Chapter 14 Bagian 1 "Hinweisgeber"

194 70 0
                                    

POV Lodewijk

Ilya duduk termenung di atas kasur, memikirkan mengenai kejadian yang menimpanya. Dia sempat menyerang Mevrouw Sofia ketika dia berjalan dalam tidurnya. Mevrouw Sofia yang pada saat itu sedang kembali memasuki ruangannya setelah mengambil segelas air dari lantai bawah melihatnya berjalan sambil tidur. Mevrouw Sofia bilang ketika dia berusaha membangunkannya dari tidurnya, dia tetap tidak terbangun dan berdiri tak bergeming. Kemudian, Mevrouw memegang pergelangan tangannya, berusaha menuntunnya kembali ke kamarnya, di saat itulah keanehan terjadi.

Ilya tiba-tiba menerjangnya hingga ia jatuh terbaring di atas lantai, gelas yang ia pegang jatuh ke lantai dan pecah, ia berteriak dan meronta-ronta. Namun, karena tenaganya lebih besar, Ilya dapat dengan mudah mecekiknya tanpa harus bersusah payah memberikan perlawanan. Suara teriakannya menggema.

Aku dan Tuan Wisnu yang masih terjaga keluar dari kamar kami dan menghampirinya yang sedang mencekik leher Mevrouw dengan kedua tangannya. Aku berusaha menarik tubuhnya, memisahkannya dengan Mevrouw tapi aku tidak mampu menahannya karena ia meronta, memberikan perlawanan yang cukup hebat. Tuan Wisnu yang melihatnya lepas dariku dan kembali berusaha menerjang Mevrouw pada akhirnya turut menahan tubuhnya. Butuh waktu setengah jam untuk kami mengembalikannya ke kamar tidurnya dan 15 menit untuk mengikatnya di atas kasur. Dia masih meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari kasur sehingga aku harus menahan tubuhnya. Tuan Wisnu yang mengetahui bahwa Ilya sedang kesurupan melakukan ruqyah padanya sampai dia terbangun dari tidurnya.

Saat dia bangun, dia ditanyai oleh Tuan Wisnu mengenai apa isi mimpinya saat dia tidur sambil berjalan tadi malam, dia menceritakan isinya kemudian Tuan Wisnu keluar bersamaku dan Mevrouw, mengunci Ilya di kamarnya untuk sementara. Kami berdiskusi sejenak mengenai apa yang telah terjadi. Mendengar isi mimpi Ilya membuatku merasakan deja vu, seperti aku pernah mengalaminya.

"Iya, bener Ilya kesurupan." ujar Tuan Wisnu.

"Tuan Wisnu tau? mimpinya mengenai mayat hidup, itu ngasih saya deja vu, seolah-olah kayak saya ngerasain pernah ngalamin mimpi yang mirip sama mimpinya." ujarku menimpali.

"Anda bermimpi hal yang serupa, Pak Lodewijk?" tanyanya dengan nada sedikit terkejut.

"Nggak, nggak serupa, tapi ciri mayat hidup yang ada di mimpinya sama kayak yang muncul di mimpi saya, cuman di mimpi saya, mayat hidupnya itu mayat Pak Ilhan sama Bu Chandra. Entahlah, saya gak yakin juga." jawabku.

"Bisa anda ceritain isi mimpi anda apa detailnya?" pintanya.

"Bisa." jawabku.

Aku menceritakan detail isi mimpi buruk yang aku alami sesuai dengan apa yang aku ingat walau samar-samar karena perasaan deja vu itu. Saat aku selesai menjelaskan, ia melihatku dengan tatapan sedikit terkejut di bagian aku beridiri di depan sebuah dinding tinggi dan seekor anjing raksasa berwarna hitam dengan mata yang berpendar berwarna merah darah berlari menerjangku berusaha memakanku, aku sempat berhenti bercerita sejenak kemudian dia memintaku melanjutkan ceritaku sampai selesai.

"Huuft, begitu ya?" ujarnya dengan nada rendah dan ekspresi sedikit pucat, ia kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Pak Lodewijk, demi keamanan kita semua, kita harus ngurung Ilya sama Muhamed di kamar mereka masing-masing. Saya juga minta tolong, mulai hari ini sehabis Isya paling telat pukul setengah delapan malam anda harus udah tidur dan bangun jam 11 malam, kalau udah bangun jangan tidur lagi, saya bakal ngejelasin nanti kenapa saya minta ini." ujarnya dengan ekspresi serius yang membuat suasana yang sudah tegang ini semakin tegang. Aku benar-benar tidak mengerti mengenai apa yang sedang terjadi tapi aku mengangguk saja padanya.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityWhere stories live. Discover now