengan tangan yang terangkat hendak menyentuh pucuk kepala Lyan namun tangannya berhenti di udara terlihat ragu.

Lyan yang melihat gerakan Dayen langsung menundukan kepalanya seolah memberikan ruang untuk Dayen menyentuh rambutnya.

"No problem" gumam Lyan.

Dayen tertegun beberapa saat lalu tersenyum dan melanjutkan gerakannya untuk mengelus rambut Lyan lembut. Dan anak itu terlihat menyukainya.

Setelah beberapa detik Lyan mengernyit heran karena Dayen tak berhentian mengelus rambutnya membuatnya sedikit penasaran dan sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap Dayen.

Mata Lyan mengerjap beberapa kali "Are you crying?" Tanya Lyan dengan tatapan tak percaya.

Dayen tersentak dan langsung menghapus jejak air matanya dengan tawa canggung.

"Ah ini nggak, kayaknya kakak terlalu emosional karena masalah Alexa dan Rakel hahaha"

Lyan menatap Dayen lama ia tau pria itu berbohong namun Lyan memilih tidak ambil pusing.

"Ya jangan terlalu di pikirkan. Dan juga Kak Dayen jangan pernah datang ke sini lagi, tempat ini berbahaya" ucap Lyan memperingati

Dayen mengangguk dengan senyum manis "Terima kasih Lyan, kamu memang anak yang baik ya... Kalau begitu kakak pulang dulu ya" Ucap Dayen kembali mengacak rambit Lyan sembari berjalan pergi.

Lyan menyentuh pucuk kepalanya dengan tatapan lurus ke tanah "Anak yang baik?  Gue? Omong kosong apa itu..." Gumam Lyan sembari melangkah memasuki rumahnya. Namun walau begitu Lyan merasa sedikit kehangat dari sentuhan Dayen, perasaan yang membuatnya merasa nyaman.

Sedangkan Dayen kini berjalan dengan pikiran yang kalut.

"Willyan Mackenzie...." Gumamnya "Apa itu artinya Lyan adik aku?"

***

"Ouh...wow" Jed berdecak kagum membuat Nicholas dan Mike yang sedang bekerja sama menyusun puzzle Nicholas tadi berhenti dan menoleh.

"Why? What's wrong?" Tanya Mike.

Jed tersenyum miring sembari menopang pipinya dengan satu tangan "Pffth, You win Mike. Rahel kalah" ucap Jed memandangi tiga orang di layar laptopnya dengan satu orang yang masih berdiri tegap dan dua orang lainnya yang terbaring tak sadarkan diri dengan tubuh babak belur.

"Kazuya is the winner" lanjut Jed lagi.


To Be Continued...


Yooooo!!! Aku update lagi guys!!! Aku harap kalian enjoy di chapter kali ini. Dan maaf yah kalo ada kurang atau ada beberapa bagian yang kalian kurang paham.

Tanya aja kalo gaks paham gess nanti aku jelasin kok. Dan gimana menurut kalian chapter ini? Kalo aku sih pusing banyak banget bahasa inggrisnya hehehehe maaf yaakkk

Yaudah Enjoy reading guys, sorry jikalau ada typo.

Dan jangan lupa vote komen and follow! Anjay ngelunjak hehehe canda guys.

Yaudah...SEE YOU IN THE NEXT CHAPTERR GUYSSS😘🥰


Continuar a ler

Também vai Gostar

164K 5.8K 70
Follow akun ini yuk🤍 Suatu hari seorang gadis yang sedang tidur pada malam hari , ia bertemu dengan sosok yang ia rindukan muncul dalam mimpi nya. Y...
LUKA [END] ✓ Por fiyazhaz

Ficção Adolescente

67.2K 990 5
Lucas Adityaswara Pratama remaja yang berasal dari keluarga sederhana. Lucas itu orang yang pendiam, kalem dan pintar. Saat ia berumur 15 tahun ia me...
66.7K 5.9K 52
Shen Qing adalah Tuan muda dari keluarga Shen,ia mengantikan saudari perempuannya yang kabur di hari pernikahan dan menikah dengan musuh bebuyutan ny...
97.4K 7K 54
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...