Chapter 28 Bagian 1 "Datangnya Para Utusan Sultan"

111 67 0
                                    

POV Karim

Persidangan untuk mengadili Heer Pieter untuk segala kejahatan yang ia telah lakukan pada kami sudah berakhir, keputusan pengadilan memang telah diberikan tapi, Heer Pieter beserta orang-orang terdekatnya mengajukan banding.

Beberapa bulan kemudian, hakim pengadilan tinggi memberikan keputusan terhadap banding yang telah diajukan oleh Heer Pieter dengan memberikan keputusan bahwa Heer Pieter akan menghabiskan waktu di rumah sakit jiwa yang dijaga ketat oleh kepolisian selama tiga puluh lima tahun dan perusahaan yang dikelola oleh Heer Pieter bersama para kroninya harus membayar sebesar satu juta tujuh ratus empat puluh ribu guilder kepada para pihak yang dirugikan yaitu kepadaku, istriku, keluarga kami berdua serta kepada teman-teman kami dan seluruh keluarga mereka dan juga kepada para korban tindakan terorisme yang telah dilakukan oleh kelompok teroris fasis yang telah mereka dukung.

Pihak Heer Pieter masih belum dapat menerima keputusan tersebut jadi, mereka mengajukan banding untuk kedua kalinya dan pihak pengadilan tinggi memberikan keputusan untuk menurunkan masa perawatan Heer Pieter di dalam rumah sakit jiwa menjadi selama tiga puluh tahun, lima tahun lebih pendek daripada keputusan yang sebelumnya telah diberikan tapi, berhubung Heer Pieter sudah berada dalam kisaran usia lima puluhan yang berarti usianya telah senja, kemungkinannya masih tetap berdiri di atas muka bumi saat ia dikeluarkan dari rumah sakit jiwa cukup kecil walaupun begitu, aku, keluargaku dan teman-temanku harus tetap siaga bertempur melawannya kembali andaikan dia masih diberikan waktu untuk hidup lebih lama setelah masa perawatannya di rumah sakit jiwa habis dan ia memutuskan untuk melanjutkan peperangannya melawan kami dan masyarakat Republik Indonesia Serikat walau, kemungkinan tersebut sepertinya cukup kecil karena banyak masyarakat republik Indonesia Serikat termasuk para pemilik toko kecil sampai pasar swalayan di Republik Indonesia Serikat yang melakukan pemboikotan terhadap produk-produk yang dibuat dan didistribusikan oleh perusahaan LVDC & Telecom B.V.

Pemerintahan rezim Partai Islam pun juga turut mencabut izin kegiatan usaha yang dimiliki oleh perusahaan LVDC & Telecom B.V di sebagian wilayah Republik Indonesia Serikat yang membuat perusahaan tersebut hampir mengalami kebangkrutan sampai perusahaan tersebut harus menuruti tuntutan masyarakat dan pemerintah rezim partai Islam di Republik Indonesia Serikat, yaitu mengganti jajaran pimpinan perusahaan mereka dengan orang-orang baru yang tidak memiliki pandangan ideologi fasis serta perusahaan tersebut harus membuat peraturan untuk segera memecat orang-orang yang memiliki pandangan ideologi fasis di dalam tubuh perusahaan mereka.

Yah, walau ancaman masih mengintaiku, keluargaku dan teman-temanku setidaknya ada hal yang membuatku dapat bernapas lega dan pada akhirnya merasakan ketenangan yaitu, pada akhirnya aku bisa kembali menjalani hari-hariku dengan damai bersama Mevrouw Sofia, apalagi sekarang kami berdua sudah memiliki rumah sendiri yang kami berdua beli secara tunai dari penghasilan yang aku dapatkan dari perusahaan penerbitan buku serta studio animasi yang kumiliki dan juga karena kepiawaian Mevrouw Sofia dalam melakukan trading saham.

Yah, rumah yang kami miliki memang bukan rumah yang megah tapi, setidaknya rumah ini cukup untuk menaungi kami dari panasnya terik matahari, dinginnya malam serta butiran air hujan yang jatuh dari langit dan juga, rumah ini memiliki fasilitas yang dimiliki oleh rumah orang kaya lainnya seperti kolam berenang pribadi, alhamdulillaah.

Aku bersyukur pada akhirnya aku bisa menikmati waktuku berdua dengan Mevrouw Sofia tanpa ada siapapun atau apapun yang mengganggu kami, tapi lagi-lagi waktu tenangku dengan Mevrouw Sofia harus tersita karena beberapa orang datang ke rumahku dengan memakai pakaian tradisional adat suku Sunda, suku asal ayahku.

Aku tidak mengetahui pada awalnya mereka siapa tapi, setelah Kak Tantri menemui mereka yang berdiri di depan pintu gerbang rumahku dan menanyakan identitas mereka serta maksud kedatangan mereka, mereka mengaku bahwa mereka diutus oleh Sultan Kota Sucilangkung untuk menemuiku. Setelah Kak Tantri memberikanku penjelasan tersebut, di saat itulah smartphoneku bergetar.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang